Investor Tekstil Tak Lagi Tertarik Bangun Pabrik di RI, Apa Sebabnya?

9 September 2019 15:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana jual beli di toko tekstil Pasar Tanah Abang. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana jual beli di toko tekstil Pasar Tanah Abang. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia tidak lagi menjadi negara prioritas utama bagi investor di sektor tekstil dan produk tekstil (TPT). Mereka kini lebih memilih Vietnam atau negara-negara di kawasan Asia Selatan. Lantas apa penyebabnya?
ADVERTISEMENT
Ketua Bidang Ketenagakerjaan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Maniwanen, mengungkapkan ada sejumlah masalah yang membelit industri tekstil dalam negeri. Misalnya regulasi yang tidak pas hingga ongkos produksi yang mahal.
"Dari China itu ada 23 perusahaan larinya ke Vietnam, sisanya ke beberapa negara karena iklim investasi kita itu. Misalnya peraturan kehuluan yang kurang fleksibel dan energi kita juga enggak murah," ungkap dia di Menara Kadin, Jakarta, Senin (9/9).
Kondisi Pedagang Tekstil di Pasar Tanah Abang. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Meski demikian, industri TPT nasional di kuartal II 2019 masih bisa tumbuh 20,71 persen. Namun, jika pemerintah tidak melakukan perbaikan maka yang paling ditakutkan banyak investor yang merelokasi pabrik mereka ke negara lain.
"Sebentar lagi akan ditake over oleh Kamboja atau Myanmar. Ethiopia waktu saya pergi 3 tahun yang lalu itu (investasi TPT) nol. Hari ini sudah USD 1 miliar dalam waktu 3 tahun. Kalau kita enggak cepat benahi, kita akan di sini aja, USD 6 miliar dari dulu segitu aja," sebutnya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya soal aturan atau ongkos produksi yang mahal, masalah lainnya muncul seperti minimnya bahan baku. Kalaupun ada harganya sangat mahal dan tidak berdaya saing.
"Tapi juga ada satu kekurangan di Indonesia yang perlu dicatat, adalah kita memiliki lead time yang terlalu panjang karena bahan baku kita kebanyakan impor,” ucapnya.