John Kerry: Laut dalam Keadaan Kritis karena Banyak Sampah Plastik

30 Oktober 2018 11:22 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
John Kerry, eks Menlu AS. (Foto: Reuters/Gonzalo Fuentes)
zoom-in-whitePerbesar
John Kerry, eks Menlu AS. (Foto: Reuters/Gonzalo Fuentes)
ADVERTISEMENT
Saat ini masyarakat tengah menghadapi masalah serius dalam sektor kelautan. Waktu untuk memperbaiki berbagai masalah tersebut hampir habis.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry saat memberi pidato dalam gelaran Our Ocean Conference 2018 di Nusa Dua, Bali, Selasa (30/10).
"Kita tidak perlu menjadi seorang ilmuwan atau pemimpin negara untuk memahami mengapa delegasi dari puluhan negara berkumpul di sini. Semua ini karena kita kehabisan waktu," katanya.
Kerry mengingatkan, saat ini terlalu banyak orang yang ingin memperoleh keuntungan dari penangkapan ikan. Hal ini memicu timbulnya kejahatan seperti penangkapan ikan ilegal atau illegal fishing, polusi, sampah plastik di laut, hingga pengasaman laut.
Semua masalah ini, lanjutnya, hanya bisa dihadapi melalui respons masyarakat terhadap laut dan perubahan iklim akibat ulah manusia. Sebab, manusia akan merasakan sejumlah dampak dari kerusakan laut dan ekosistemnya.
ADVERTISEMENT
"Nantinya akan ada lebih banyak plastik di lautan ketimbang ikan, sementara makin banyak orang yang menginginkan ikan segar ada di atas piring mereka saat makan," katanya lagi.
Konferensi pers John Kerry bersama Menteri Susi Pudjiastuti. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Konferensi pers John Kerry bersama Menteri Susi Pudjiastuti. (Foto: Abil Achmad Akbar/kumparan)
Untuk itu, Kerry mengajak segenap stakeholder untuk membuat pilihan yang tepat bagi keberlanjutan sumber daya laut.
"Ini adalah pilihan kita, mau atau tidak. Semua upaya menyelamatkan laut ini kita lakukan demi generasi mendatang, agar mereka masih bisa merasakan hasil tangkapan di lautan," tambahnya.
Kerry membeberkan, saat ini sudah lebih dari 500 dead zone ada di laut dunia. Jumlah ini dikatakan terus meningkat karena perubahan iklim yang disebabkan oleh ulah manusia.
"Area ini merupakan area di mana kehidupan apapun tidak ada, sebab perairannya rusak. Laut saat ini sedang kritis karena banyaknya sampah plastik," katanya.
ADVERTISEMENT
Karenanya, dia bersama sejumlah delegasi dari beberapa negara melakukan berbagai upaya. Misalnya dengan mengkampanyekan penggunaan energi terbarukan dan melakukan sejumlah kerja sama dengan berbagai negara.
"Karena itu, kami memulai konferensi ini bukan hanya untuk sekadar berbicara, tetapi juga mengambil langkah untuk bertindak, memecahkan solusi dengan mengajak seluruh delegasi dari seluruh negara untuk menyatakan komitmennya serta membagikan pengalamannya yang didasarkan pada penelitian ilmiah, bukan ideologi," tambahnya.
Dia juga menyampaikan apresiasinya atas pencapaian Our Ocean Conference yang dia bentuk sejak tahun 2014 lalu. Sekitar USD 18 miliar komitmen telah tercapai dari gelaran OOC ini.
"Sudah ada komitmen pendanaan sekitar USD 18 miliar dan seluas 3,8 meter persegi area laut yang dilindungi, dan kami masih melakukan berbagai upaya hingga sekarang," tutupnya.
ADVERTISEMENT