Kisah Hasbi, Sulap BUMK di Kaltim dari Rugi Jadi Untung

19 Juli 2019 15:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
BUMK “Sukses Bersama” Kampung Tasuk mengikuti pelatihan akuntasi dan penyerahan sertifikat bersama kampung binaan PT Berau Coal. Foto: Dok. BUMK Kampung Tasuk
zoom-in-whitePerbesar
BUMK “Sukses Bersama” Kampung Tasuk mengikuti pelatihan akuntasi dan penyerahan sertifikat bersama kampung binaan PT Berau Coal. Foto: Dok. BUMK Kampung Tasuk
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hasbi, 44 tahun, baru dua bulan memimpin Badan Usaha Milik Kampung (BUMK) di Kampung Tasuk, Kecamatan Gunung Tabur, Berau, Kalimantan Timur. Meski masih berumur jagung, Hasbi bisa membuat gebrakan.
ADVERTISEMENT
Badan usaha yang dikelolanya kini bisa meraup untung dari sebelumnya kerap merugi. Keuntungan per bulan hanya Rp 7 juta, belum dipotong biaya operasional. Anggaran pengembangan dari dana desa juga dipangkas dari Rp 100 juta jadi hanya Rp 40 juta.
"Dana desa bergulir entah bagaimana. Bisnis cuma bergantung satu hibah mesin air, tidak ada inovasi. Karena tak ada perkembangan, dana BUMK jadi cuma Rp 40 juta di 2018," kata Hasbi kepada kumparan, di Tanjung Redep, Berau, Kaltim, Kamis (19/7).
Saat kondisi BUMK kian terpuruk, dia ditawari memimpin BUMK. Hasbi awalnya tidak percaya, karena merasa bukan siapa-siapa di kampung. Tapi dia ambil tawaran itu sebagai tantangan. Dia merasa ada yang harus dibenahi.
ADVERTISEMENT
Bermodalkan secuil pengalaman sebagai wirausahawan kecil-kecilan, dia memulai langkahnya. Koneksi yang dia miliki dimanfaatkan untuk mengembangan BUMK agar bisa untuk dalam waktu singkat.
Namun, langkah paling pertama dia ambil adalah merombak kepengurusan BUMK. Dia meminta dukungan dari perangkat desa soal perombakan ini karena cukup sensitif. Dia memegang prinsip, modal utama organisasi adalah sumber daya manusia yang handal.
"Saya bilang ke Kades, berikan kesempatan mengajukan calon kandidat sekretaris dan bendahara. Saya pilih anak muda dari lulusan SMA, jadi sekretaris dan bendahara,” katanya.
"Saya tak membutuhkan orang yang hanya sekadar pintar, tapi yang sungguh-sungguh mau bekerja," imbuhnya.
Dari situlah, Hasbi mulai membenahi model usaha air minum yang selama ini dikelola BUMK. Mulai dari tahap produksi hingga distribusi. Isi ulang air yang dia jual Rp 5.000 per galon, kini volume penjualannya berlipat ganda hingga 30.000 liter.
ADVERTISEMENT
"Dua bulan terakhir ini, bisa menggenjot income Rp 22 juta per bulan. Itu untuk air aja," ujarnya.
Direktur BUMK “Sukses Bersama” Kampung Tasuk Kecamatan Gunung Tabur, Berau, Kalimantan Timur, Hasbi. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Hasbi juga membaca peluang bisnis beras. Sebab, di kampungnya merupakan daerah pertanian. Dia inisiasi membuat beras kemasan yang dikelola BUMK, dari mulai 25 kilogram, 10 kilogram, dan ukuran 5 kilogram.
"Penghimpunan semua dari petani kampung. Saya cek padinya layak, biasanya mereka menawarkan dalam bentuk padi Rp 9.000 per Kg. Nanti dijual Rp 10.600 per Kg setelah dikemas di BUMK," ujarnya.
Selama dua bulan ini, Hasbi mengaku mendapatkan keuntungan sekitar Rp 1,6 juta per ton untuk jasa penjualan beras kemasan di BUMK. Adapun beras yang berhasil dijual sekitar 6 ton per bulan.
ADVERTISEMENT
Dari usaha air isi ulang dan beras kemasan tersebut, Hasbi mengatakan omzet yang diraih BUMK dalam satu bulan bisa mencapai Rp 150 juta. Keuntungannya pun menjadi berlipat ganda dalam dua bulan, menjadi Rp 22 juta.
Kini Hasbi ingin mengembangkan bisnis beras karena dinilai cukup potensial. Pemasaran pun diperluas. Dari sebelumnya ke warung-warung kecil, dia membidik kerja sama dengan perusahaan besar.
PT Berau Coal yang dia jajaki pertama. Perusahaan tambang ini memiliki program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan pengelolanya Yayasan Dharma Bhakti. Yayasan ini setiap bulannya menyalurkan beras sebagai bantuan sosial.
"Saya coba mengajukan ke pihak ketiga, PT Berau Coal, satu bulan 1 ton. Modelnya yayasan kan mereka, setiap bulan membantu orang-orang tak mampu dengan sembako. Saya minta peluang menyediakan berasnya," katanya.
ADVERTISEMENT
Manager Community Development yang juga pengelola Yayasan Dharma Bhakti PT Berau Coal, Hikmah membenarkan hal itu. Dia mengatakan memang memiliki program yang khusus diperuntukkan sebagai pendampingan BUMK warga setempat.
Saat ini, setidaknya ada 4 BUMK yang dibina. Selain BUMK tempat Hasbi tinggal, juga ada BUMK di Kampung Long Lanuk (usaha pasar kampung), Sambakungan (usaha lada), dan Bebanir Bangun (usaha pengelolaan sampah).
Hikmah menjelaskan, program pendampingan itu bisa berupa pelatihan kapasitas SDM hingga bantuan alat usaha bagi BUMK.
"Pendampingan kami tergantung potensi yang ada. Kita memang bukan pelaku utama, tapi kita kontribusi pada apa yang bisa dikembangkan dari masyarakat. Suplemenlah, bukan utamanya," kata Hikmah.
Manager Community Development PT Berau Coal Kalimantan Timur, Hikmah. Foto: Nurul Nur Azizah/kumparan
Rencana Melebarkan Sayap
Hasbi merasa BUMK yang dia kelola masih memiliki peluang sangat besar untuk melebarkan usahanya. Langkah selanjutnya yang akan dia lakukan adalah mengurus status BUMK menjadi perseroan terbatas.
ADVERTISEMENT
Lini bisnis yang akan menjadi fokus adalah penjualan beras kemasan. Dia akan mengurus hak paten merek dan izin dari BPOM. Dia juga akan memperluas pemasaran, tak hanya di sekitar kampung, tapi mencoba ke seluruh Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Kapasitas produksi beras di masyarakat kampungnya yang saat ini sekitar 3 ton per bulan itu, juga akan ditambah pasokan dari daerah sekitar hingga mencukupi kuota untuk suplai usaha beras kemasan.
"Bisa 5 ton, karena itu saya mencoba jadi marketing sendiri. Untuk di kampung sendiri kita sambil berjalan juga, 5 kg dan 10 kg untuk konsumsi sekitar dan di seluruh Berau," ujarnya.
Bersama karyawannya yang tak sampai sepuluh orang, Hasbi mengatakan ada lagi usaha potensial yang kini sedang pihaknya bidik, yaitu jasa antar anak sekolah, jasa konstruksi, dan jasa penyaluran tenaga kerja ke PT Berau Coal.
ADVERTISEMENT
Demi mewujudkan impiannya, Hasbi saat ini juga makin gencar membangun jaringan agar usaha bisa berkembang. Dia kini terlibat dalam Lingkar Belajar Masyarakat (LBM), melalui Pejuang Sigap Sejahtera (PSS), untuk program pendampingan.
Program itu digulirkan Pemkab Berau pada 2017, atas kerja sama Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Kampung (PMDK) Berau, Universitas Gadjah Mada (UGM), Yayasan Dharma Bhakti PT Berau Coal, dan Yayasan Konservasi Alam Nusantara yang berafiliasi dengan The Nature Conservancy (TNC).
"Saya punya target kalau semua bisnis ini bisa berjalan, saya targetkan tidak kurang dari Rp 500 juta (setengah miliar) dalam setahun, saya bisa hasilkan buat BUMK," tandasnya.