Moeldoko, Bus Listrik, China dan Ambisi Kuasai Pasar RI

3 Maret 2018 20:10 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bus Listrik Mobil Anak Bangsa (Foto: Gesit Prayogi/kumparanOTO)
zoom-in-whitePerbesar
Bus Listrik Mobil Anak Bangsa (Foto: Gesit Prayogi/kumparanOTO)
ADVERTISEMENT
Indonesia kini berhasil memproduksi bus listrik. Sebenarnya, bus listrik ini sama saja dengan bus pada umumnya, hanya saja bahan bakar utamanya berupa listrik bukan bensin atau solar. Selain itu bus listrik memiliki beberapa keunggulan seperti menekan peningkatan polusi udara dan impor bahan bakar dari luar negeri.
ADVERTISEMENT
Salah satu produsen bus listrik asal Indonesia yaitu PT Mobil Anak Bangsa (MAB) telah meluncurkan 2 prototype bus listrik. Kedua bus tersebut bahkan akan digunakan untuk mengangkut penumpang yang ada di dalam kawasan Bandara Soekarno-Hatta. Ya, PT MAB telah menjalin sinergi kemitraan dengan PT Angkasa Pura II (Persero) sebagai pengelola Bandara Soetta.
Namun yang perlu dicatat adalah PT MAB didirikan oleh Jenderal TNI (Purn) Moeldoko. Moeldoko saat ini menjabat sebagai Kepala Staf Kepresidenan RI. Lantas apa alasan Moeldoko tertarik menggarap bisnis bus listrik di Indonesia?
“Kira-kira 1 tahun yang lalu kita ke Shanghai, kita lihat ke pabrik baterai. Kita bicara, (awalnya) mau produksi di Shanghai (tapi) saya enggak mau. Ini persoalan pride kebanggaan nasional, kalau lu mau (produksi) ke Indonesia,” ujarnya sambil mengepalkan tangannya ke dada saat ditemui di JCC Senayan, Jakarta, Sabtu (3/3).
ADVERTISEMENT
Saat itu juga, dia mengirimkan belasan pekerja Indonesia ke China untuk mempelajari bagaimana cara merakit bus listrik di China Trustful. Tidak hanya itu, perusahaan China Trustful juga beberapa kali ke Indonesia untuk menjajaki kemungkinan bekerja sama dengan PT MAB.
Bus Listrik Mobil Anak Bangsa (Foto: Gesit Prayogi/kumparanOTO)
zoom-in-whitePerbesar
Bus Listrik Mobil Anak Bangsa (Foto: Gesit Prayogi/kumparanOTO)
“Akhirnya secara teknologi kita mengenali mobil listrik ini. Ada total transfer kemungkinan 12 kali anak-anak saya kirim ke Shanghai dan mereka (China Trustful) juga kirim ke sini. Sudah 11 kali mondar-mandir akhirnya anak-anak kita udah jago. Lah karena persoalannya tidak mudah itu di programmer terus cabling system itu ada AC-DC (arus searah dan bolak-balik) nya juga enggak gampang, nah sekarang bisa,” paparnya.
Moeldoko juga menjelaskan mengapa pihaknya enggan memulai produksi kendaraan listrik khususnya mobil pribadi. Menurutnya, persaingan mobil listrik dari berbagai produsen otomotif di dunia saat ini sedang terjadi. Oleh karena itu, dia mencari celah lain yang memungkinkan Indonesia bisa unjuk gigi. Bus listrik akhirnya dipilih.
ADVERTISEMENT
“Kalau hitung-hitungan bisnis ya Tesla udah begitu maju, enggak mungkin lah kita bersaing dengan Tesla. Kita mengambil celah yang lain yaitu publik ya tetapi ada yang lebih penting yaitu saya bisa memberi kontribusi untuk lingkungan kota-kota besar yang sudah kena polusi tinggi itu dengan mobil listrik akan terkurangi dengan baik. Yang ke tiga  efisiensi, pengoperasian mobil ini sangat efisien kalau dibanding dengan mobil bensin, jauh banget,” katanya.  
Dia menegaskan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kendaraan listrik dengan berbahan bakar bensin. Untuk kemampuan jelajah, kendaraan listrik seperti bus listrik ini bisa melahap 300 km. Itu bisa dilakukan saat kondisi baterai penuh hingga dilakukan satu kali pengisian ulang.
Moeldoko di Dalam Mobil Anak Bangsa (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Moeldoko di Dalam Mobil Anak Bangsa (Foto: Abdul Latif/kumparan)
“Iya sangat mungkin karena ini setiap cas full sampai 300 km dengan nanti cas sebentar bisa jalan lagi,” katanya.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, tak ada alasan bus listrik tidak laku di Indonesia. Pangsa pasar otomotif di Indonesia sangat bersaing. Sekarang tinggal pemerintah yang memutuskan, apakah mau secepatnya beralih ke kendaraan listrik atau tetap memuja kendaraan berbahan bakar bensin.
“Ya saya pikir pemerintah segera merespon ya. Ini barang yang sudah jadi kita enggak perlu lagi hybrid lagi, kita langsung full listrik 100% bisa kok kan gitu,” ucapnya.
PT MAB sendiri tengah rutin memproduksi bus listrik di pabriknya yang berlokasi di Subang, Jawa Barat. Moeldoko mengklaim seluruh komponen bus listrik sudah diproduksi di Indonesia. Hanya baterai dan motor listrik yang masih harus diimpor dari perusahaan China Trustful.
“Kalau baterai memang kita masih dari China, teman saya mendukung penuh untuk baterai China Trustful,” jawabnya singkat.  
ADVERTISEMENT
Saat ini PT MBA diakuinya terus melakukan pengembangan teknologi bus listrik. Itu dilakukan agar bus listrik yang mereka produksi minim dari berbagai gangguan sistem.
Cara ini ditempuh karena sudah banyak perusahaan yang memesan bus listrik dari PT MBA. Moeldoko pun sesumbar akan terus memasarkan bus listrik produksi perusahaannya ke seluruh Indonesia.
“Sangat mungkin. TransJakarta tertarik (beli), Mayasari, Pahala Kencana, Bandara di Bali, Bandara Soetta itu sudah siap mau dipesan,” ujarnya sambil menutup pembicaraan.