Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) kini tengah bersiap membentuk holding BUMN penerbangan . Holding BUMN ini rencananya akan dipimpin oleh PT Survai Udara Penas (Persero). PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, dan PT Pelita Air Service.
ADVERTISEMENT
Deputi Jasa Keuangan, Survei, dan Konsultasi Kementerian BUMN Gatot Trihargo menjelaskan, dipilihnya Penas sebagai induk holding lantaran perusahaan tersebut dimiliki 100 persen oleh negara. Berbeda dengan Garuda Indonesia yang merupakan perusahaan terbuka.
“Survai Penas sebagai salah satu opsi untuk holding. Garuda tidak bisa jadi holding karena sudah Tbk. Ini holding penerbangan itu 100 persen milik negara. Jadi kita pakai Survai Penas itu yang penting adalah special company-nya itu akan lebih mudah,” ungkap Gatot di Gedung Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (22/4).
Angkasa Pura I dan II juga sejatinya belum berbentuk sebagai perusahaan terbuka. Namun dua perusahaan itu juga tidak masuk daftar sebagai kandidat induk holding karena kompleksitas bisnis keduanya dinilai sangat tinggi. Sehingga nantinya AP I dan II akan bertindak sebagai operational strategic holding.
ADVERTISEMENT
Gatot tidak menampik bahwa Survai Penas merupakan perusahaan kecil dibandingkan anggota holding BUMN penerbangan lainnya. Pada 2018 lalu, Survai Penas membukukan laba bersih sekitar Rp 3 miliar. Namun menurut Gatot, hal tersebut justru jadi keunggulan Survai Penas untuk menjadi induk holding.
“Enggak ada masalah karena mereka kecil jadi mudah untuk di-remapping lagi,” ujarnya.
Gatot memastikan rencana penunjukkan Survai Penas sebagai induk holding juga sudah mendapat restu dari anggota holding lainnya. Gatot juga menambahkan, nantinya Pelita Air Service milik Pertamina juga akan masuk ke dalam holding tersebut untuk melayani penerbangan charter dan cargo.
"Nanti ada Pelita, Pelita masuk. Tapi karena Pelita punya Pertamina. Jadi nanti fokus secara generic untuk Pelita sebagai charter flight dan kargo. Jadi charter nanti Pelita, Garuda, dan AP I dan II," tutupnya.
ADVERTISEMENT