Permintaan CPO di Pasar Global Terkontraksi, Harga Justru Menguat

4 Maret 2019 14:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja membongkar buah kelapa sawit di unit pemrosesan minyak kelapa sawit milik negara. Foto: REUTERS / Tarmizy Harva
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja membongkar buah kelapa sawit di unit pemrosesan minyak kelapa sawit milik negara. Foto: REUTERS / Tarmizy Harva
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Permintaan minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) di pasar global, dapat menurun akibat meningkatnya produksi bahan baku minyak nabati jenis lainnya, di negara-negara utama importir CPO. Tapi di tengah proyeksi itu, harga di bursa justru menguat.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, impor CPO India diperkirakan akan stagnan atau tumbuh tipis, karena meningkatnya pasokan minyak biji-bijian domestik.
"Secara umum, ketersediaan minyak nabati dalam negeri di India akan jauh lebih tinggi, sehinggaakan mengurangi ketergantungan kita pada minyak impor," kata Direktur Adani Wilmar Ltd, Atul Chaturvedi, yang merupakan salah satu produsen minyak nabati terbesar di India.
Meski demikian, harga yang lebih rendah dan penurunan tarif impor, diperkirakan akan mendorong impor India pada 2019. “Belum lagi dalam waktu dekat, musim dingin yang meluas akan menaikkan penggunaan kelapa sawit di wilayah utara,” kata seorang eksekutif Sunvin Group yang merupakan importir minyak nabati terbesar di Mumbai, Sandeep Bajoria.
Penurunan permintaan minyak sawit, diprediksi juga terjadi di pasar Eropa yang merupakan pasar CPO terbesar kedua di dunia. Sedangkan pasar CPO China masih dilanda ketidakpastian, akibat perang dagang dengan Amerika Serikat.
Jetty pengangkutan CPO. Foto: dok. Istimewa
Di tengah kondisi ini, harga minyak sawit di bursa Malaysia untuk pengiriman bulan-bulan mendatang, terus tumbuh. Hal ini menjadi kabar baik, setelah pada Februari lalu harga anjlok hingga 8 persen.
ADVERTISEMENT
Mengutip data bursa Malaysia, harga CPO untuk pengiriman April dan Mei, masing-masing naik menjadi 2.134 ringgit Malaysia (MYR) dan MYR 2.189 per ton. Angka itu berarti tumbuh 11 persen.
Reuters mengungkapkan, harga minyak sawit akan tetap bertahan di kisaran USD 500 per ton atau sekitar MYR 2.200 per ton, jika harga minyak mentah tetap bertahan rendah seperti saat ini.
Minyak sawit yang selama ini diproduksi oleh Indonesia dan Malaysia, sebagai produsen utama di dunia, bisa diolah menjadi biodiesel sebagai BBM.
“Selama minyak mentah harganya di kisaran USD 60 sampai USD 70 per barel, maka CPO di pasar Rotterdam akan tetap di kisaran USD 500 hingga USD 600 per ton," kata Kepala Analis Komoditas di LMC International, James Fry, seperti dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT