Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Lembaga pemeringkat internasional, Fitch Ratings (Fitch), hari ini mengafirmasi peringkat surat utang luar negeri atau sovereign credit rating Indonesia pada level BBB/outlook stabil atau layak investasi (investment grade).
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan, afirmasi rating Indonesia pada level BBB dengan outlook stabil tersebut oleh Fitch mencerminkan keyakinan lembaga rating atas perekonomian Indonesia. Selain itu resiliensi sektor eksternal Indonesia di tengah kondisi ekonomi global yang masih dipenuhi ketidakpastian.
"Ke depan, Bank Indonesia akan tetap konsisten menempuh bauran kebijakan untuk memperkuat stabilitas eksternal dan mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Untuk itu, koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait juga akan terus dipererat," ujar Perry dalam keterangan resmi, Kamis (14/3).
Beberapa faktor kunci yang mendukung keputusan tersebut adalah prospek pertumbuhan ekonomi yang baik dan beban utang pemerintah yang relatif rendah di tengah tantangan, antara lain berasal dari masih kuatnya ketergantungan terhadap sumber pembiayaan eksternal, penerimaan pemerintah yang rendah, serta indikator struktural lainnya yang masih di bawah negara peers.
ADVERTISEMENT
Prospek pertumbuhan ekonomi terus menunjukkan penguatan. Permintaan domestik diperkirakan tetap resilien di tengah kinerja ekspor yang terbatas dipengaruhi permintaan global yang melambat.
Perry pun menilai, konsumsi dan investasi tetap menjadi sumber utama pertumbuhan seiring dengan adanya bonus gaji pegawai negeri sipil (PNS), peningkatan dana bantuan sosial (bansos), dan pelaksanaan berbagai proyek infrastruktur khususnya oleh BUMN.
"Dari sisi eksternal, sovereign credit Indonesia diyakini tetap resilien dalam menghadapi kemungkinan terjadinya pergerakan nilai tukar yang cukup signifikan apabila terjadi gejolak pasar jika otoritas moneter Amerika Serikat kembali melakukan pengetatan kebijakan moneter pada akhir tahun," katanya.
Rendahnya beban utang pemerintah dibanding negara peers menjadi faktor peredam tekanan sementara bank-bank besar memiliki resiliensi terhadap kondisi tekanan yang bersifat signifikan.
ADVERTISEMENT
Perry bilang, inflasi secara rata-rata diperkirakan mencapai 3.4 persen di 2019 dan suku bunga kebijakan diperkirakan tidak akan berubah. Hal ini sejalan dengan tujuan BI untuk memperkuat stabilitas eksternal dengan mengendalikan defisit neraca berjalan dan menjaga daya tarik aset keuangan Indonesia.
"BI juga diperkirakan menempuh pelonggaran kebijakan makroprudensial dalam waktu dekat," kata dia.
Pada sisi fiskal, pengurangan defisit fiskal menjelang pelaksanaan Pemilu 2019 menunjukkan sikap konservatif Indonesia di bidang kebijakan fiskal. Defisit fiskal tercatat 1,8 persen dari PDB pada tahun 2018 atau lebih rendah daripada defisit fiskal pada 2017 yang mencapai 2,3 persen, sebagian besar ditopang pertumbuhan penerimaan yang tinggi serta upaya untuk memperbaiki penerimaan pajak.
Lebih lanjut, risiko yang bersumber dari sektor perbankan dinilai terbatas seiring dengan permodalan bank yang kuat, dengan rasio kecukupan modal mencapai 22,9 persen pada Desember 2018.
ADVERTISEMENT
Secara umum, kewajiban bank dalam valas dapat di-cover dengan aset atau telah dilakukan lindung nilai. Di samping itu, sebagian kewajiban merupakan pembiayaan yang berasal dari perusahaan induk.