RI Tawarkan 30 Komoditas untuk Barter dengan Pesawat Sukhoi

28 Februari 2018 9:49 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sukhoi SU-35. (Foto: Wikimedia Commons.)
zoom-in-whitePerbesar
Sukhoi SU-35. (Foto: Wikimedia Commons.)
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia dan Rusia telah sepakat untuk melakukan imbal dagang untuk pembelian pesawat tempur Sukhoi SU-35. Pembelian 11 unit Sukhoi SU-35 akan ditukar dengan komoditas di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan sampai saat ini belum ada kesepakatan komoditas apa saja yang akan ditukar dengan pesawat Sukhoi-35 tersebut. Sebab, Indonesia masih menunggu keputusan dari Rusia.
"Kami kasih mereka listnya (komoditas) dan kami akan diskusikan sama mereka," kata Enggar saat melakukan kunjungan kerja di Cirebon, Rabu (28/2).
Menurut Enggar, ada 30 daftar nama komoditas yang ditawarkan kepada Rusia. Namun dia tak merinci secara detail komoditas apa saja yang akan ditukar.
"Ada CPO (crude palm oil), karet, ada alas kaki, ada garmen, ada furniture, palawija. Pokoknya ada 30 komoditas, saya lupa," katanya.
Nantinya, kata Enggar, Rusia bisa memilih komoditas apa yang mereka butuhkan. Menurut Enggar, semakin banyak komoditas yang ditawarkan bisa mempromosikan produk-produk Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Kami bikin list saja yang 30. Mereka tinggal milih, karena saya enggak mau tergantung pada satu atau dua komoditas, karena ini sekaligus bagian dari promosi. Jadi bisa berkembang," ujarnya.
Nantinya, pesawat Sukhoi-35 akan didatangkan secara bertahap. Rencananya dua unit akan didatangkan pada Agustus 2018, sementara enam unit akan didatangkan setelah 18 bulan kontrak mulai berlaku. Sisanya, lima unit pesawat akan didatangkan lima bulan setelah itu.
Untuk pembelian 11 unit pesawat Sukhoi-35 ini Indonesia menawarkan pembayaran dengan skema imbal dagang. Nilai yang disepakati kedua belah pihak yaitu 50% dari kontrak nilai jual 11 unit pesawat. Artinya, pembelian pesawat ini akan dibayarkan dengan sejumlah komoditas tertentu sekitar 570 juta dolar AS atau Rp 7,5 triliun.
ADVERTISEMENT