Rini Targetkan B100 Bisa Digunakan di Indonesia 3 Tahun Lagi

18 Februari 2019 15:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi biodiesel. Foto: AFP/Pornchai Kittiwongsakul
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi biodiesel. Foto: AFP/Pornchai Kittiwongsakul
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian BUMN menargetkan PT Pertamina (Persero) bisa memproduksi biodiesel 100 persen atau B100 mulai 2022. Pertamina harus membangun infrastruktur terlebih dahulu yang berada di kilang Plaju yang dimodifikasi (refinery).
ADVERTISEMENT
Saat ini, penggunaan biodiesel baru sampai level 20 persen atau B20 yang penggunaannya diperluas ke sektor nonsubsidi sejak tahun lalu. Biodiesel merupakan campuran solar dengan turunan minyak kelapa sawit (crude palm oil).
"Sekarang kan B20 sudah jalan, full jalan. Harapan kita mau gantikan solar dengan betul-betul. Targetnya tiga tahun dari sekarang," kata dia saat ditemui di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (18/2).
Penggunaan B100 menjadi pembahasan dalam debat capres putaran kedua Minggu malam (17/2) di Hotel Sultan, Jakarta. Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto mengatakan seharusnya Indonesia bisa mengejar pengggunaan biodiesel seperti Brasil yang sudah ke level B90.
Dalam debat itu, capres nomor urut 01 Joko Widodo menegaskan bahwa Indonesia sudah menerapkan B20 dan akan mendorong penggunaan B100 ke depannya sebagai energi alternatif. Hal ini dilakukan untuk mengurangi impor BBM.
ADVERTISEMENT
Rini menjelaskan, meski dirinya menargetkan B100 bisa digunakakan 3 tahun lagi, volumenya belum tentu bisa dipenuhi secara maksimal. Karena itu, kata dia, secara bertahap akan diproduksi lebih dulu B50.
Menteri BUMN, Rini Soemarno (tengah) saat meninjau Tol Trans Sumatera. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
"Tiga tahun bisa, cuma masalahanya apa sudah penuh semua, mungkin belum bisa untuk menggantikan full solar, menurut saya makan waktu. Jadi kalau kita belum bisa gantikan full solar semuanya, mungkin B50 dulu, bukan B100," jelasnya.
Untuk mengarah ke sana, saat ini Pertamina sudah melakukan kerja sama perjanjian awal dengan perusahaan migas asal Italia, Eni. Dia, Menteri ESDM Ignasius Jonan, dan Dirut Pertamina Nicke Widyawati pun sudah berkunjung ke kilang Eni tahun lalu.
Menurut Rini, Eni sudah lebih dulu memprroduksi B100 yang bahkan CPO-nya diimpor langsung dari Indonesia. Dia mengatakan, untuk investasi awal dibutuhkan dana sekitar USD 800 juta.
ADVERTISEMENT
Rini berharap untuk jangka panjang, Pertamina tidak hanya memproduksi energi alternatif dari CPO, tapi juga tumbuhan yang lain seperti ampas tebu dan kaliandara.