Sambil Pantau Kondisi Turki, Jokowi Minta Cadangan Devisa Diperkuat

14 Agustus 2018 16:41 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Ilustrasi mata uang Turki, Lira. (Foto: Pixabay/PublicDomainPictures)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mata uang Turki, Lira. (Foto: Pixabay/PublicDomainPictures)
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia terus memantau perkembangan ekonomi di Turki. Hal itu dilakukan setelah mata uang Turki, lira, mengalami depresiasi hingga 40 persen secara year to date (ytd). Belum lagi inflasi yang cukup besar menyebabkan Turki sedang dihantui krisis ekonomi.
ADVERTISEMENT
"Perkuat cadangan devisa penting agar ketahanan semakin kuat, terutama menghadapi ketidakpastian ekonomi global. Termasuk dampak yang terakhir terjadi di Turki. Kita harus jaga stabilitas rupiah dalam nilai yang wajar, inflasi rendah, defisit transaksi yang aman," ungkap Presiden Joko Widodo saat membuka rapat terbatas mengenai cadangan devisa di Kantor Presiden, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (14/8).
Dalam kesempatan tersebut, Jokowi menekankan pentingnya memperkuat cadangan devisa negara. Jokowi minta cadangan devisa harus dikelola secara hati-hati dan itu sudah dilakukan oleh Bank Indonesia. Instrumen berupa kebijakan fiskal dan moneter dianggap perlu untuk mengamankan posisi cadangan devisa.
"Untuk memperkuat cadev, saya ingin memastikan apa yang telah dibahas dalam ratas lalu, betul-betul ada progres di lapangan. Saat ini, akan saya update satu persatu, problem apa yang jadi hambatan di lapangan sehingga kita benar-benar bisa memperkuat cadev," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla tampak tersenyum saat rapat terbatas. (Foto: Ananda Wardhiati Teresia/ kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden Jusuf Kalla tampak tersenyum saat rapat terbatas. (Foto: Ananda Wardhiati Teresia/ kumparan)
Ada beberapa langkah yang seharusnya sudah dilakukan Kementerian/Lembaga untuk menjaga cadangan devisa. Misalnya dengan mempercepat mandatori biodiesel sebesar 20 persen ke sektor non PSO, pengetatan impor barang yang tidak perlu, hingga peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
"Pengendalian impor betul-betul dicermati secara detail dan cepat sehingga impor barang yang memang sangat penting dan sangat tidak penting bisa diketahui," ucapnya.
Terakhir, Jokowi mengingatkan pentingnya upaya untuk meningkatkan sektor pariwisata. Saat ini, sektor pariwisata menjadi salah satu tumpuan penghasil devisa negara selain ekspor komoditas seperti CPO dan batu bara.
"Terakhir, saya ingatkan perlunya percepatan pembangunnan infastruktur yg mendukung pariwisata. Terutama pada lokasi pariwisata prioritas yang telah kita tetapkan. Sektor ini akan cepat menambah dan memperkuat cadangan devisa kita," jelas Jokowi.
ADVERTISEMENT