Saudi Pasok Sebagian Minyak RI, Apa Dampak Serangan ke Kilang Aramco?

16 September 2019 10:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kilang Refinery Unit (RU) IV Cilacap, Jawa Tengah milik PT Pertamina (Persero), tempat pengolahan minyak jenis Arabian Ligh Sweet. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kilang Refinery Unit (RU) IV Cilacap, Jawa Tengah milik PT Pertamina (Persero), tempat pengolahan minyak jenis Arabian Ligh Sweet. Foto: Wendiyanto Saputro/kumparan
ADVERTISEMENT
Dua kilang minyak milik BUMN migas Arab Saudi, Saudi Aramco, diserang pada Sabtu (14/9). Terganggunya pengolahan minyak tersebut, membuat dunia kehilangan pasokan sebanyak 5,7 juta barel per hari.
ADVERTISEMENT
VP Corporate Communications PT Pertamina (Persero), Fajriyah Usman, mengungkapkan sebagian minyak yang didatangkan Pertamina untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, berasal dari Saudi Aramco.
"Pasca-peristiwa serangan yang terjadi di fasilitas Saudi Aramco Sabtu (14/9) yang lalu, Pertamina telah melakukan koordinasi dengan Saudi Aramco terkait pasokan minyak mentah jenis Arabian Light Crude. Hingga saat ini tidak ada perubahan jadwal dan volume lifting untuk Pertamina," katanya kepada kumparan, Senin (16/9).
Minyak jenis Arabian Light Crude tersebut, menurut Fajriyah, menjadi bahan baku untuk diolah di kilang minyak RU IV Cilacap. Dia menambahkan, Pertamina terus memantau dan berkomunikasi intensif dengan pihak Saudi Aramco untuk memastikan pasokan tetap aman.
Asap terlihat setelah kebakaran akibat diserang drone di fasilitas Aramco di kota timur Abqaiq, Arab Saudi, 14 September 2019 lalu. Foto: REUTERS / STR
“Posisi stok bahan bakar yang dipasok dari produksi crude Aramco saat ini masih dalam kondisi aman untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Fajriyah, crude yang diimpor dari fasilitas Saudi Aramco memang diperlukan untuk Kilang Cilacap, tetapi ada juga crude yang dipasok dari dalam negeri, baik dari produksi lapangan minyak pertamina maupun dari KKKS domestik. Berdasarkan data saat ini, stok yang tersedia masih mencukupi untuk proses selanjutnya.
“Kami berharap krisis berlalu, dan upaya untuk mengembalikan produksi dalam kondisi normal bisa lebih cepat,” pungkas Fajriyah.