Sengkarut Impor Jagung

9 November 2018 14:45 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani memanen jagung. (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
zoom-in-whitePerbesar
Petani memanen jagung. (Foto: ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)
ADVERTISEMENT
Jelang menutup tahun 2018, pemerintah memutuskan untuk mengimpor jagung sebanyak maksimal 100 ribu ton. Keputusan ini diambil untuk memenuhi kebutuhan para peternak dan pabrik pakan ternak.
ADVERTISEMENT
Adapun yang ditugaskan pemerintah menjadi importir jagung adalah Perum Bulog. Bulog diminta untuk segera mendatangkan jagung paling lambat di akhir Desember 2018. Pertimbangannya adalah panen raya jagung yang mulai berlangsung pada Januari tahun depan.
Keputusan impor jagung yang diambil pemerintah sempat menjadi polemik. Pasalnya, produksi jagung tahun ini surplus atau berlebihan. Dari catatan Kementerian Pertanian, produksi jagung nasional diprediksi mencapai 30 juta ton peringkil kering (PK) sementara konsumsinya hanya 18 juta ton PK.
Sekjen Kementan Syukur Iwantoro beberapa hari lalu menyatakan ada sejumlah alasan mengapa impor jagung perlu dilakukan. Menurut dia, pada bulan November dan Desember, produksi jagung nasional terutama di Pulau Jawa agak seret. Padahal kebutuhan jagung di Pulau Jawa sangat besar mengingat banyak berdiri pabrik pakan ternak.
ADVERTISEMENT
Indonesia setidaknya memiliki pabrik pakan ternak sebanyak 93 unit. Dari jumlah itu, 70 persen pabrik pakan ternak tersebar di Pulau Jawa dan Lampung. Sedangkan sisanya terbagi rata di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.
Seretnya produksi jagung ini menimbulkan disparitas harga cukup tinggi. Hal tersebut diperparah lagi dengan mahalnya ongkos distribusi. Sehingga mendatangkan jagung impor dinilai lebih efisien.
"Sepanjang tahun ada jagung tetapi karena distribusinya (terganggu) terjadi lonjakan harga. Jagung impor fokus disalurkan ke peternak dan produsen pakan ternak mandiri," tuturnya beberapa hari lalu seperti dikutip, Jumat (9/11).
Angka impor jagung khususnya bagi peternak dan pabrik pakan ternak dari tahun ke tahun memang mengecil. Jika pada tahun 2015 total impor jagung untuk pakan ternak sebanyak 3,5 juta ton, di tahun 2016 jumlahnya menurun menjadi 1,3 juta ton. Bahkan prestasi terbesarnya terjadi pada tahun lalu dimana Indonesia sudah tidak impor jagung lagi.
Ilustrasi jagung (Foto: flickr/ Joe Dunn)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi jagung (Foto: flickr/ Joe Dunn)
Menariknya pada tahun ini, Indonesia sudah bisa mengekspor jagung. Jumlahnya relatif besar yaitu 372 ribu ton dengan nilai USD 9 juta.
ADVERTISEMENT
Kembali ke impor jagung, selain produksi di Pulau Jawa sedang seret, ada masalah lain yang memicu keran impor harus dibuka. Sejak tahun 2016-2018, sebagian pabrik pakan melakukan upaya-upaya rasionalisasi agar pakan bisa murah dengan mencampurkan gandum sebagai substitusi sebagian jagung. Kenaikan harga akibat melemahnya nilai tukar rupiah membuat para pabrik pakan melakukan rasionalisasi dengan menggantikan sebagian komponen bahan pakan semula dari gandum impor menjadi dari jagung lokal. Sehingga izin impor gandum pakan sebanyak 200 ribu ton untuk pabrik pakan besar tidak direalisasikan, namun mereka menggantikannya dengan membeli jagung lokal.
Dampak pengalihan gandum ke jagung oleh pabrik pakan besar menyebabkan suplai jagung ke peternak kecil menciut. Kondisi inilah yang terjadi pada pertengahan Oktober hingga awal November 2018, dimana ketersediaan jagung bagi peternak kecil berkurang dan harganya menjadi naik.
ADVERTISEMENT
"Saat ini harga jual jagung memang di atas harga acuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan 96 Tahun 2018, yakni sekitar Rp 3.150 per kilogram (kg) di tingkat petani dan Rp 4.000 per kg di tingkat peternak atau pabrik," timpal Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian I Ketut Diarmita saat dihubungi kumparan, Jumat (9/11).
Mendengar alasan Kementan, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita enggan untuk menanggapi soal keputusan impor jagung. Dia menegaskan, usulan impor jagung justru datang dari Menteri Pertanian Amran Sulaiman bukan dirinya.
"Hah masa? Nah ini. Siapa yang bilang surplus? Mentan. Siapa yang minta impor? Mentan. Ha... Ha... Ha... Ya itu," kata Enggar sambil tertawa lepas di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (8/11).
ADVERTISEMENT
Perum Bulog yang ditunjuk sebagai importir jagung menegaskan akan segera mendatangkan jagung impor secara bertahap. Menurut rencana, Bulog akan mendatangkan 100 ribu ton jagung impor lewat 2 tahap. Tahap pertama sebanyak 70 ribu ton dan tahap kedua 30 ribu ton. Jagung impor didatangkan dari 2 negara yaitu Brasil dan Argentina.
"30 hari pengapalannya. Pokoknya akhir Desember ini masuk,” kata Direktur Pengadaan Perum Bulog Bachtiar saat ditemui di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Kamis (8/11).
Kebun Jagung di Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BALITTRA), Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (17/10/2018). (Foto: Abdul Latif/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kebun Jagung di Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (BALITTRA), Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Rabu (17/10/2018). (Foto: Abdul Latif/kumparan)
Keputusan pemerintah mengimpor jagung ini direspon positif oleh peternak. Salah seorang peternak ayam petelur asal Blitar, Sukarman, menyampaikan bahkan mereka harus meminjam jagung ke sejumlah pabrik.
"Ini kan nunggu impornya agak lama, sementara di Blitar itu memang sudah benar-benar habis stok jagung. Sampai akhirnya Bulog dan bupati mencarikan jagung itu dipinjam dari pabrikan, nanti kalau jagung impor datang baru dikembalikan,” kisahnya.
ADVERTISEMENT
Sukarman mengungkap daerah Jawa Timur rencananya akan mendapat jatah jagung yang dipinjam sebanyak 1.000 ton. Jumlah tersebut akan dibagi untuk wilayah Tulungagung sebanyak 250 ton dan Blitar sebanyak 750 ton.
“Barusan kemarin malam itu dikabarin sudah datang jagung sebanyak 500 ton. Ini nanti saya berangkat mengawal jagung yang dipinjam ke Blitar,” tambahnya.
Sulitnya stok jagung ini juga turut mengerek naik harga pakan. Dari penuturan Sukarman, harga pakan saat ini sudah mencapai Rp 5.800 per kilogram (kg). Normalnya, harga pakan di Blitar sendiri dibanderol seharga Rp 4.800 hingga Rp 4.900 per kg.
“Makanya kami teriak-teriak, sampai demo. Tolong pemerintah itu jaga stok jagung. Katanya surplus, tapi enggak ada barangnya. Karena kalau terus-terusan begini, bisa-bisa tiga bulan ke depan harga telur itu mencapai Rp 30 ribu sampai Rp 40 ribu di peternak,” katanya.
ADVERTISEMENT