Sri Mulyani Sindir Sertifikasi Guru Hanya untuk Mendapat Tunjangan

10 Juli 2018 12:14 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto: Garin Gustavian/kumparan)
ADVERTISEMENT
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengkritisi masih banyaknya guru tetap di Indonesia yang bekerja tidak secara maksimal. Dia pun menyoroti sejumlah guru bahkan sengaja mengikuti sertifikasi hanya demi mendapatkan tunjangan profesi guru, namun setelahnya bekerja dengan bermalas-malasan.
ADVERTISEMENT
"Kami berpikir kualitas guru ada sertifikasi. Tapi sekarang sering sertifikasi enggak mencerminkan apa-apa, hanya prosedural untuk mendapat tunjangan," kata Sri Mulyani dalam sambutan di Aula Gedung Guru Indonesia, Jakarta, Selasa (10/7).
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu berpendapat, banyak guru yang telah mendapatkan sertifikat justru tak menjadikan hal tersebut untuk lebih baik. Menurut dia, sertifikasi guru tak serta-merta mencerminkan kualitias seorang guru.
"Bukan berarti dia profesional, bertanggungjawab, berkualitas pada kerjaannya. Ada rekrutmen guru, kualifikasinya WaAllahualam Bissawab, hadir presensi, tapi dia enggak belajar," jelasnya.
Padahal pemerintah memberikan anggaran untuk sektor pendidikan tidak sedikit. Pada tahun ini anggarannya mencapai Rp 444,1 triliun atau 20% dari belanja dalam APBN 2018. Bahkan anggaran tersebut meningkat 5,8% dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 419,8 triliun.
ADVERTISEMENT
"Sebesar 20% dari APBN untuk pendidikan itu besar sekali," kata dia.
Sri Mulyani berpesan agar para guru yang telah mendapat sertifikasi dan memperoleh tunjangan profesi bisa diiringi dengan perbaikan kualitas belajar-mengajar.
"Bagaimana mempergunaakan APBN sebagai insentif untuk terus memperbaiki indeks kulitas dari hasil belajar-mengajar, sehingga bisa betul-betul menjalankan belajar mngajar ini," ujarnya.