Tak Terserap di Dalam Negeri, 23 Kargo LNG Terpaksa Diekspor

16 Juli 2018 8:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kapal tanker LNG  (Foto:  AFP PHOTO / ROSLAN RAHMAN)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal tanker LNG (Foto: AFP PHOTO / ROSLAN RAHMAN)
ADVERTISEMENT
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) mencatat pada semester 1 tahun ini ada 23 pasokan kargo gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) yang dijual di pasar bebas atau uncommitted gas.
ADVERTISEMENT
Penjualan LNG di pasar spopt tersebut dilakukan karena tidak terserap di pasar domestik. Seluruh pasokan kargo gas alam cair tersebut dilaporkan sudah laku terjual.
“Sampai dengan semester 1 2018 ada 23 uncommitted cargo. Saat ini sudah terjual semua ke pasar spot,” kata Kepala Divisi Humas SKK Migas, Wisnu Prabawa Taher saat dihubungi kumparan, Senin (16/7).
Penjualan ke pasar spot dilakukan karena ternyata pasar domestik tidak mampu menyerap semua produksi lifting gas Indonesia. Padahal, SKK sudah memproyeksikan bahwa produksi LNG dari mulut gas harus disalurkan lebih banyak ke dalam negeri.
Penyaluran ke dalam negeri dilakukan agar industri domestik semakin banyak yang menggunakan LNG Indonesia. Dengan begitu, ada nilai tambah yang bisa dihasilkan dari LNG domestik bagi industri dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan capaian kinerja semester 1 2018, SKK Migas juga mencatat, realisasi lifting gas bumi sebesar 1.152 BOEPD (Barrels of Oil Equivalent per Day).
Capaian ini baru 96% dari target APBN 2018 sebesar 1.200 BOEPD. Bahkan, SKK Migas tidak menarget lifting gas bumi hingga akhir tahun 100% tapi hanya 1.116 BOEPD.
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi sebelumnya mengakui realisasi lifting gas bumi pada semester 1 2018 ini belum tercapai. Penyebabnya, kata dia bukan dari hulu migas saja tapi dari sisi konsumer atau komersial.
Menurut Amien, gas sudah ada siap dikirim tapi pembeli tidak ada atau jaringan transmisi tidak ada. Jika kondisinya seperti itu, Amien mengatakan KKKS tidak bisa disalahkan.
ADVERTISEMENT
“Penyebabnya komersial atau distribusi tidak siap juga macam-macam. Ada belum kesepakatan harga, manajemen pipa distribusi belum final sehingga ada pipa yang jarak maksmimal 20 meter tidak disambung-sambung. Setelah kami datang ke sana, saya kasih ke Pak Menteri (Ignasius Jonan), sudah lama tidak nyambung. Jadi kalau gas penyebabnya macam-macam termasuk komersil,” katanya.
Berikut 10 perusahaan penyumbang lifting gas bumi terbesar di Indonesia:
1. BP Berau Ltd (Tangguh): 1.049 MMSCFD 2. Pertamina Hulu Mahakam: 916 MMSCFD 3. ConocoPhilips (Grissik): 841 MMSCFD 4. Pertamina EP: 816 MMSCFD 5. Eni Muara Bakau: 670 MMSCFD 6. JOB Pertamina-Medco Tomori Sulawesi: 265 MMSCFD 7. Premier Oil Natuna Sea BV: 221 MMSCFD 8. Kangean Energi Indonesia: 187 MMSCFD 9. Medco E&P Natuna: 159 MMSCFD 10. Petrochina International Jabung: 158 MMSCFD
ADVERTISEMENT