Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Target Susi di Our Ocean Conference: Harus Ada Keputusan Konkret
17 Oktober 2018 21:20 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
ADVERTISEMENT
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pagi tadi memimpin Journalist Briefing Our Ocean Our Conference (OOC) 2018 di Kantor Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Jakarta, Rabu (17/10). Our Ocean Conference 2018 akan digelar pada 29-30 Oktober mendatang di Nusa Dua, Bali, dengan KKP dan Kementerian Luar Negeri sebagai penyelenggara.
ADVERTISEMENT
OOC 2018 ini merupakan penyelenggaraan yang kelima kalinya dan pertama kalinya dilaksanakan di Asia. Pada OOC pertama dan kedua di tahun 2014 dan 2015, Amerika Serikat terpilih sebagai tuan rumah. OOC ketiga di tahun 2016 giliran Chile menjadi penyelenggara. Selanjutnya Malta terpilih sebagai tuan rumah OOC keempat di tahun 2017. Setelah Indonesia menjadi tuan rumah di OOC 2018 ini, tahun depan Norwegia yang akan menjadi penyelenggara.
OOC 2018 akan diikuti oleh multi-stakeholders yang terdiri dari pemerintah, LSM/NGO, sektor swasta, public figure, dan sebagainya. Hingga 16 Oktober 2018, setidaknya sudah ada 6 kepala negara dan pemerintahan, 32 menteri, dan 1.696 delegasi yang mengonfirmasi kehadiran. Jumlah ini diperkirakan akan terus bertambah.
ADVERTISEMENT
Dengan menjadi tuan rumah OOC 2018, Indonesia akan menunjukkan leadership (kepemimpinan) di bidang kelautan dan perikanan . Hal ini sejalan dengan diplomasi maritim yang terus diupayakan pemerintah Indonesia.
Setidaknya ada enam bidang aksi yang akan diusung dalam penyelenggaraan OOC tahun ini, di antaranya perikanan berkelanjutan (sustainable fisheries) ; kawasan lindung laut (marine protected area); pencemaran laut (marine pollution); perubahan Iklim (climate change); ekonomi biru berkelanjutan (sustainable blue economy); dan keamanan maritim (maritime security).
Berbeda dari konferensi biasanya yang hanya menghasilkan penandatanganan MoU atau agreement, OOC 2018 ditargetkan akan menghasilkan komitmen konkret.
“Kita berusaha bertindak dan berusaha konkret, sehingga pada saat kita melakukan konferensi yang ada adalah komitmen. Komitmen konkret negara-negara peserta bagaimana memajukan ocean, bagaimana melindungi ocean, bagaimana meng-address isu yang terkait dengan ocean. Jadi sekali lagi, another keywords dalam komitmen konkret,” ucap Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, dari sisi diplomasi, saat Indonesia bicara masalah laut atau isu lain yang terkait laut, sejatinya Indonesia bukanlah membicarakan kepentingan negara lain, melainkan kepentingan utama negara sendiri yang kebetulan juga menjadi kepentingan internasional. Terlebih menurutnya sebagai anggota G20, Indonesia harus memberikan kontribusi nyata kepada dunia.
“Rekam jejak diplomasi Indonesia untuk kemanusiaan sudah terbukti. Saat bicara perdamaian, pasti nama Indonesia top up. Nah, kita juga ingin berinvestasi untuk ocean diplomacy, dan penyelenggaraan OOC ini merupakan satu tindakan konkret Indonesia untuk menunjukkan our legacy, our ocean issues atau our ocean related issues,” sebutnya.
Sementara itu, untuk memastikan komitmen ini dijalankan sebagaimana mestinya, dalam penyelenggaraan OOC 2018 ini akan dibuat sistem tracking mechanism. Hal ini untuk mengukur dan mengontrol sampai pada tahap mana komitmen-komitmen tersebut diimplementasikan.
ADVERTISEMENT
“Kita tidak mau lagi kalau konferensi ini cuma talking-talking only. Omong-omong saja tapi tindakan konkretnya tidak ada. Delivery-nya mana? Our Ocean Conference ke-5 ini betul-betul men-tracking delivery. Kamu dulu komitmen satu juta hektar misalnya. Indonesia ingin mencapai 20 juta hektare by 2020. Sudah janji kita akan mengkonservasi laut kita,” timpal Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Menurut Susi, isu blue economy sengaja dimunculkan sebagai upaya mewujudkan sustainable fisheries. Menjaga sumber daya laut untuk tetap ada dan terus produktif sebagai food security, kebutuhan pangan masyarakat Indonesia.
Adapun maritime security perlu disuarakan karena menurutnya ke depan perang bukan lagi hanya perkara politik, ideologi, atau agama, melainkan perebutan food and water resources yang keberadaannya di dunia semakin berkurang.
ADVERTISEMENT
“Dalam forum ini, akan diberikan sharing keberanian Indonesia dalam membawa perubahan perikanan dengan pengelolaan yang berkelanjutan. Ternyata terbukti bisa membalikkan neraca perdagangan perikanan yang tadinya defisit, yang terbelakang di Asia Tenggara, 4 tahun belakangan menjadi yang pertama di Asia Tenggara,” tutur Susi.
Susi pun berharap, komitmen dalam OOC 2018 ini dapat diusulkan kepada United Nation Ocean Conference untuk dimasukkan dalam SDG's 14, Sustainable Development Knowledge Platform.
Dengan menjadi tuan rumah OOC 2018, Susi menyebutkan Indonesia akan menerima manfaat ekonomi yang besar. Sustainable blue economy dan berbagai rencana aksi lainnya yang dicanangkan merupakan upaya untuk meningkatkan manfaat ekonomi kelautan dan mencegah kerusakan laut.
“Keuntungannya memang tidak bisa dilihat satu hari untung 10 perak. Ya bukan begitu. Tapi secara environment, secara blue economy principle, dan sustainability, sumber daya laut kita akan terjaga. Kita ingin memastikan bahwa sumber daya laut ini ada, produktif, sehat, revitalize the world,” terang Susi.
ADVERTISEMENT
Perlu dketahui, OOC 2018 bukanlah leadership pertama Indonesia dalam isu kelautan dan perikanan. Tahun 2016 lalu, Indonesia juga menjadi tuan rumah Indian Ocean Rim Association (IORA). Indonesia juga tergabung dalam Small Island Development in State (SIDS).