Wall Street Merosot Imbas Perang Dagang AS-China yang Berlanjut

20 Mei 2019 7:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Wall Street Foto: Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Wall Street Foto: Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street kembali melemah pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu. Hal ini didorong oleh eskalasi perang dagang AS-China yang berlanjut dan membebani saham industri serta teknologi.
ADVERTISEMENT
Dilansir Reuters, Senin (20/5), indeks saham Dow Jones (DJIA) melemah 98,68 poin atau 0,38 persen ke posisi 25.764. Indeks saham S&P 500 (SPX) turun 16,79 poin atau 0,58 persen ke posisi 2.859,53. Indeks saham Nasdaq (IXIC) jatuh 81,76 poin atau 1,04 persen ke posisi 7.816,29.
Indeks saham Dow Jones membatasi kerugian usai mengalami penurunan mingguan terpanjang dalam tiga tahun terakhir. Indeks saham S&P 500 dan Nasdaq melemah dalam dua pekan berturut-turut setelah gagal pulih dari aksi jual tajam pada pekan lalu.
Tiga indeks saham utama Wall Street berjuang untuk mendapatkan arah dalam sebagian besar sesi perdagangan, tetapi berubah ke arah negatif setelah negosiasi perdagangan AS-China mandek.
"Bukan hal yang aneh jika saham melemah pada akhir pekan. Kemungkinan terjadi sesuatu yang selama akhir pekan membuat orang ambil aksi untung," ujar Presiden Chase Investment Counsel, Peter Tuz.
ADVERTISEMENT
China telah menambah ketegangan perang dagang yang semakin sengit dengan AS. China pun menyerang dengan lebih agresif dan menyarankan negosiasi dagang lebih lanjut bisa membuahkan hasil, kecuali AS mengubah arah.
Di sisi lain, dalam perang tarif, Presiden AS Donald Trump mengonfirmasi pihaknya akan menunda pengenaan tarif mobil impor hingga enam bulan ke depan. Dia juga setuju menaikkan tarif logam di Kanada dan Meksiko.
Berita mengenai perang dagang membayangi data ekonomi yang optimistis. Indeks sentimen konsumen Universitas Michigan melonjak 5,3 persen pada Mei ke angka tertinggi dalam 15 tahun.
"Setelah musim pendapatan, pasar tampaknya bergeser ke faktor makro yang sulit diprediksi dan sulit untuk diperdagangkan. Anda melihat lebih banyak sentimen di pasar seperti ini," kata Tuz.
Ilustrasi Wall Street Foto: Wikimedia Commons
Adapun kekhawatiran tarif juga menyeret saham industri. Produsen peralatan pertanian Deere and Co mengalami penurunan terbesar di S&P 500. Saham tersebut melemah 7,7 persen setelah memangkas proyeksi pendapatan tahunan.
ADVERTISEMENT
Saham Caterpillar Inc, 3M Co, Textron, General Dynamics, dan Fedex Corp mendorong sektor saham industri susut 1,1 persen.
Dari 11 sektor saham utama di indeks saham S&P 500 kecuali sektor utilitas cenderung melemah. Sektor saham industri dan energi alami penurunan persentase terbesar.
Dari 460 perusahaan di S&P 500, 75,2 persen di antaranya mengalahkan harapan analis untuk kinerja kuartal I 2019. Sebagian besar hasil kinerja kuartal I optimistis dan segera selesai. Analis memperkirakan pertumbuhan pendapatan kuartal I sebesar 1,4 persen.
Menjelang akhir pekan, saham Under Armour Inc naik 7,8 persen setelah JP Morgan memberikan rekomendasi overweight. Selain itu, saham Pinterest Inc merosot 13,5 persen setelah rilis laporan kuartal I.
Saham Luckin Coffee Inc melonjak 19,9 persen seiring penantang China untuk Starbucks Corp melakukan debut di pasar saham.
ADVERTISEMENT
Volume perdagangan saham di Wall Street tercatat 6,71 miliar saham. Angka ini lebih rendah dibandingkan rata-rata perdagangan selama 20 hari di kisaran 6,98 miliar saham.