Aaron Wan-Bissaka yang Melaju Melawan Arus

23 Mei 2019 15:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wan-Bissaka (29) tampil gemilang di musim ini. Foto: REUTERS/David Klein
zoom-in-whitePerbesar
Wan-Bissaka (29) tampil gemilang di musim ini. Foto: REUTERS/David Klein
ADVERTISEMENT
Ada satu hal yang sama ketika melihat bek kanan muda bertalenta yang tersebar di seluruh Eropa. Hampir semua dari mereka adalah bek kanan yang berorientasi menyerang.
ADVERTISEMENT
Coba tengok penampilan dan catatan pemain-pemain seperti Joshua Kimmich, Hector Bellerin, Noussair Mazraoui, Achraf Hakimi, hingga Trent Alexander-Arnold. Mereka identik dengan predikat attacking full-back, atau bek sayap menyerang, dan itu memang didukung oleh catatan mereka.
Bellerin sukses mengemas lima assist di Premier League 2018/2019, Hakimi berhasil menorehkan empat assist dan dua gol di Bundesliga, dan Mazraoui mampu mencatatkan rata-rata 1,7 dribel di Eredivisie Belanda.
Catatan ofensif Kimmich dan Alexander-Arnold bahkan lebih luar biasa lagi. Kimmich berhasil menyumbangkan 13 assist untuk Bayern Muenchen --ia berada di peringkat dua pencetak assist terbanyak di Bundesliga. Sementara, Alexander-Arnold berada di posisi tiga pencetak assist terbanyak Premier League dengan 12 assist.
Yang perlu dicatat adalah, kemampuan bertahan mereka sama sekali tidak medioker. Namun, yang membuat mereka populer dan digadang-gadang sebagai yang terbaik di Eropa adalah kemampuan ofensif mereka.
ADVERTISEMENT
Kendati begitu, ada satu sosok yang melawan arus, yang anti-mainstream di antara bek kanan muda papan atas Eropa. Sosok tersebut adalah Aaron Wan-Bissaka.
Wan-Bissaka adalah bek kanan asal Inggris yang bermain untuk Crystal Palace. Usianya sama seperti Mazraoui, masih 21 tahun. Sama seperti beberapa nama di atas, Wan-Bissaka adalah bek kanan muda yang sering dapat pujian selangit.
Pemain Arsenal Sead Kolasinac (kiri) berebut bola dengan pemain Crystal Palace, Aaron Wan-Bissaka. Foto: REUTERS / Eddie Keogh
Namun, pada dasarnya, Wan-Bissaka berbeda dengan kompatriotnya. Wan-Bissaka adalah bek kanan muda yang besar namanya karena kemampuan defensifnya. Bahkan, bisa dibilang, ia adalah salah satu bek sayap dengan kemampuan bertahan terbaik di dunia.
Jika tak percaya, silakan tengok statistik Wan-Bissaka selama mengarungi Premier League musim 2018/2019. Ia mampu mencatatkan rata-rata 3,7 tekel, 2,4 intersep, dan 3,7 sapuan per laga.
ADVERTISEMENT
Wan-Bissaka juga berada di peringkat dua jumlah intersep dengan total 84 intersep, dan peringkat tiga jumlah tekel dengan 129 tekel di Premier League. Catatan itu membuat Wan-Bissaka menjadi bek dengan jumlah tekel dan intersep terbanyak di Premier League.
Fisik Wan-Bissaka juga menyokong dirinya untuk menjadi pemain bertahan yang tangguh. Tingginya mencapai 183 sentimeter, tentu di atas bek sayap pada umumnya.
Tak hanya itu, ia juga dijuluki ‘Laba-Laba’ karena kakinya yang panjang. Dari situ, tak mengherankan apabila jumlah intersepnya tinggi.
Yang menarik adalah, Wan-Bissaka mengakui bahwa ia tak pernah belajar untuk bertahan ketika ia masih berada di akademi. Bahkan, ia tak suka untuk bertahan. Mimpinya adalah menjadi penyerang yang penuh trik, seperti Ronaldinho.
ADVERTISEMENT
“Tidak, saya tidak tahu dari mana kemampuan bertahan saya datang, dan saya bingung melihat statistik saya. Saya tidak pernah menekel saat masih di akademi. Saya sangat sibuk melakukan trik, dan saya tidak suka bertahan. Saya mengintersep bola hanya karena saya cepat, tetapi saya baru menekel saat saya bermain untuk tim U-23. Saat masih muda, saya selalu menjadi penyerang,” kata Wan-Bissaka saat diwawancarai The Guardian.
Meskipun begitu, Wan-Bissaka mengakui bahwa pengalaman bermain sebagai penyerang penuh trik ketika masih belia membantunya di saat ini. Selain itu, ia juga meraup banyak keuntungan dengan berlatih bersama pemain sayap Palace yang brilian seperti Wilfried Zaha.
“Berlatih bersama Zaha dan Yannick Bolasie benar-benar mengasah saya. Ketika saya muda, gaya main saya seperti Zaha, dan itu menjadi modal ketika saya berhadapan dengannya.”
ADVERTISEMENT
“Sebagai mantan penyerang sayap, saya paham apa yang akan mereka lakukan, ke mana mereka akan bergerak, apa yang mereka pikirkan. Saya dapat mengantisipasi mereka,” tambah Wan-Bissaka.
Hal inilah yang membuatnya begitu susah dilewati oleh pemain sayap lawan. Per catatan WhoScored, rata-rata dribel sukses terhadap Wan-Bissaka per laga di Premier League hanya berada di angka 0,3.
Di satu sisi, pengalamannya ketika menyerang juga masih tersisa. Ya, Wan-Bissaka juga cukup impresif ketika melakukan ofensif, kendati keunggulan utamanya adalah defensif.
Di Premier League, pemuda kelahiran Croydon, London ini berhasil mencatatkan tiga assist, setara dengan yang ditorehkan oleh bek kanan senior Tim Nasional (Timnas) Inggris yang bermain untuk Tottenham Hotspur, Kieran Trippier.
ADVERTISEMENT
Lebih dari itu, Wan-Bissaka juga mampu mencatatkan rata-rata 1,7 dribel sukses per laga di Premier League. Ia menjadi bek kanan kedua terbaik untuk urusan ini, di belakang penggawa Leicester City, Ricardo Pereira.
Pada akhirnya, bisa dibilang kalau Wan-Bissaka adalah seorang bek sayap yang komplit. Hebat ketika bertahan, dan memiliki kemampuan menyerang yang mumpuni. Oleh karena itu, tak mengherankan apabila ia menjadi komoditas panas bagi tim papan atas di bursa transfer musim panas ini.
Salah satu klub besar yang benar-benar meminati Wan-Bissaka adalah Manchester United. Per laporan Evening Standard, United sudah membuka tawaran terhadap Palace untuk memboyong Wan-Bissaka di angka 25 juta poundsterling.
Tentu saja, tawaran United itu masih jauh dari valuasi Palace, yang kabarnya mencapai 50 juta poundsterling. Kendati begitu, United seharusnya memenuhi saja tawaran Palace tersebut. Toh, mereka juga memiliki kemampuan finansial untuk melakukan itu.
ADVERTISEMENT
Yang menjadi alasannya, tentu saja, United benar-benar membutuhkan Wan-Bissaka. Posisi bek kanan bisa dibilang sebagai titik terlemah United.
Saat ini, pilihan utama ‘Sang Iblis Merah’ untuk posisi tersebut adalah… Ashley Young. Di usianya yang sudah 33 tahun, Young terlihat sudah tak sanggup berlaga di level tertinggi, dan belakangan hanya menjadi olokan suporternya sendiri.
Ashley Young kecewa United gagal kalahkan Chelsea. Foto: Reuters/Jason Cairnduff
United memang masih memiliki Diogo Dalot, bek kanan muda asal Portugal, dan Matteo Darmian. Namun, Dalot kerap kali diplot sebagai pemain sayap kanan mengingat kemampuan defensifnya tak oke. Sementara, Darmian tampaknya tak memiliki kualitas yang cukup untuk menjadi pilihan utama di United.
Oleh karena itu, merekrut Wan-Bissaka tampak menjadi sebuah kewajiban bagi United. Sang pemain sendiri memang mengaku tetap fokus bersama Palace, tetapi ia tidak menutup kemungkinan untuk pindah.
ADVERTISEMENT
Your move, Ed Woodward.