Agar AS Roma Tidak Tersandung Lagi

13 Maret 2018 19:49 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain Roma merayakan gol (Foto: Carlo Hermann / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain Roma merayakan gol (Foto: Carlo Hermann / AFP)
ADVERTISEMENT
Biasanya, sebuah tim akan tampil tangguh di kandang. Namun, tidak begitu bagi AS Roma.
ADVERTISEMENT
Selama 2018, sudah ada lima laga yang dilakoni I Giallorossi dengan status tuan rumah. Hasilnya, anak-anak asuh Eusebio Di Francesco itu kalah dua kali dan menang tiga kali.
Beruntungnya, tiga laga kemenangan itu didapatkan dari tiga laga terakhir mereka. Teraktual, Roma menang 3-0 atas Torino pada Sabtu (10/3/2018) dini hari WIB.
Namun, tidak ada konsistensi tanpa adanya ujian.
Menghadapi Shakhtar Donetsk pada leg II babak 16 besar Liga Champions di Stadio Olimpico, Rabu (14/3/2018) dini hari WIB, Roma mau tak mau harus menang dengan selisih dua gol agar bisa lolos ke babak perempat final Liga Champions. Pasalnya, pada pertemuan pertama, Roma kalah 1-2.
Pertahanan Roma kacau balau dalam laga leg pertama itu. Sementara, serangan balik anak-anak asuh Paulo Fonseca begitu efektif.
ADVERTISEMENT
Gelandang/full-back Roma, Alessandro Florenzi, pun tahu bahwa pertandingan kali ini tak bisa dianggap enteng.
“Menjaga energi kami selama 90 menit itu penting. Namun, kami perlu juga untuk mencoba memainkan sepak bola kami dan itu berarti untuk menjaga tempo cepat kami,” ujar pemain jebolan akademi Roma tersebut sebagaimana dilansir situsweb klub.
“Kalau kami mencetak sebuah gol, kami tak boleh berpikir bahwa kami telah berhasil. Kami harus bermain hingga menit akhir.”
Lalu, bagaimana caranya agar I Lupi bisa meraih kemenangan dengan minimal dua gol atas Shakhtar Donetsk? Ya, belajar dari kesalahan mereka. Semisal, tak lagi melakukan serangan yang monoton.
Shakhtar Donetsk vs AS Roma (Foto: Gleb Garanich/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Shakhtar Donetsk vs AS Roma (Foto: Gleb Garanich/Reuters)
Dalam pertandingan leg I, Roma terlalu bergantung dengan pemain di sayap kanan mereka, yakni Cengiz Uender, dan Florenzi yang bertugas sebagai full-back kanan. Sayangnya, selain gol Uender sebelum babak perdana usai, serangan demi serangan Roma dari sektor kanan dapat diantisipasi dengan mudah oleh Shakhtar.
ADVERTISEMENT
Dengan serangan dari sisi kanan yang terus diulang-ulang, Florenzi dan Uender kelelahan. Oleh karenanya, muncul lubang di sisi kanan Roma yang bisa dimanfaatkan sehingga gol perdana Shakhtar di laga tersebut bisa terjadi.
Selain itu, Roma juga perlu memperhitungkan ujung tombak mereka. Pasalnya, Edin Dzeko bisa dengan mudahnya dimatikan oleh bek-bek Shakhtar. Dzeko hanya berhasil menerima 32 sentuhan tanpa satu gol pun yang berhasil dia lesakkan dan kehilangan bola sebanyak dua kali. Beruntungnya, ia berhasil menciptakan satu assist.
Kalau perlu, Roma bisa mencoba Patrik Schick sebagai ujung tombak mengingat ketika menang 3-0 dari Torino, ia berhasil membuat lini serang Roma tampak cair. Sehingga, meski tak mencetak gol, Schick bisa membuat gelandang Roma, Radja Nainggolan, bermain nyaman sehingga bisa membukukan sepasang assist.
ADVERTISEMENT