Alasan De Ligt Pilih Juventus: Seni Sepak Bola Bertahan ala Italia

18 Juli 2019 18:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
De Ligt pada sebuah laga di Liga Champions. Foto: AFP/Gabriel Bouys
zoom-in-whitePerbesar
De Ligt pada sebuah laga di Liga Champions. Foto: AFP/Gabriel Bouys
ADVERTISEMENT
Saga transfer Matthijs de Ligt berakhir sudah. Juventus menjadi pilihan destinasi bek tengah 19 tahun tersebut untuk lima tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Untuk mengakuisisi De Ligt, Juventus mesti menyetor 75 juta euro ke rekening Ajax Amsterdam dalam termin lima tahun. Sementara soal gaji, De Ligt meraup 7,5 juta euro per musimnya.
Kalau ditelaah lebih luas, Juventus bukanlah satu-satunya klub yang mampu mengucurkan uang sebanyak itu. Masih ada Barcelona, Paris Saint-Germain, serta Manchester United sebagai tim dengan kekuatan finansial yang turut mengantre di daftar peminat. Lantas, apa, sih, dasar di balik preferensi De Ligt?
"Adalah seni bertahan ala Italia yang membuat saya tertarik. Banyak pula inspirasi saya dari negara ini, di antaranya Paolo Maldini, Franco Baresi, Alessandro Nesta, Fabio Cannavaro, serta Gaetano Scirea," tutur De Ligt kepada Ajax TV.
Seperti diutarakan De Ligt, banyak pemain belakang top lahir dari Negeri Piza. Bahkan, satu nama yang disebutnya, Cannavaro, menjadi bek terakhir yang sukses merengkuh penghargaan Ballon d'Or. Maka, dengan merantau ke Italia, De Ligt pun berpeluang mematangkan kemampuannya dan masuk jajaran bek elite sepanjang masa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, peran De Ligt sebagai pemain belakang juga bakal menjadi penting di Juventus. Ingat, Bianconeri merengkuh gelar juara Serie A delapan musim terakhir dengan membukukan rapor kebobolan paling sedikit.
Semua keistimewaan tersebut tentu sulit didapatkan De Ligt bersama Ajax. Karena sepak bola Belanda lebih mengutamakan sisi atraktif ketimbang organisasi pertahanan.
De Ligt tiba di Turin, Italia. Foto: Twitter/@juventusfcen
Bukan berarti De Ligt tak memetik pelajaran penting di klub lamanya. Dia tetap melihat Ajax sebagai fase penting dalam kariernya. Di sinilah, De Ligt berkembang dari remaja yang bukan siapa-siapa hingga dikenal dunia sebagai bek muda dengan potensi besar.
"Saya menghabiskan 10 tahun di level junior dan tiga tahun bersama tim utama. Sayang sekali, saya mesti mengambil langkah maju," ucap De Ligt.
ADVERTISEMENT
"Tentu ada rasa sedih saat meninggalkan Ajax. Karena saya merasakan momen indah dan buruk di sini, seperti rollercoaster. Saya akan merindukan semuanya, tetapi tak ada yang mengetahui masa depan," katanya.