Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Analisis: Kejelian Valverde, Kebuntuan Conte
15 Maret 2018 7:07 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Bentrokan antara Barcelona dan Chelsea di leg kedua babak 16 besar Liga Champions, Kamis (15/3/18) dini hari WIB di Camp Nou seharusnya berjalan seimbang. Sebabnya, Chelsea memiliki bekal yang cukup mengenyangkan setelah sukses menahan imbang El Barca 1-1 di leg pertama.
ADVERTISEMENT
Namun, Barcelona unggul telak tiga gol tanpa balas melalui sepasang gol Lionel Messi dan satu gol Ousmane Dembele. Adalah keputusan masing-masing nakhoda yang jadi jurang pemisahnya, faktor yang membuat kesenjangan angka di antara keduanya.
Minimnya Opsi Conte
Merupakan keputusan yang menarik dari Antonio Conte kala menurunkan Olivier Giroud sebagai penyerang utama. Komposisi demikian seakan membuat Conte mengubah metode agresi Chelsea saat leg pertama lalu. Keberhasilan The Blues saat itu tak bisa dialihkan dari kreativitas sisi sayap mereka dalam mengeksploitasi tepi pertahanan Barcelona.
Namun, pada kenyatannya tidak banyak perubahan dari segi serangan. Meski menurunkan Giroud sebagai target-man, serangan Chelsea masih bersumber dari sisi sayap. Buktinya, dia hanya melepaskan satu tembakan sepanjang pertandingan --itupun tak menemui sasaran. Bandingkan dengan Marcos Alonso yang justru lebih aktif dalam melakukan percobaan sebanyak empat kali.
ADVERTISEMENT
Sedangkan Willian kembali menjadi tumpuan Conte untuk membombardir benteng Barcelona. Selain melalui manuver di sisi sayap, dia juga diberi mandat untuk melepaskan tembakan jarak jauh --trik yang sama saat berhasil menjebol gawang El Barca di leg pertama. Kombinasi Willian dan Alonso bisa saja berbuah gol di babak pertama andai Marc-Andre ter Stegen tak jeli dalam pengambilan posisi.
Willian memang jadi figur penting dalam laga kali ini-- dan sebelumnya. Sayang seribu sayang, pemain asal Brasil itu gagal bersinar karena Barcelona telah belajar dari pengalaman sebelumnya.
Samuel Umtiti dan kawan-kawan tak membiarkan dia mengeksploitasi pertahanan Blaugrana. Buktinya, delapan kali Willian kehilangan penguasaan bola, dua kali lipat dibanding catatan pada leg pertama. Hal itu yang kemudian membuat dirinya hanya mencatatkan masing-masing sebiji tembakan tepat sasaran dan umpan kunci.
ADVERTISEMENT
Pun demikian dengan Eden Hazard yang juga tak mampu berbicara banyak. Ia kesulitan menembus pagar yang dibuat Pique dan Rakitic di sisi kanan pertahanan Barcelona. Tak ada satupun tembakan yang mengenai sasaran dari tiga percobaan yang dilakukannya.
Kejelian Valverde
Jika melihat kebijakan Ernesto Valverde di laga kali ini, sepertinya ia sudah mengambil hikmah dari kegagalan mereka memetik kemenangan di Stamford Bridge. Ousmane Dembele diturunkan sejak menit pertama demi menambah varian serangan. Ya, pada laga sebelumnya, Barcelona kesulitan dalam menembus pertahanan tuan rumah karena cenderung bertumpu pada daya cipta Lionel Messi seorang.
Langkah Valverde terbukti jitu karena Dembele berhasil menyumbang satu gol pada laga tersebut. Melalui skema serangan balik, pemain yang digaet dari Borussia Dortmund itu berhasil mengonversi umpan matang Messi. Tentu saja tanpa mengesampingkan pergerakan cerdik Luis Suarez yang memancing pergerakan tiga pemain belakang Chelsea.
ADVERTISEMENT
Dibutuhkan kecepatan dalam skenario semacam ini, dan itulah salah satu alasan mengapa Valverde menunjuk Dembele ketimbang Paulinho. Serangan yang relatif bercabang lalu memudahkan Messi untuk lebih berkreasi, situasi yang kemudian juga menyulitkan barisan pertahanan Chelsea.
Satu hal penting lagi yang dilakukan Valverde adalah menginstruksikan Ivan Rakitic untuk bermain lebih ke dalam. Dengan begitu, Barcelona tak akan kehilangan personel untuk bertahan saat Sergi Roberto melakukan overlap ke depan.
Torehan manis yang diraih Barcelona tak bisa dilepaskan dari kejelian Valverde dalam mengambil hikmah di leg pertama. Pelatih yang pernah menakhodai Athletic Bilbao tersebut menyiasati minimnya kreativitas dan lemahnya sisi sayap dengan Dembele sebagai penawarnya. Selain itu juga menginstruksikan Rakitic untuk lebih defensif.
ADVERTISEMENT
Nah, dengan formula tersebut lini depan bakal moncer dengan sendirinya. Messi sukses mengukir brace dengan Luis Suarez sebagai pengakomodir semua golnya. Artinya, tak ada yang dimanipulasi Barcelona untuk menjebol gawang Chelsea.
Toh, mereka masih mengandalkan dua penyerang utamanya untuk mencetak gol. Kalaupun ada, itu dengan menambah Dembele untuk menyokong kreativitas dari sisi sayap.
Sedangkan Chelsea yang terlalu mengandalkan Willian justru menjadi hilang akal saat tumpuannya dimatikan. Kehadiran Giroud yang unggul dari segi postur harusnya dibarengi dengan intensitas long ball yang tinggi pula.
Namun, Conte tidak memaksimalkan skema tersebut dan cenderung menitikberatkan serangan dari sisi sayap, via Willian dan Alonso. Oke, strategi semacam itu manjur di pertemuan sebelumnya, tapi tidak untuk saat ini.
ADVERTISEMENT
Cesc Fabregas yang piawai dalam mengakomodir via umpan, misalnya. Dari 7 percobaan long ball, ia hanya sekali mengarahkan long ball ke area tengah, sedangkan sisanya dikirim ke area tepi. Ironisnya, sisi sayap yang jadi titik terkuat Chelsea tak mampu membawa mereka terbang seperti sebelumya.