'Don't Look Back in Anger' untuk Giroud

31 Januari 2018 15:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Giroud di laga Arsenal vs Swansea. (Foto: Reuters/Andrew Couldridge )
zoom-in-whitePerbesar
Giroud di laga Arsenal vs Swansea. (Foto: Reuters/Andrew Couldridge )
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Atas segala pemberitaan tentang hengkangnya Olivier Giroud dari Arsenal, ada baiknya kita mendengar ulang 'Don’t Look Back in Anger' milik Oasis.
ADVERTISEMENT
Ini lagu lama yang rilis tahun 1995. Sebagian besar dari kita mungkin masih bocah waktu Oasis menelurkannya. Bahkan mungkin ada beberapa dari kita yang masih belum lahir. Setelahnya, dari tahun ke tahun lagu ini tak pernah berhenti diperdengarkan.
Di era musik modern seperti sekarang pun, 'Don’t Look Back in Anger' masih hidup. Digitalisasi musik lewat kehadiran Youtube dan Spotify memperkuat argumen bahwa lagu ini belum mati.
Bagi orang-orang Prancis, 'Don’t Look Back in Anger' adalah lagu spesial. Walau Noel Gallagher, sang penulis lagu, bukan berkebangsaan Prancis, ia tetap punya tempat bagi orang-orang Prancis karena lagu itu ditulis di Paris.
'Don’t Look Back in Anger' bertahan (bila kata ‘abadi’ berlebihan) bukan karena nama besar Oasis ataupun Noel Gallagher, tapi karena selalu ada alasan untuk melihat ke belakang dan menjadi marah karenanya.
ADVERTISEMENT
Berkebangsaan Prancis yang juga jadi negara tempat 'Don't Look Back in Anger' lahir, Giroud punya segala alasan untuk marah. Waktu bermainnya saja terkikis luar biasa akibat keberadaan Alexandre Lacazette. Ini belum membicarakan rumor santer tentang kedatangan Pierre-Emerick Aubameyang ke Arsenal.
Sebagai pesepak bola profesional yang menggantungkan hidup pada menit-menit di lapangan, Giroud punya alasan sahih untuk gusar. Aubameyang bukan penyerang kelas teri. Ia penyerang kelas kakap, yang tambun pula.
Selain Lionel Messi, Aubameyang menjadi penyerang paling subur se-Eropa. Dari jumlah gol di musim ini, Aubameyang hanya dua angka di bawah Messi yang mencetak 22 gol. Bicara produktivitas, jumlah golnya bahkan lebih tinggi daripada Cristiano Ronaldo (20) dan Luis Suarez (19).
ADVERTISEMENT
Kalau Aubameyang memang pindah ke Emirates, ia bakal dipasangkan dengan Lacazette. Mengesampingkan Lacezette adalah perkara mustahil. Ia diboyong dari Lyon seharga 52 juta poundsterling. Mubazir tak akan pernah ada dalam kamus Arsene Wenger.
Tanpa kehadiran Aubameyang pun, Giroud sudah jadi pemain semenjana. Ia hanya bermain sekali sebagai starter di sepanjang musim ini. Tentunya, ini membahayakan keberadaannya di perhelatan Piala Dunia yang bakal dimulai Juni mendatang. Pesepak bola waras mana pula yang abai akan nasibnya di Piala Dunia?
Giroud punya segala alasan untuk marah. 12 Agustus 2017 lalu, seharusnya Arsenal mendapat sumpah serapah di kandang sendiri di pertandingan pembuka musim 2017/2018. Arsenal harus bangkit dari ketertinggalan dua kali untuk mengalahkan Leicester City di kandang sendiri.
ADVERTISEMENT
Mereka memang unggul lebih dulu lewat gol sundulan Lacazette di menit kedua. Namun, Leicester juga bukan lawan sembarangan. Tiga menit berselang, Shinji Okazaki mencetak gol dan disusul oleh Jamie Vardy di menit 29. Beruntung Danny Welbeck menyamakan kedudukan di perpanjangan waktu babak pertama.
Vardy kembali mencetak gol di menit 56. Mana mungkin Wenger tak kelabakan dalam hati. Lalu ia memasukkan Aaron Ramsey dan Olivier Giroud pada menit 67. Hasilnya, mereka berdua mencetak gol di menit 83 dan 85.
Tanpa gol Giroud, Arsenal memang tak kalah. Tapi, menimang skor seri di kandang sendiri akan memberikan seminggu penuh celaan buat Wenger. Sesekali, Wenger memang perlu menjelajah linimasa sambil minum bir.
Belakangan, keberadaan Giroud selalu seperti ini di Arsenal. Di awal-awal, Arsenal bakal bermegah-megah ria dengan penyerang baru mereka, Lacazette. Saat terpojok, baru Giroud yang dimasukkan. Lalu ia mencetak gol. Lalu Arsenal meraih gelar juara Piala FA. Lalu Giroud menerima Puskas Award.
ADVERTISEMENT
Striker Arsenal Olivier Giroud (Foto: Julian Finney)
zoom-in-whitePerbesar
Striker Arsenal Olivier Giroud (Foto: Julian Finney)
Giroud punya segala alasan untuk marah. Nasibnya di klub bergantung pada transfer Aubameyang. Sejak kapan seseorang harus menunggu orang lain untuk menentukan nasibnya sendiri?
Apa pula yang pernah dilakukan oleh Aubameyang sampai-sampai nasib Giroud di Arsenal ditentukan olehnya? Aubameyang datang, Giroud boleh pergi dari Arsenal. Aubameyang tak jadi datang, Giroud harus kembali beramah-ramah dengan bangku cadangan.
Untungnya sekarang Wenger sudah mempersilakan Giroud hengkang dari Arsenal. Tak perlu menunggu-menunggu segitiga transfer itu rampung.
Lagu 'Don’t Look Back in Anger' pada dasarnya tidak terinspirasi dari hal khusus. Menurut Noel, ia hanya menulisnya setelah bertemu dengan penyanyi legendaris Inggris, Paul Weller, di studio The Manor, Oxford, Inggris. Tak ada cerita khusus di balik lagu ini. Nama Sally yang muncul di sana pun tak punya cerita tersendiri. Sudah dicari-cari, tapi tetap saja tak ada temuan penting tentangnya.
ADVERTISEMENT
Bedanya dengan lagu-lagu lain, 'Don't Look Back in Anger' tidak lahir karena satu peristiwa tertentu. Ia membesar dan tetap hidup karena peristiwa-peristiwa tertentu.
Peristiwa-peristiwa genting yang menghilangkan nyawa macam pengeboman Manchester menjadi salah satunya. Seketika, 'Don’t Look Back in Anger' menjadi setara dengan lagu kebangsaan. Ia menjadi manifestasi dari roh orang-orang Manchester. Orang-orang yang punya alasan untuk melihat ke belakang dengan amarah.
Slip inside the eye of your mind, don't you know you might find a better place to play.
Noel memang tidak bicara banyak soal cerita di balik lagu ini. Namun, ia membukanya tentang kemungkinan mencari tempat yang baru dan lebih baik. Apa-apa yang masih bisa terjangkau oleh pandangan mata berarti bukan tempat yang jauh. Ia menjadi tidak kelihatan bukan karena jauh, tapi karena tertutup dengan sudut pandang dan pemikiran lama.
ADVERTISEMENT
Sejak pertengahan Januari, Antonio Conte menyampaikan keinginannyan untuk mencari penyerang dengan spesifikasi khusus. Yang dibutuhkan oleh Chelsea adalah target man. Giroud menjadi pemain yang tepat dengan syarat ini. Apalagi Giroud bukan tipe pemain yang gemar melakukan banyak-banyak sentuhan. Ia cenderung efisien.
Chelsea adalah rival sekota Arsenal. Tempat yang dekat, yang terjangkau mata. Namun, tempat yang dekat ini sering tidak terlihat mata karena ditutupi oleh pandangan lama.
Bila Giroud pindah ke Chelsea maka ia akan dicap sebagai pengkhianat. Ia akan dicemooh oleh entah berapa juta pendukung Arsenal. Namun, bila Giroud mempersoalkan perkara macam ini, ia tak akan punya tempat di mana pun.
Wenger boleh menimpali keinginan Giroud untuk pindah ke Chelsea dengan 'ancaman', biarpun pindah ia tak akan punya jaminan menit bermain. Padahal, tanpa kalimat ancaman ini pun, karier sepak bola Giroud sudah terancam.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, setiap orang berhak buat ada di tempat yang lebih baik. Yang dibutuhkan Giroud adalah klub yang memberinya menit bermain yang banyak. Dan bila ia mendapatkan hal ini di Chelsea, rasanya tidak berlebihan untuk mengakui bahwa ia menemukan tempat yang lebih baik untuk bermain, better place to play.
'Don't Look Back in Anger' adalah lagu yang ditolak oleh vokalis utama Oasis, Liam Gallager. Waktu itu, Noel menawarkan 'Wonderwall' atau 'Don't Look Back in Anger', Liam memilih 'Wonderwall', lalu lagu ini menjadi kebesarannya. Lagu yang tak dipedulikan Liam menjadi milik Noel.
Kata orang-orang, suara Noel cocok untuk menyanyikan lagu ini. Cobalah dengar video-video yang merekam Liam menyanyikan Don't Look Back in Anger. Bukannya tak bagus, hanya tak sesuai.
ADVERTISEMENT
Sebagai buangan dari Arsenal, selalu ada kemungkinan Giroud bakal menjadi sesuai dengan klub barunya, termasuk Chelsea. Bukankah cerita lama dalam sepak bola, bila orang-orang buangan justru jadi pahlawan di klub barunya? Dan bila menjadi buangan adalah harga yang harus dibayar Giroud, asalkan ia punya tempat pasti, rasanya ini menjadi harga yang pantas dibayar.
Take me to the place where you go where nobody knows if it's night or day. But please don't put your life in the hands of a rock and roll band who'll throw it all away.
Tanpa mengganti kalimat yang lain, coba ganti frase rock and roll band menjadi football club. Lalu, nyanyikan lagu ini buat Giroud.
ADVERTISEMENT