Analisis: Ketangguhan Lini Tengah City Bikin Liverpool Tak Berdaya

4 Januari 2019 8:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Selebrasi dari Leroy Sane usai membobol gawang Liverpool. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi dari Leroy Sane usai membobol gawang Liverpool. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
ADVERTISEMENT
Setelah lima pertemuan terakhir di semua ajang tak pernah menang, Manchester City akhirnya bisa mengalahkan Liverpool. Skor 2-1 untuk kemenangan The Citizens menutup perjumpaan kedua tim pada laga pekan ke-21 Premier League di Stadion Etihad, Jumat (4/1/2019) dini hari WIB.
ADVERTISEMENT
Tak seperti pertemuan pertama yang berlangsung membosankan, kali ini kedua kesebelasan tampil dengan pertunjukan berbeda. Serangan demi serangan dilancarkan kedua kesebelasan untuk membuat gol kemenangan.
Dalam laga kali ini, City lebih mampu memanfaatkan keuntungan yang ada. Beberapa celah di lini belakang The Reds berhasil diekspos dengan baik oleh anak-anak asuh Pep Guardiola. Nah, untuk lebih detailnya, kumparanBOLA telah menyiapkan analisis di balik kemenangan City atas Liverpool. Silakan.
Suksesnya City Mematikan Aliran Bola Liverpool
Tidak seperti pertemuan pertama di Anfield lalu, Guardiola kini tak lagi bermain pragmatis. Wajar memang, posisi City kali ini lebih tersudut karena harus mengejar selisih tujuh poin dengan Liverpool di puncak klasemen.
City tampil menekan dan tak membiarkan pemain Liverpool mengembangkan permainannya. Sementara itu, Liverpool memilih untuk menutup jalur umpan City ketimbang melakukan pressing.
ADVERTISEMENT
Dalam hal ini, pujian patut diberikan kepada para gelandang City, khususnya Bernardo Silva dan Fernandinho. Keduanya bisa dibilang menjadi kunci City dalam memenangi pertandingan.
Kontribusi Bernardo dalam bertahan amat fantastis. Pemain kelahiran Portugal ini sukses membuat 3 tekel, 4 intersep, dan 1 sapuan. Tak hanya itu, Bernardo juga sukses menjadi pemain dengan recovery bola terbanyak sepanjang laga dengan total 10 kali. Selain itu, mantan penggawa AS Monaco itu juga menjadi pemain dengan distance cover tertinggi, totalnya mencapai 13,7 km.
Fernandinho juga tidak kalah apiknya. Pantas saja City menelan kekalahan beruntun dari Crystal Palace dan Leicester City saat dia tak bermain. Mantan pemain Shakhtar Donetsk itu memang mampu berperan sebagai pelindung yang baik bagi pertahanan City.
ADVERTISEMENT
Kemampuan Fernandinho dalam membaca permainan serta memutus serangan lawan terlihat dalam catatan di laga kali ini. Ada 4 tekel, 1 intersep, dan 3 sapuan yang dilakukan oleh pemain asal Brasil itu sepanjang laga. Dia bersama Bernardo Silva mampu menutup alur serangan dari Liverpool.
Ya, Jordan Henderson, Georginio Wijnaldum, dan James Milner menjadi kesulitan mengatur serangan Liverpool. Dampaknya, pemain depan tak bisa berbuat banyak. Mohamed Salah saja tercatat hanya 32 kali menyentuh bola di pertandingan tadi. Catatan itu membuktikan minimnya pasokan bola kepada pemain asal Mesir tersebut.
Pemanfaatan Ruang yang Baik dari City
Tak ada tekanan dari Liverpool, khususnya di babak pertama, membuat City nyaman memainkan bola. Beruntungnya City memiliki pemain belakang dan penjaga gawang dengan kemampuan passing apik menjadi faktor yang menentukan. John Stones di laga kali ini memegang kendali untuk memulai serangan City.
ADVERTISEMENT
Mantan pemain Everton ini mencatatkan akurasi operan sebesar 94,9% dalam laga kali ini. Uniknya beberapa umpan dari Stones tertuju ke kedua sisi permainan dari Liverpool.
Di laga ini, sayap-sayap Liverpool acap kali memberikan ruang yang besar kepada pemain City. Tentu saja itu menjadi bumerang mengingat sayap-sayap City yang diisi oleh Leroy Sane dan Raheem Sterling memiliki kecepatan tinggi. Belum lagi penyerang mereka Sergio Aguero yang juga memiliki lari yang sangat cepat.
Kecepatan dari pemain-pemain sayap City ini juga menjadi dilema bagi bek sayap Liverpool. Baik Alexander-Arnold maupun Andrew Robertson tak begitu leluasa untuk membantu serangan. Mereka juga tak terlalu mendapat proteksi dari lini tengah Liverpool yang bermain di pertandingan kali ini.
ADVERTISEMENT
Contoh pemanfaatan ruang yang berhasil dimaksimalkan City adalah ketika gol kedua terjadi. Saat itu, Sane dapat berdiri dengan bebas dan melakukan sprint ke arah gawang. Alexander Arnold yang seharusnya berada di posisi tersebut terlambat untuk menutup pergerakan pemain asal Jerman ini.
Mirroring yang Berhasil dari Guardiola
Liverpool bukannya tak melakukan perubahan di pertandingan kali ini. Ketika tertinggal 0-1, Klopp melakukan perubahan dengan melakukan pergantian pemain serta formasi.
Fabinho yang tampil apik di tiga pertandingan terakhir Liverpool baru dimainkan di menit ke-56 mengganti James Milner. Masuknya Fabinho membuat Klopp mengubah pola menjadi 4-2-3-1. Kedatangan Fabinho juga membuat Liverpool berani melakukan pressing untuk mengganggu pemain belakang City memegang kendali bola.
Tak lama usai Fabinho masuk, Liverpool berhasil mencetak gol penyama kedudukan. Melalui skema umpan silang, Roberto Firmino berhasil membuat skor kembali menjadi imbang.
ADVERTISEMENT
Selebrasi pemain City. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi pemain City. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
Tapi, Guardiola langsung bereaksi cepat setelah gawangnya kebobolan. Tahu lini tengah Liverpool semakin kuat dan banyak, pelatih asal Spanyol itu juga menambah satu gelandang untuk menghadapinya.
Diutuslah Ilkay Guendogan untuk menggantikan peran dari David Silva. City juga ikut-ikutan mengubah skema menjadi 4-2-3-1 dengan Guendogan dan Fernandinho sebagai poros ganda.
Perubahan ini kembali menstabilkan permainan City. Mereka kembali mampu unggul di tengah dan kuat dalam menjaga pertahanan. Liverpool pun kesulitan untuk menembus pertahanan City dan harus puas mengakhiri pertandingan dengan kekalahan 1-2.