Analisis: Liverpool yang Agresif dan Klinis, City yang Kurang Variatif

5 April 2018 8:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Liverpool vs Manchester City. (Foto: REUTERS/Andrew Yates)
zoom-in-whitePerbesar
Liverpool vs Manchester City. (Foto: REUTERS/Andrew Yates)
ADVERTISEMENT
Mimpi buruk Manchester City di Stadion Anfield kembali terulang. Setelah sempat kalah pada ajang Premier League beberapa waktu lalu, sekarang mereka kembali menelan pil pahit ketika tampil di Anfield menghadapi tuan rumah Liverpool.
ADVERTISEMENT
Manchester City bertandang ke Anfield dalam laga leg pertama babak perempat final Liga Champions musim 2017/18, Kamis (5/4/2018) dini hari. Alih-alih dapat memberikan perlawanan yang sengit, The Citizens justru takluk di tangan Liverpool dengan skor cukup telak, yaitu 0-3. Mohamed Salah, Sadio Mane, dan Alex Oxlade-Chamberlain menjadi penyumbang gol bagi Liverpool dalam pertandingan ini.
Sebenarnya dalam pertandingan ini, City mampu tampil lebih dominan dari Liverpool. Soal segi persentase penguasaan bola, mereka unggul dengan catatan 66% berbanding 34%. Soal total tembakan yang dilepaskan, mereka juga unggul dengan catatan 11 tembakan berbanding 9 tembakan milik Liverpool.
Walau lebih unggul dari segi permainan, pada akhirnya City tetap takluk dari Liverpool dalam pertandingan ini. Lalu, apa yang membuat City kembali kalah dari Liverpool di Anfield?
ADVERTISEMENT
Serangan City yang Kurang Variatif
Manchester City adalah tim dengan skema serangan yang cukup variatif. Lazimnya, kedua sayap mereka akan berkontribusi penuh dalam setiap skema serangan yang dilancarkan, ditopang oleh kemampuan Kevin De Bruyne dan David Silva sebagai distributor bola di area tengah.
Namun, dalam pertandingan ini, City justru tidak menampilkan skema serangan yang cukup apik. Serangan City dalam laga ini terlalu bertumpu kepada sisi kiri, mengandalkan agresivitas dari Leroy Sane seorang. Pemain asal Jerman itu memang tampil apik dengan torehan 2 kali tembakan dan 4 kali usaha dribel. Dia juga tidak lelah memanfaatkan ruang kosong sekecil apa pun di lini pertahanan Liverpool.
Walau Sane tampil cukup dominan dalam membongkar pertahanan Liverpool, apiknya para pemain di sisi kanan dalam menutup pergerakan Sane membuatnya tak berkutik. Ditambah dengan variasi serangan City yang kurang karena sisi kanan yang tidak hidup, serangan City pun mati dalam pertandingan ini.
ADVERTISEMENT
De Bruyne dan Silva yang Sulit Mengalirkan Bola
Selain karena serangan yang kurang variatif, matinya serangan Liverpool ini juga karena matinya sosok Silva dan De Bruyne selaku motor serangan City. Mereka berdua gagal menghidupkan skema serangan City seperti yang biasa mereka lakukan dalam setiap pertandingan City.
Memang dalam pertandingan ini, Silva dan De Bruyne sudah sebisa mungkin menghidupkan serangan City dengan segala usaha yang mereka bisa. Silva menorehkan 6 umpan kunci dan 7 umpan silang, dengan persentase keberhasilan umpan mencapai 86,8%. De Bruyne menorehkan 1 umpan kunci dan 5 umpan silang dengan persentase umpan mencapai 80,7%.
Namun, yang menjadi masalah adalah posisi Silva dan De Bruyne ketika melepaskan umpan tersebut. Keduanya kerap terdorong ke sisi sayap sehingga sedikit bertabrakan dengan para pemain yang ada di sayap. Jika biasanya Silva dan De Bruyne menopang pemain sayap dengan umpan mereka, kali ini justru mereka yang terdorong untuk bergerak ke sayap.
ADVERTISEMENT
Dorongan yang memaksa Silva dan De Bruyne bergerak ke sayap ini adalah buah dari skema pertahanan yang diterapkan oleh Liverpool sendiri. Dengan menumpuk pemain di area sepertiga akhir dan kotak penalti, serta menerapkan sistem pertahanan zona, mereka mampu memaksa Silva dan De Bruyne bergerak ke sayap. Hasilnya, serangan City menjadi mati dan tidak variatif.
Liverpool yang Belajar dari Pertandingan Sebelumnya
Liverpool menjadi tim yang menunjukkan perkembangan dalam pertandingan ini. Belajar dari kemenangan 4-3 beberapa waktu lalu, mereka sadar bahwa mereka harus tetap klinis dan agresif, namun juga tidak boleh melupakan pertahanan.
Hal ini terlihat dalam pertandingan melawan City di Anfield barusan. Di babak pertama, Liverpool tampil apik. Mereka menekan lini pertahanan City sedemikan agresifnya, sehingga kerap membuat para pemain City gelagapan ketika menguasai bola.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu, mereka juga mampu tampil klinis dengan sukses menorehkan 3 gol dari total 5 tembakan yang mengarah ke gawang City. Salah menjadi sosok yang patut diapresiasi (lagi) dalam laga ini, dengan torehan 1 gol dan 1 assist-nya kepada Mane. Dia juga menjadi bagian dari para penyerang Liverpool yang menekan serempak para pemain City sejak dari lini pertahanan.
Tapi, pujian tidak hanya milik Salah semata. Memasuki babak kedua, Liverpool menjadi tim dengan kesadaran bertahan yang apik. Kredit patut diberikan kepada Trent Alexander-Arnold yang mencatatkan 4 kali usaha tekel, 7 kali intersep, dan 10 kali sapuan di lini pertahanan Liverpool. Dia mampu membantu Virgil van Dijk dan Dejan Lovren mengawal pertahanan 'Si Merah'.
ADVERTISEMENT
Dengan pertahanan yang apik dan penyerangan yang klinis ini, Liverpool sukses menumbangkan City di Anfield untuk kedua kalinya.
***
Kekalahan telak 0-3 ini membuat Manchester City terbebani tugas berat. Jika mereka ingin lolos ke babak semifinal, setidaknya mereka harus menang dengan selisih empat gol tanpa membiarkan Liverpool memasukkan gol barang sebiji pun ke gawang mereka. Pep Guardiola harus membuat skema yang sedemikian rupa agar situasi dapat berbalik menguntungkan untuk City.
Sedangkan bagi Liverpool, kemenangan ini membuat tugas mereka di leg kedua nanti menjadi lebih mudah. Cukup bermain seperti biasa dan tanpa beban, maka tiket semifinal Liga Champions akan berada dalam genggaman.