Analisis: Lukaku Menghidupkan, Salah Dimatikan

11 Maret 2018 8:20 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain United dan Liverpool berduel. (Foto: Reuters / Jason Cairnduff)
zoom-in-whitePerbesar
Pemain United dan Liverpool berduel. (Foto: Reuters / Jason Cairnduff)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lini serang Liverpool memang cukup mematikan. Tercatat sejauh ini mereka sudah menorehkan 68 gol di ajang Premier League, tertinggi kedua setelah Manchester City. Semua itu tak berlaku ketika Liverpool bersua Manchester United.
ADVERTISEMENT
Dalam laga lanjutan pekan ke-30 Premier League yang dihelat di Stadion Old Trafford, Sabtu (10/3/2018) malam, Manchester United sukses mengalahkan Liverpool dengan skor 2-1. Kemenangan ini mengokohkan posisi United di peringkat kedua klasemen sementara Premier League, menjauhkan jarak dengan Liverpool yang berada satu tingkat di bawahnya.
Sebenarnya, dalam pertandingan ini 'Si Merah' memegang kendali penuh, terutama di babak kedua. Liverpool unggul persentase penguasaan bola atas United (68% berbanding 32%) dan tembakan yang dilepaskan (14 kali berbanding lima kali). United cukup sulit untuk menguasai bola lama-lama di pertandingan ini.
Selain ketatnya pertahanan United yang menerapkan sistem penjagaan zona, ada dua faktor kunci yang menjadi penentu kemenangan dalam pertandingan ini. Berikut selengkapnya:.
ADVERTISEMENT
Romelu Lukaku, Penghidup Serangan United
Pada pertandingan ini, Romelu Lukaku tidak menyumbangkan gol bagi Manchester United. Sejak menit awal sampai pertandingan usai, dia tercatat hanya menorehkan satu tembakan, satu umpan kunci, dan sekali usaha dribel dalam pertandingan ini.
Meski begitu, Lukaku pantas diacungi jempol dalam pertandingan ini. Kehadirannya di lini depan dalam pertandingan ini membuat serangan United menjadi berjalan lancar. Dua gol yang dilesakkan Marcus Rashford, merupakan andil dirinya dalam mengaktifkan serangan United.
Pada proses gol pertama, dia sukses memanfaatkan bola jauh David De Gea menjadi assist kepada seorang Rashford. Di proses gol kedua, dia berhasil menahan bola dan sukses menghadirkan situasi kemelut lewat umpan kuncinya kepada Juan Mata sebelum gol Rashford kembali terjadi.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari tampil apiknya bek-bek United dalam pertandingan ini (Chris Smalling bahkan menorehkan 12 kali sapuan di lini pertahanan), kemampuan Lukaku yang baik dalam mengaktifkan serangan United, baik melalui kemampuan post-play maupun kemampuan menahan bolanya yang mulai terbentuk, membuat serangan United menjadi lebih kreatif.
Hasilnya, banyak ruang tercipta, dua di antaranya dapat dimanfaatkan oleh Rashford untuk mencetak gol.
Mohamed Salah Mati, Liverpool Mati
Memang sebenarnya kunci serangan Liverpool ada pada sosok Roberto Firmino. Selepas kepergian Philippe Coutinho ke Barcelona, peran dari Firmino lebih dihargai. Dia memang cukup banyak terlibat dalam gol-gol yang dicetak oleh Liverpool.
Meski peran Firmino cukup besar dalam serangan-serangan yang dibangun Liverpool, tetap saja ketika ada satu pemain depan Liverpool yang dimatikan, maka serangan Liverpool pun akan mati karena adanya sistem yang tidak jalan. Inilah yang terjadi pada laga melawan Manchester United, ketika Mohamed Salah berhasil dimatikan.
ADVERTISEMENT
Pada pertandingan ini, tidak seperti Sadio Mane atau Firmino yang aktif mencari ruang dan memberikan umpan-umpan kunci, peran Salah di lini serang Liverpool benar-benar tidak terlihat. Catatan aksi menyerangnya dalam laga ini hanya satu kali tembakan dan satu umpan kunci.
Catatan ini berbeda jauh dengan apa yang ditorehkan Firmino (tiga kali tembakan, satu umpan kunci, dan empat kali usaha dribel) maupun Mane (sekali tembakan, tiga umpan kunci, dan empat kali usaha dribel). Dalam pertandingan ini, Salah sama sekali tidak mencatatkan usaha dribel.
Dengan matinya Salah ini, maka serangan Liverpool menjadi tidak maksimal. Meski mereka sukses menorehkan tembakan sebanyak 14 kali, tak ada satu pun yang menjadi gol. Satu gol Liverpool yang tercipta, itu pun hanya hasil dari bunuh diri pemain lawan.
ADVERTISEMENT
Penampilan minor tentu bukan kesalahan seorang Salah. Dukungan yang kurang terhadap dirinya dari pemain lain juga mengakibatkan Salah tidak berfungsi dengan efektif dalam pertandingan ini.
Pada pertandingan ini, Ashley Young selaku full-back kiri United, bekerja sama dengan Rashford dan Matic, sukses mengisolasi Salah sehingga pemain asal Mesir tersebut tak bisa berkutik. Pergerakan Salah pun hanya terfokus di sisi sayap, tidak mampu untuk masuk dan melakukan cut-inside ke dalam kotak penalti United.
Di tengah kesulitan yang mendera Salah ini, justru pemain-pemain lain yang berada di sisi kanan Liverpool tidak dapat memberikan bantuan. Alex Oxlade-Chamberlain yang ada di sisi kanan malah lebih banyak terkunci di tengah. Trent Alexander-Arnold yang harusnya dapat membantu dengan memberikan back-up justru kerepotan menghadapi pergerakan apik Rashford.
ADVERTISEMENT
Maka, ketidakefektifan Salah, yang berujung kepada minimnya ketajaman dari serangan Liverpool ini, pada dasarnya justru berawal dari ketidakmampuan mereka memberikan sokongan yang pas untuk Salah. Permainan Salah pun menjadi salah dalam laga ini.
***
Manchester United semakin menancapkan kekuasaan mereka atas Liverpool sepanjang pertemuan kedua tim di ajang liga. Total 68 kemenangan dari 170 pertemuan mencerminkan superioritas 'Setan Merah' atas 'Si Merah'.
Namun, dalam pertandingan ini, Liverpool sebenarnya dapat unggul dari United jika mampu meminimalkan segala ancaman yang datang ke gawang mereka sekaligus mencari cara membongkar pertahanan United. Apalagi, mereka memiliki trio lini depan yang cukup menakutkan.
Yang terjadi justru sebaliknya. United unggul dan tetap menjadi tim yang lebih merah daripada 'Si Merah'.
ADVERTISEMENT