Analisis: Rencana Cadangan Terbaca, Antonio Conte pun Merana

1 Februari 2018 14:48 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Saatnya Conte mengevaluasi Chelsea. (Foto: Reuters/Andrew Yates)
zoom-in-whitePerbesar
Saatnya Conte mengevaluasi Chelsea. (Foto: Reuters/Andrew Yates)
ADVERTISEMENT
Sejatinya, seorang manajer, terutama manajer yang menangani klub yang berkompetisi di liga, akan memiliki banyak rencana agar tim yang dia tangani dapat terus konsisten dan menang dalam setiap pertandingan. Namun, bagaimana jika rencana-rencana yang sudah dimiliki oleh sang manajer, bahkan rencana cadangannya juga, terbaca oleh lawan? Inilah yang terjadi pada Antonio Conte.
ADVERTISEMENT
Sebuah kejutan terjadi dalam laga lanjutan pekan ke-25 Premier League musim 2017/18 kala Chelsea menjamu AFC Bournemouth di Stadion Stamford Bridge, Kamis (1/2/2018) dini hari WIB. Ditaksir akan meraih kemenangan, 'Si Biru' justru malah meraih kekalahan dengan skor 0-3. Tiga gol dari Bournemouth ini dicetak oleh Callum Wilson, Junior Stanislas, dan Nathan Ake.
Kekalahan ini menjadi sebuah noda tersendiri bagi Chelsea. Dengan kekalahan ini, selain membikin posisi Chelsea merosot ke posisi empat klasemen sementara Premier League, juga membuat rekor apik Chelsea kala bersua Bournemouth sedikit tercoreng. Namun, akibat paling parah dari kekalahan ini tentu dialami oleh Antonio Conte, manajer Chelsea.
Selain membuat kursi manajerial Conte menjadi lebih panas, kekalahan ini juga mencerminkan satu hal lain: rencana cadangan Conte mulai terbaca oleh tim lawan.
ADVERTISEMENT
Conte dan Rencana-Rencana Cadangan yang Dia Miliki
Pada musim 2016/17, ketika Chelsea jadi juara Premier League dan menjejak partai final Piala FA, Conte pernah mengungkapkan bahwa dia tidak terpatok pada satu kemungkinan di Chelsea. Komentar ini dia keluarkan perihal kritik Jose Mourinho yang mengatakan bahwa Chelsea banyak mengandalkan serangan balik pada musim tersebut.
"Saya harus mengatakan satu hal. Saya tidak menekankan tim saya untuk bermain dengan menggunakan serangan balik. Tidak hanya di sini, tapi juga di tim-tim lain tempat saya pernah menjadi manajer sebelumnya. Bagi saya, serangan balik hanyalah salah satu pilihan di antara pilihan-pilihan lain," ujar Conte.
Memperhatikan ucapan Conte di atas, tampak bahwa dirinya selalu memiliki rencana B, C, dan seterusnya ketika rencana A yang dia miliki tidak berjalan. Pada musim 2016/2017, rencana-rencana cadangan inilah--diterapkan ketika pemain-pemain kunci semisal Diego Costa, N'Golo Kante, serta Eden Hazard absen--.yang membuat Chelsea dapat merengkuh trofi Premier League dan menorehkan total 13 kemenangan beruntun.
ADVERTISEMENT
Rencana-rencana cadangan yang Conte gunakan pada musim lalu, seperti memasang Eden Hazard di posisi penyerang tunggal serta menerapkan tiga gelandang sekaligus untuk memusatkan serangan ke tengah, masih kerap dia pakai pada musim ini. Maka jangan heran dalam satu pertandingan, terkadang N'Golo Kante, Danny Drinkwater, serta Cesc Fabregas/Tiemoue Bakayoko dimainkan secara bersama-sama.
Lalu jangan heran juga ketika Eden Hazard tiba-tiba bermain pada posisi penyerang tunggal, ditopang oleh dua inside forward di belakangnya. Skema ini, pada musim 2016/17 silam, berjalan lancar ketika Diego Costa absen dan Michy Batshuayi belum diberikan kepercayaan. Pada musim 2017/18 ini, rencana-rencana cadangan itu, diakui oleh Conte masih akan dia gunakan.
"Musim lalu (2016/17) kami bermain pada dua laga dengan (Eden) Hazard sebagai pemain nomor sembilan, bersama Willian dan Pedro," ujar Conte dilansir Soccerway.
ADVERTISEMENT
Kemudian, apa yang terjadi pada musim 2017/18 ini? Apakah rencana-rencana cadangan Conte itu tetap berjalan seperti musim kemarin?
Beban Berat Conte Akibat Rencana Cadangannya yang Mulai Terbaca
Seiring dengan kekalahan kelima di Premier League musim 2017/18 yang mereka dapat dari Bournemouth, Conte mulai merasakan bahwa dia mendapatkan beban berat di Chelsea. Beban berat ini, walau ditanggapi Conte secara santai, pada akhirnya tetap memunculkan sesuatu ke permukaan.
"Ya, kami harus khawatir. Itu takkan mudah, tapi itu wajar. Kami harus bersusah-payah demi satu tempat di Liga Champions. Kalau kami berhasil mendapatkan tempat di Liga Champions, itu akan menjadi kesuksesan besar bagi kami," ungkap Conte.
Bukan hanya kekhawatiran Conte saja yang muncul akibat dari hasil-hasil minor yang kerap diterima Chelsea pada musim 2017/18 ini. Akibat lain yang cukup kentara terlihat, adalah perihal rencana-rencana cadangan Conte yang mulai terbaca. Rencana cadangan yang, pada dasarnya, masih berpegang pada rencana utama Conte: skema tiga bek.
ADVERTISEMENT
Pada laga di Stamford Bridge, Kamis (1/2) dini hari silam, Bournemouth sebenarnya "hanya" menggunakan rencana seperti halnya rencana tim-tim lain ketika menghadapi Chelsea. Di laga tersebut, The Cherries meniru formasi dasar Chelsea. Mereka juga menggunakan 3-4-3, tidak jauh beda dengan The Blues yang menggunakan formasi dasar 3-4-2-1.
Uniknya, skema yang digunakan Chelsea pada laga ini mirip dengan skema yang juga mereka pakai saat mengalahkan Bournemouth musim 2016/17 silam di Stamford Bridge pada laga Boxing Day. Tampaknya, belajar dari kekalahan tersebut, tim yang bermarkas di Stadion Vitality ini melakukan pendekatan yang lebih cerdas dan cerdik pada pertemuan di Stamford Bridge, Kamis (1/2), semusim kemudian.
Dalam pertandingan ini, The Cherries menggunakan turunan strategi yang berbeda. Sadar bahwa Chelsea bakal memasang Hazard di posisi penyerang tunggal dengan peran false nine, Bournemouth memilih untuk bermain lebih ke dalam. Dua gelandang Bournemouth, yaitu Dan Gosling dan Lewis Cook, serta dua wing-back mereka, Ryan Fraser dan Charlie Daniels, lebih memilih untuk membantu lini pertahanan.
ADVERTISEMENT
Dengan menggunakan pendekatan ini, fluiditas (baca: kecairan) serangan Chelsea yang diharapkan Conte tidak terlihat. Hazard lebih banyak berkutat di area sepertiga akhir. Posisinya kerap bertabrakan dengan Ross Barkley ataupun Pedro yang berada di posisi serupa. Tidak ada lagi sosok Hazard pemancing bek lawan dalam pertandingan tersebut. Hanya kebingungan yang tampak dari sosok Hazard di laga itu.
Serangan-serangan Chelsea pun menjadi tidak efektif karena ketatnya pertahanan Bournemouth ini. Total 21 tembakan yang mereka lesakkan tidak ada yang menjadi gol, dan serangan mereka malah banyak berakhir menjadi umpan silang dengan torehan 25 kali.
Di sisi lain, Bournemouth mampu menunjukkan efektivitas dalam menyerang. Total 11 tembakan yang mereka lesakkan, tiga di antaranya menjadi gol dengan memanfaatkan lubang yang ada di antara tiga bek, terutama di antara Gary Cahill dan Cesar Azpilicueta yang banyak melebar ke sisi kanan. Junior Stanislas, Jordon Ibe, dan Callum Wilson mampu memanfaatkan lubang tersebut dengan baik.
ADVERTISEMENT
Hasilnya, balas dendam Bournemouth atas kekalahan mereka pada musim 2016/17 di Stamford Bridge menjadi paripurna. Skor 3-0 kembali tercatat di papan skor Bridge, tapi kali ini berbalik untuk keunggulan Bournemouth. Kebahagiaan Eddie Howe, menjadi kekhawatiran bagi Antonio Conte.
***
Mengarungi kompetisi panjang seperti liga memang membutuhkan ketahanan fisik dan mental yang mumpuni. Hal ini tidak hanya berlaku untuk pemain, tapi juga untuk manajer. Jika pemain terkuras fisiknya, manajer terkuras isi otaknya karena harus menyediakan banyak rencana dalam mengarungi kompetisi liga.
Antonio Conte akhirnya termakan oleh ucapannya sendiri. Sempat mengatakan bahwa dia punya banyak rencana cadangan, sekarang dia sepertinya mulai kelimpungan ketika rencana cadangannya, juga rencana utamanya, mulai terbaca lawan. Kalau Conte tak kunjung menemukan rencana baru, yang dapat bersinergi dengan para pemain Chelsea, maka kursi manajer Chelsea akan menjadi semakin panas untuknya.
ADVERTISEMENT