Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Masih segar diingatan bagaimana aksi heroik Matthijs De Ligt saat mengubur asa Juventus di Liga Champions musim lalu. Lewat golnya, ia menggenapkan kemenangan Ajax Amsterdam di Allianz Stadium tersebut menjadi 2-1. Pasukan Erik ten Hag itu pun melangkah ke babak semifinal, sementara 'Si Nyonya Tua' mesti angkat koper lebih dini.
ADVERTISEMENT
Waktu telah berjalan dan De Ligt telah resmi menjadi penggawa Juventus saat ini. Lucunya, pergantian keanggotaan itu tak lantas menghentikan laju De Ligt untuk menjebol gawang klub asal Turin tersebut. Betul, ia melakukan gol bunuh diri saat berhadapan dengan Inter Milan dalam gelaran International Champions Cup 2019 pada Kamis (24/8).
Niatnya, sih, mau menyapu bola hasil sundulan kepada Roberto Gagliardini di menit 10. Alih-alih demikian, De Ligt justru membuat si kulit bundar meluncur ke arah gawang Wojciech Szczesny. Oh, ya, Maurizio Sarri kemudian menukar De Ligt dengan Merih Demiral selepas turun minum. Dan Demiral-lah yang jadi penentu kemenangan Juventus pada babak adu penalti.
Beruntung Juventus berhasil menyamakan kedudukan di menit 68 via aksi Cristiano Ronaldo. Lebih dari itu, Miralem Pjanic dan kawan-kawan berhasil keluar sebagai pemenang via drama adu penalti --sekaligus jadi kemenangan mereka di tur pramusim kali ini.
ADVERTISEMENT
Menariknya, ini bukan pertama kalinya De Ligt bikin Juventus jentaka. Jika kurang percaya, tengok saja laga debutnya melawan Tottenham Hotspur pada Minggu (21/9).
Kala itu Maurizio Sarri memasukkan De Ligt pada menit ke-64, saat Juventus dalam posisi unggul 2-1. Bukannya mempertahankan keunggulan, mereka justru kebobolan 2 gol tambahan setelah pemain berusia 19 tahun itu turun.
Memang bukan sepenuhnya salah De Ligt. Toh, sepasang gol yang dibuat Lucas Moura dan Harry Kane itu lahir dari kecerobohan Mattia De Sciglio dan Adrien Rabiot.
Bila De Ligt adalah pesakitan, lain cerita dengan Gianluigi Buffon. Kiper berusia 41 tahun itu jadi pahlawan kemenangan Juventus lewat keberhasilan menepis tiga tendangan para pemain Inter. Hebatnya lagi, ia berhasil membaca arah seluruh tembakan yang mengarah ke gawangnya. Ciamiknya performa Buffon itu diapresiasi betul oleh Sarri.
ADVERTISEMENT
"Kehebatan Buffon adalah terlahir sebagai pejuang. Dia siap ketika dibutuhkan dan luar biasa dalam menjinakkan tembakan," kata Sarri seperti dilansir Sportitalia.
Sarri juga mengaku puas atas performa anak asuhnya dalam duel yang digelar di Nanjing Olympic Sports Centre itu. Sebelumnya, mantan pelatih Napoli itu mempermasalahkan skema permainan Juventus yang terlalu dalam --sehingga lemah dalam melakukan tekanan. Hal itulah yang jadi biang kekalahan mereka dari Spurs.
"Kami telah berprogres, terutama soal tingginya aksi pressing saat mode bertahan. Kami tetap harus maju ke depan bertahan. Jangan sampai membiarkan lawan berada di belakang kami," kata Sarri.