Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Atalanta dan Hal-hal yang Melemahkan Mereka
23 Februari 2018 14:51 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Keberuntungan memang bukan milik siapa pun dan pastinya, bukan milik Atalanta. Musim lalu, ketika tim peringkat empat Serie A hanya bisa lolos ke Liga Europa mereka berhasil mengakhiri musim di peringkat tersebut. Kini, ketika tim urutan empat digaransi masuk Liga Champions , mereka justru terjebak di papan tengah.
ADVERTISEMENT
Gian Piero Gasperini datang ke Atalanta pada awal musim lalu. Reputasi Gasperson--julukan Gasperini--ketika itu tidak bisa dibilang baik, tetapi juga tak bisa dikatakan buruk. Dia sempat mengecap sukses bersama Genoa pada paruh kedua dekade 2000-an, tetapi reputasi itu hancur usai dia gagal di Internazionale .
Reputasi itu kembali dipulihkan Gasperini bersama Genoa yang dia latih lagi pada periode 2013 s/d 2016. Namun, pada masa-masa awalnya bersama Atalanta, Gasperini sempat terancam pemecatan. Hal itu dia dapatkan usai menelan empat kekalahan dari lima pertandingan pertama. Kebetulan, kekalahan keempat itu diderita Gasperini dari mantan tim asuhannya, Palermo.
Beruntung bagi Atalanta karena mereka urung memecat Gasperini. Sebab, setelah itu Atalanta menjelma jadi kekuatan yang benar-benar berbeda. Mereka berhasil menundukkan tim-tim tangguh seperti Roma, Internazionale, serta Napoli. Performa menawan itu pun terbayarkan dengan keberhasilan menduduki peringkat empat pada akhir musim.
ADVERTISEMENT
Prestasi Atalanta musim lalu itu membuat mereka kembali dijagokan untuk bisa berbuat banyak di Serie A musim ini. Namun, hal itu tidak terjadi. Jika pada musim lalu, sampai pekan ke-25, mereka mampu mengumpulkan 48 poin, pada musim ini, di pekan yang sama, Papu Gomez dkk. baru mengoleksi 38 angka.
Pertanyaannya, apa yang berbeda dari Atalanta musim ini?
Well, cukup banyak sebenarnya yang berbeda. Misalnya, musim ini mereka tak lagi diperkuat Andrea Conti dan Franck Kessie yang musim lalu menjadi dua pemain terbaik klub. Kedua pemain tersebut sama-sama diangkut oleh Milan yang belanja besar-besarannya musim panas 2017 lalu.
Celakanya, Atalanta tidak punya pengganti sepadan untuk Conti dan Kessie. Di pos wing-back kanan, Hans Hateboer yang sebelumnya merupakan deputi Conti dipromosikan untuk menjadi pemain utama. Sementara itu, Marten de Roon, yang sebelumya dilego ke Middlesbrough karena keberadaan Kessie, dibeli kembali untuk mengisi pos yang ditinggalkan Kessie.
ADVERTISEMENT
Hateboer dan De Roon, dua pemain Belanda itu, memang tidak bisa dibilang jelek. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan Conti dan Kessie, ada perbedaan yang cukup signifikan.
Pada musim lalu, Conti mampu mencetak 8 gol dan mengkreasi 28 peluang dari 33 penampilan. Sementara itu, Hateboer yang sudah bermain 22 kali musim ini, walau sudah mengemas 1 assist, sama sekali belum mencetak gol. Total peluang yang dikreasi eks pemain Groningen itu juga mentok di angka 8.
Sementara itu, De Roon jelas bukan pengganti yang pas untuk Kessie karena kedua pemain ini punya gaya bermain berbeda. Jika Kessie adalah gelandang box-to-box, maka De Roon adalah gelandang jangkar yang pergerakannya cenderung lebih statis. Dengan demikian, dinamika pergerakan yang terjadi di lini tengah Atalanta pun mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
Inilah yang membuat Atalanta kemudian menjadi lebih rapuh dalam bertahan dan tak setajam musim lalu kala menyerang. Pasalnya, selain di lini tengah, nyaris tak ada perubahan signifikan dari kubu Atalanta, kecuali kedatangan Josip Ilicic dari Fiorentina .
Kedatangan Ilicic sendiri merupakan sebuah upaya untuk menambah daya gedor Atalanta yang musim lalu terlalu tergantung pada Gomez. Bukti nyatanya, Andrea Petagna yang merupakan penyerang tengah utama musim lalu hanya mampu mencetak 5 gol.
Namun, Ilicic juga akhirnya tak mampu benar-benar meningkatkan produktivitas Atalanta. Musim ini dia baru mencetak 11 gol di level klub dan baru 7 di antaranya yang dia sumbangkan di Serie A. Secara rasio, itu memang lebih baik, tetapi secara signifikansi, sama sekali tidak.
ADVERTISEMENT
'Kegagalan' Ilicic itu sebenarnya bisa dimaklumi karena posisi aslinya memang bukan penyerang tengah, melainkan gelandang serang, sama seperti Gomez. Dengan begini, jika ada yang patut disalahkan, itu adalah manajemen klub yang gagal mendatangkan pemain yang pas untuk peran sebagai juru gedor.
Bicara soal kebijakan transfer Atalanta, apa yang mereka lakukan sebetulnya tak jauh berbeda dengan apa yang sebelum-sebelumnya mereka lakukan. Bahkan, musim ini mereka terbilang berani dengan menyingkirkan pemain-pemain senior macam Boukary Drame, Abdoulay Konko, serta Guglielmo Stendardo. Sebagai gantinya, nama-nama segar seperti Robin Gosens, Timothy Castagne, dan Jose Palomino didatangkan.
Akan tetapi, regenerasi tidak selamanya berjalan mulus. Para pemain baru Atalanta tersebut didatangkan dari kompetisi luar negeri dan tak mengherankan jika mereka butuh masa adaptasi dulu untuk bisa benar-benar diandalkan. Paling-paling, di antara para pemain baru itu hanya Palomino yang sudah mendapat kesempatan cukup banyak. Namun, itu pun dikarenakan dia harus menggantikan Rafael Toloi yang sempat mengalami cedera.
ADVERTISEMENT
Selebihnya, apa yang ada di Atalanta ini sebenarnya masih sama dengan musim lalu. Mereka masih bermain dengan formasi 3-5-2 yang cair dan selalu penuh determinasi. Perbedaannya, semata-mata hanya ada pada kualitas pemain yang mengeksekusi game plan Gasperini tersebut.
Walau begitu, Atalanta sebetulnya tetap sama sekali tidak bisa diremehkan. Buktinya, meskipun akhirnya tersingkir, mereka sempat membuat klub sekelas Borussia Dortmund ketar-ketir di Liga Europa. Keberanian Atalanta dalam meladeni tim-tim yang kelasnya jauh di atas mereka itu sama sekali tidak pernah pudar. Sayang, hasilnya memang tak sebaik musim lalu karena di Serie A pun mereka musim ini dikalahkan oleh Inter, Napoli, dan Roma.
Pada Senin (26/2/2018) dini hari WIB mendatang Atalanta akan kembali bersua lawan berat, Juventus. Meski selalu mampu menyulitkan, Atalanta sejak musim lalu pun tidak pernah berhasil mengalahkan Juventus, apalagi ketika laga digelar di markas 'Si Nyonya Tua'.
ADVERTISEMENT
Saat Atalanta dan Juventus bersua pada putaran pertama lalu, kedua tim bermain imbang 2-2. Ini adalah partai ulangan dari laga putaran kedua musim 2016/17 yang berakhir dengan skor identik. Kedua hasil imbang ini sama-sama diraih Atalanta di kandang sendiri.
Selain harus meladeni Juventus di Allianz Stadium, Atalanta juga bakal menghadapi Juventus yang berbeda dari yang mereka hadapi pada awal musim. Juventus yang sekarang adalah Juventus yang sempat hanya kemasukan satu gol dalam 16 pertandingan. Juventus yang ini jauh lebih kompak dan solid ketimbang Juventus yang ditahan imbang Atalanta.
Namun, Juventus juga tidak akan menjamu Atalanta dengan kekuatan penuh. Saat ini, La Vecchia Signora tengah dilanda badai cedera. Juan Cuadrado, Gonzalo Higuain , Federico Bernardeschi, dan Mattia De Sciglio bisa dipastikan bakal absen pada Senin dini hari WIB. Selain itu, Juventus juga masih harus menjaga kedalaman skuatnya untuk laga melawan Tottenham Hotspur pekan depan.
ADVERTISEMENT
Artinya, meski Atalanta tidak sekuat musim lalu dan Juventus sudah kembali seperti sediakala, peluang La Dea untuk mengganyang 'Si Nyonya Tua' di Turin masih terbuka lebar. Jika Atalanta mampu menekan Juventus seperti pada pertemuan pertama, bukan tidak mungkin mereka bisa mencuri poin dari Allianz Stadium.
====
*) Laga giornata ke-26 Serie A antara Juventus dan Atalanta akan tersaji pada Senin (26/2/2018) pukul 00.00 dini hari WIB di Allianz Stadium, Turin.