Di Biagio Ingin Bangun Timnas Italia Baru Bersama Cutrone dan Chiesa

20 Maret 2018 3:18 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Di Biagio di Piala Eropa U-21. (Foto: AFP/Piotr Nowak)
zoom-in-whitePerbesar
Di Biagio di Piala Eropa U-21. (Foto: AFP/Piotr Nowak)
ADVERTISEMENT
Piala Dunia 2018 memang sudah terlambat bagi Tim Nasional (Timnas) Italia. Akan tetapi, akan selalu ada masa depan untuk disongsong. Itulah yang dipercayai pelatih interim Italia, Luigi Di Biagio, saat memutuskan memanggil dua debutan, Patrick Cutrone dan Federico Chiesa.
ADVERTISEMENT
Untuk pertama kalinya sejak 1958, Italia gagal lolos ke putaran final Piala Dunia. Kegagalan memuncaki klasemen fase grup kualifikasi membuat mereka harus bertanding di play-off menghadapi Swedia. Meski di atas kertas masih lebih diunggulkan, Italia akhirnya harus mengakui keunggulan Swedia dengan agregat 0-1. Italia pun harus rela menyaksikan turnamen yang telah dijuarainya empat kali itu dari jauh.
Selepas setelah kegagalan tersebut, Italia memecat pelatih Gian Piero Ventura. Selain itu, para pemain veteran seperti Gianluigi Buffon, Andrea Barzagli, dan Daniele De Rossi menyatakan pensiun. Meski begitu, di bawah arahan Di Biagio yang akan memimpin Italia pada laga uji tanding melawan Argentina (24/3/2018) dan Inggris (28/3), Buffon bersedia dipanggil kembali.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari kembalinya Buffon, ada hawa regenerasi di skuat Italia yang dipanggil Di Biagio untuk menghadapi dua negara tersebut. Ada cukup banyak nama-nama muda di sana seperti Simone Verdi, Andrea Belotti, Lorenzo Pellegrini, Bryan Cristante, dan Roberto Gagliardini.
Kemudian, di skuat berisikan 26 nama tersebut, selain Cutrone dan Chiesa, juga ada seorang debutan lain, Gian Marco Ferrari. Bek Sampdoria itu dipanggil menyusul penampilan apik selama musim 2017/18 ini.
Dalam pernyataan resminya, Di Biagio berkata, "Dengan kesabaran, kami bisa membangun tim yang bagus. Ada banyak pemain muda berbakat dan mereka kini tengah berkembang."
"Aku memanggil Cutrone karena penampilan apiknya, antusiasmenya, dan juga fakta bahwa dia telah merasakan bermain di segala level usia, mulai dari U-15. Dia tahu persis apa yang kumau darinya."
ADVERTISEMENT
"Chiesa, kupikir, sudah siap untuk bertahan di skuat ini secara permanen, tetapi itu semua bakal tergantung dari apa yang terjadi ke depannya nanti di liga," imbuh Di Biagio.
Di Biagio yang gagal mengeksekusi penalti penentu di perempat final Piala Dunia 1998 tersebut menambahkan bahwa tujuannya di sini adalah mematangkan cara bermain.
"Kalau kamu bermain bagus, dalam 10 pertandingan kamu akan memenangi 8 di antaranya," tutur eks pemain Internazionale itu.
"Bagiku, bermain bagus berarti memiliki keberanian untuk merangsek ke area permainan lawan tak peduli sebagus apa mereka. Itu berarti mengirim para full-back untuk membantu serangan dan menekan lawan. Para pemain tidak merasa takut untuk berhadapan dengan pemain terbaik."
"Tim ini adalah tim yang solid, yang berisikan pemain-pemain bentukanku. Kami perlu memulai segalanya dari awal dengan keyakinan. Kami memang tidak termasuk tim terbaik dunia, tetapi kami juga tidak jelek-jelek amat," tutup Di Biagio.
ADVERTISEMENT