Di Piala Dunia 2018 Nanti, Rasialisme Juga Menjadi Lawan Inggris

7 Juni 2018 12:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Latihan Timnas Inggris. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Latihan Timnas Inggris. (Foto: Reuters/Carl Recine)
ADVERTISEMENT
Danny Rose menjadi salah satu pemain yang membuktikan bahwa hanya karena Piala Dunia begitu rajin mengusung misi melawan wabah rasialisme, bukan berarti ia sudah kebal sepenuhnya dari penyakit turun-temurun ini.
ADVERTISEMENT
Rasialisme adalah isu panas, keberadaannya diperkirakan akan semakin mematikan karena hubungan diplomatis Rusia dan Inggris sedang tak akur. Dalam wawancaranya bersama The Guardian, ia menceritakan bagaimana ia melarang keluarganya berangkat ke Rusia demi hindari perlakuan rasialisme.
Dalam perbincangannya dengan Daniel Taylor tersebut, penggawa Tottenham Hotspur ini menjelaskan, keputusannya ini juga berdasarkan pengalamannya saat Inggris U-21 berlaga melawan Serbia U-21 pada Oktober 2012. Waktu itu, suporter lawan mengolok-oloknya dengan nyanyian yang menyebutnya monyet. Alih-alih mendapat pembelaan dari perangkat pertandingan, ia justru dihukum keluar lapangan saat menendang bola ke tribune penonton.
Menanggapi kabar dan pengalaman mengerikan yang dialami oleh anak didiknya itu, manajer Timnas Inggris, Gareth Southgate, mengambil tindakan cepat. Di kamp pelatihan Timnas Inggris, ia mengumpulkan seluruh tim dan meminta mereka untuk membicarakan perlakuan rasialisme seperti apa yang mereka terima.
ADVERTISEMENT
Danny Rose, 'full-back' kiri Inggris. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Danny Rose, 'full-back' kiri Inggris. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Southgate paham bahwa tak sedikit dari mereka yang pernah mengalami perlakuan serupa. Namun, Southgate sebelumnya bahkan tak tahu bahwa Rose sampai melarang keluarganya untuk datang dan menontonnya di Rusia.
"Saya bisa mengerti apa yang pernah dialami dan sedang dirasakannya saat ini. Ia (Rose) kecewa dengan peradilan, ia kehilangan kepercayaannya terhadap hukum. Rose adalah bagian dari tim kami dan ia adalah keluarga kami. Sebagai keluarga, tentu kami ingin membantunya, mendukungnya sekuat yang kami bisa."
"Kami benar-benar sedih mendengar hal ini. Tidak seorang pun dari kami tahu apa yang akan terjadi di Rusia. Tetapi, sayangnya, dia berpikir ada kemungkinan terjadi sesuatu yang dia tidak ingin keluarganya mengalami," jelas Southgate dalam wawancara bersama The Guardian.
ADVERTISEMENT
Southgate sekali lagi menegaskan, perlu adanya pembinaan panjang untuk mencerabut rasialisme yang terlanjur mengakar di ranah sepak bola. Namun, ia tidak dapat menyangkal bahwa ia bukan seorang pribadi yang naif. Ia cukup realistis dan menyadari, tidak ada jalan yang mudah untuk menyelesaikan persoalan ini.
"Banyak dari pemain kami yang sudah memiliki anak. Yang kami lihat dari anak-anak itu, mereka tak peduli kepada siapa pun mereka bicara, mereka tak ambil pusing dengan warna kulit, ras, dan remeh-temeh lainnya. Mereka dilahirkan tanpa prasangka sama sekali. Bila mereka memegang kepercayaan seperti ini (tanpa prasangka -red), mereka dapat mengubah banyak hal."
"Kami dapat membuat beberapa perbedaan dalam sepak bola, kami tahu itu. Namun, kami juga harus sadar, kami tidak bisa memengaruhi semua orang. Masalah ini adalah masalah sosial, dan sepak bola sendiri adalah cerminan masyarakat."
ADVERTISEMENT
Sejumlah cara dilakukan tim atau pelakon sepak bola sebagai wujud dari penolakan dan perlawanan mereka melawan perlakuan rasialisme. Pada laga Barcelona melawan Villarreal pada April 2014, Dani Alves memungut dan memakan pisang yang dilempar oleh suporter tim lawan. Menurut bek yang kini tercatat sebagai penggawa Paris Saint-Germain itu, tindakannya ini membuktikan bahwa sebagai pesepak bola ia berani untuk melawan hal-hal negatif dengan hal positif.
Manajer Timnas Inggris, Gareth Southgate. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Manajer Timnas Inggris, Gareth Southgate. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Mantan eksekutor bola mati Bayern Leverkusen yang kini sudah hijrah ke AC Milan, Hakan Calhanoglu, pernah mengalami peristiwa serupa. Pada pekan ke-14 Bundesliga 2015/2016, Leverkusen melakoni laga kandang melawan Schalke 04. Saat ia bersiap mengambil untuk melakoni sepak pojok, suporter lawan melemparinya dengan beberapa objek, termasuk dua potong roti.
ADVERTISEMENT
Alih-alih meninggalkan lapangan atau marah-marah, Calhanoglu punya caranya sendiri. Ia memungut dua potong roti tadi, termasuk potongan-potongan kecilnya, lalu meletakkannya dengan lembut -bukan melemparnya dengan amarah- ke sisi luar lapangan. Dalam tayangan video, ia bahkan terlihat seperti sedang memberkati roti tersebut (atau apa pun yang ia lakukan sebenarnya).
Apa yang dilakukan Calhanoglu ini memang terlihat sepele, bahkan terlihat kurang gahar bila dibandingkan dengan marah-marah ke arah penonton. Namun, ia menjadi simbol yang sempurna untuk menegaskan bahwa perlakuan rasialisme bukan hal yang pantas muncul di atas lapangan bola. Itulah sebabnya, ia memungut dan menyingkirkan roti yang merupakan lambang dari perlakuan rasialisme.
Selebrasi gol Harry Kane vs Nigeria. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Selebrasi gol Harry Kane vs Nigeria. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Lantas, sebagai manajer, Southgate dihadapkan dengan beberapa pilihan bila kejadian serupa menimpa anak-anak asuhnya. Apa yang dilakukan Calhanoglu dan Alves menjadi satu pilihan, dan meninggalkan lapangan di tengah laga -seperti yang juga pernah dilakukan beberapa pemain di Italia- juga menjadi pilihan lain.
ADVERTISEMENT
"Sebagian orang akan berkata kami harus melakukannya (meninggalkan lapangan -red). Namun, saya tidak berpikir tim ini akan bersedia untuk melakukannya. Mereka mengerahkan segalanya, bersusah-payah sedemikian rupa demi lolos ke Piala Dunia. Idenya, mereka ingin melawan rasialisme, tapi mereka juga ingin tetap ada di Piala Dunia."
"Sulit bagi kami untuk bisa melakukan kedua hal ini dengan seimbang. Dan saya juga sadar, kami tidak mungkin bisa menyenangkan semua orang. Namun, saya pikir, setiap orang memahami pendapat saya menyoal rasialisme ini. Pemain sudah memahami dengan jelas di mana saya akan berdiri dan mendukung mereka apa pun yang terjadi," tutur Southgate mengakhiri.