Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Everton yang Lebih Baik, Everton yang (Akan) Menyulitkan Liverpool
29 November 2018 16:00 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Nah, kami akan berbicara mengenai performa Everton di musim ini. Tapi, sebelum sampai di sana, kami akan memulainya dari Silva.
Satu hal yang kentara dari sosok Silva adalah tentang kebijakan transfer pemain. Pelatih kelahiran Lisbon itu cuma bertahan selama setengah sampai satu musim saat menukangi Sporting CP, Olympiakos, Hull City, dan Watford. Alasannya, lebih banyak didasari atas ketidakpuasan soal kebijakan transfer klub.
Everton tahu benar konsekuensi tersebut. Itulah mengapa mereka berani merogoh kocek 35 juta poundsterling untuk memboyong Richarlison dari Watford. Angka yang terbilang besar untuk pemuda Brasil yang baru mencicipi Premier League semusim lamanya. Pasalnya, gelandang berusia 21 tahun itu merupakan pemain kesayangan Silva saat masih membesut The Hornets.
ADVERTISEMENT
Lagipula, gelontoran dana Everton di bursa transfer musim panas lalu terhitung kecil dibanding periode sebelumnya--yaitu sekitar 50 juta pondsterling lebih sedikit ketimbang bujet mereka yang menyentuh 133 juta poundsterling pada 2017/18. Silva tak sekadar mendaratkan Richarilison. Masih ada penggawa anyar macam Lucas Digne dan Bernard yang juga mampu bersinergi dengan cepat.
Bila torehan angka jadi tolok ukurnya, Silva berhasil membawa Everton ke arah yang lebih baik. The Toffees sudah mengemas 22 poin hingga pekan ke-13 Premier League, 10 poin lebih banyak ketimbang edisi 2017/18.
Eskalasi juga dialami Everton dari segi produktivitas yang ditunjukkan dengan rataan 1,5 gol di setiap pertandingan musim ini. Bandingkan dengan sebiji gol yang mereka hasilkan dalam rentang waktu yang sama musim lalu. Tak sampai di situ, barisan pertahanan Everton juga lebih terkoordinir sekarang. Bila sebelumnya mereka kebobolan 2,1 gol di tiap pertandingan, kini angka itu mengalami penurunan menjadi 1,5.
ADVERTISEMENT
Untuk skema, Silva masih menerapkan pakem yang serupa semasa melatih Watford. Empat bek, dua gelandang bertahan, serta satu penyerang yang disokong tiga gelandang di belakangnya. Ya, Silva jauh lebih konsisten ketimbang Ronald Koeman yang tercatat 10 kali membongkar pasang formasi dasar.
Lini depan yang cair jadi agenda utama Silva bersama Everton. Alih-alih menggunakan Cenk Tosun sebagai target-man, ia justru mendorong Richarlison sebagai penyerang tengah. Sementara Theo Walcott, Bernard, serta Dominic Calvert-Lewin mengisi pos winger.
Tak bisa dimungkiri bahwa Everton masih belum bisa mencari pengganti sepadan untuk Romelu Lukaku. Konsep demikian yang perlahan mampu dihapus Silva. Bukan dengan mencari target-man anyar, tetapi dengan mengalokasikannya ke lini kedua. Dalam hal ini, Gylfi Sigurdsson yang jadi pilihannya. Mantan penggawa Tottenham Hotspur itu diberi akses lebih ketimbang sebelumnya --sebagai mesin gol, bukannya sekadar mengemban peran playmaker.
ADVERTISEMENT
Buktinya, rata-rata tembakan yang diukirnya mengalami peningkatan --dari 1,5 ke 2,5 per laga. Itulah mengapa Sigurdsson berdiri kokoh sebagai topskorer Everton sejauh ini bersama Richarlison dengan enam gol.
Salah satu kontribusinya tertuang saat berhadapan dengan Fulham akhir bulan lalu. Sepasang gol yang dibuat Sigurdsson saat itu merepresentasikan betul bagaimana ia mampu menjadi senjata dari lini kedua.
Lihat saja gol pembuka yang lahir dari inisiatifnya untuk memaksimalkan bola rebound. Sementara untuk gol kedua, pemain berpaspor Islandia itu dengan jeli merangsek ke depan untuk menyambar umpan Bernard saat Tosun dan Walcott mendapat kawalan.
Sigurdsson juga memainkan peran penting saat Everton mengaktifkan mode bertahan. Keberhasilan menahan imbang Chelsea di Stamford Bridge pada Premier League pekan 12.
ADVERTISEMENT
Silva tahu betul bagaimana kualitas The Blues dalam mendominasi dan mengisiasi serangan. Maka dari itu, Everton bermain cenderung defensif dengan garis pertahanan yang rendah. Sistem yang membuat Sigurdsson untuk aktif dalam menjaga kedalaman.
Catatan aksi bertahannya cemerlang, dia mengukir lima tekel bersih (terbanyak bersama Cesar Azpilicueta) serta tiga intersep (setara dengan Digne dan Bernard). Hasilnya tokcer, hegemoni Chelsea sia-sisa dan tak ada satu gol pun yang bersarang ke gawang Jordan Pickford.
Tepat pada Minggu (2/12/2018), Everton akan melakoni laga akbar versus Liverpool. Masalahnya, Anfield yang menjadi arena Derby Merseyside itu tidak ramah bagi mereka. Everton tak pernah memetik kemenangan dalam lima lawatan terakhirnya di ajang Premier League.
ADVERTISEMENT
Namun, itu cerita dulu, bukan Everton-nya Silva yang perlahan konsisten ini. Kecil kemungkinan Seamus Coleman dan kawan-kawan akan bermain defensif seperti saat bersua Chelsea, sebab Liverpool bukan tipikal tim yang doyan mengusai bola lama-lama.
Justru The Reds bakal jadi ujian anyar bagi Silva saat ini. Tentang bagaimana melancarkan build-up yang rapi dan lolos dari terkaman gegenpressing. Terlebih, mental bertanding Liverpool bisa saja sedang goyah usai takluk dari Paris Saint Germain di pentas Liga Champions 2018/19.
Jadi, bukan tak mungkin Everton akan menjungkalkan Liverpool akhir pekan nanti.
====
Laga pekan ke-14 Premier League 2018/19 yang mempertemukan Liverpool dengan Everton akan digelar pada Minggu (2/12/2018) di Anfield Stadium. Sepak mula akan berlangsung pada pukul 23:15 WIB.
ADVERTISEMENT