Hal-hal yang Perlu Kamu Tahu Sebelum Nonton Copa America 2019

14 Juni 2019 16:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Trofi Copa America Foto: Raul Arboleda/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Trofi Copa America Foto: Raul Arboleda/AFP
ADVERTISEMENT
Setelah UEFA Nations League yang melahirkan Timnas Portugal sebagai juara edisi perdana, publik sepak bola mesti mengalihkan atensinya ke Benua Amerika. Karena turnamen antarnegara terbesar di regional ini segera digelar: Copa America 2019.
ADVERTISEMENT
Untuk turnamen edisi ke-46, Brasil bakal bertindak sebagai tuan rumah. Negara Samba menunaikan kewajibannya yang tertunda pada 2015 silam.
Konfederasi Sepak Bola Amerika Selatan (CONMEBOL) selaku penyelenggara, memang menggilir tuan rumah turnamen sesuai abjad negara-negara anggotanya. Dan, empat tahun silam menjadi jatah Brasil.
Kendati demikian, Brasil menentang ketetapan tersebut karena kesibukan menggelar event internasional lainnya: Piala Konfederasi 2013, Piala Dunia 2014, serta Olimpiade 2016. Alhasil, Conmebol memilih Cile dan meminta Brasil untuk menjadi tuan rumah Copa America edisi selanjutnya, yakni 2019 ini.
Bagi Brasil, inilah kali kelima mereka menjadi tuan rumah Copa America. Status itu pula yang menjadi bekal Timnas Brasil memutus dahaga gelar juara sejak terakhir kali pada 2007.
ADVERTISEMENT
Selain Brasil dan status tuan rumahnya, izinkan kami membahas hal-hal lainnya tentang turnamen antarnegara tertua di level kontinental ini. Silakan.
Jadwalnya dulu, ya...
Start Copa America 2019 ditandai dengan laga Brasil vs Bolivia, Sabtu (15/6/2019) pukul 07:30 pagi WIB. Selama 10 hari lamanya, tim-tim peserta bakal mengarungi fase grup.
Kemudian, kontestan yang lolos dari setiap grup dijadwalkan mengarungi babak gugur sejak Jumat (28/6) pagi WIB. Fase ini ditutup dengan pertandingan final yang berlangsung pada Minggu (8/6) dini hari WIB.
Bagaimana komposisi pesertanya?
Total ada 12 tim yang menjadi kontestan Copa America 2019. Nah, 10 di antaranya sudah tentu negara-negara di bawah naungan CONMEBOL: Argentina, Bolivia, Brasil, Cile, Kolombia, Ekuador, Paraguay, Peru, Uruguay, serta Venezuela.
ADVERTISEMENT
Sementara, dua slot tersisa dialoasikan untuk dua tim undangan dari Konfederasi Sepak Bola Asia (Asia). Terpilihlah Qatar sebagai juara Piala Asia 2018 dan Jepang selaku runner-up di turnamen yang sama.
Kemudian, 12 peserta dibagi menjadi tiga grup. Hanya dua tim teratas di setiap grup yang berhak melaju ke fase gugur.
Timnas Jepang merayakan kemenangan di Piala Asia. Foto: REUTERS/Thaier Al-Sudani
Kok, bisa ada tim undangan?
Copa America memang berbeda dibandingkan turnamen antarnegara di benua-benua lainnya. Karena tim-tim peserta tak melulu berasal dari Benua Amerika.
Tradisi ini sudah dimulai sejak edisi 1993 yang berlangsung di Ekuador. Ketika itu, CONMEBOL mengundang dua negara dari konfederasi tetangga mereka, CONCACAF. Hadirlah Amerika Serikat serta Meksiko untuk melengkapi daftar kontestan.
Edisi-edisi selanjutnya terus menyisakan dua slot untuk negara undangan. Kehadiran wakil Asia pun bukan barang baru. Pasalnya, Jepang juga sempat mengarungi Copa America 1999. Lalu, Australia juga sudah dipastikan memenuhi invitasi untuk mengarungi Copa America 2020 di Argentina dan Kolombia.
ADVERTISEMENT
Menyoal negara undangan, Copa America 2016 menjadi edisi paling spesial. Di edisi ini, CONMEBOL yang berkolaborasi dengan CONCACAF menambah slot peserta menjadi 16 demi memfasilitasi kehadiran negara-negara utara Amerika.
Maka, tersedia enam tempat untuk anggota CONCACAF. Daftar ini diisi oleh Amerika Serikat, Meksiko, Kosta Rika, Jamaika, Haiti, serta Panama.
Terasa lebih spesial lagi karena Copa America untuk kali pertama memberikan jatah tuan rumah untuk negara di luar Conmebol. Ya, turnamen tiga tahun lalu terselenggara di Amerika Serikat.
Pernah tidak tim undangan berakhir juara?
Sebuah skenario yang sulit terjadi karena negara-negara undangan biasanya bukan tim kuat. Apalagi jika dibandingkan dengan Brasil dan Argentina yang terbiasa berbicara di level Piala Dunia.
Alhasil, langkah tim-tim undangan hampir selalu mentok sebelum babak final. Lihat saja edisi terakhir pada 2016 lalu. Hanya dua dari enam tim undangan yang meloloskan diri dari fase grup: Amerika Serikat sampai semifinal dan Meksiko hingga perempat final.
ADVERTISEMENT
Pengecualian untuk edisi 1993. Di sini, Meksiko tampil mengejutkan dengan melaju ke partai puncak. Sayangnya, kejutan tak berlanjut lantaran mereka kalah 1-2 dari Argentina via dwigol Gabriel Batistuta.
Timnas Cile usai kalah dari Jerman. Foto: Reuters/Darren Staples
Lalu, yang pernah juara siapa saja?
Kalau bicara Piala Dunia, okelah jika kita menyebut Brasil sebagai tim tersukses. Raihan lima trofi atau yang terbanyak menjadi bukti sahih.
Kendati begitu, rajanya Copa America bukanlah Brasil, melainkan Uruguay. La Celeste mengoleksi 15 gelar juara --unggul tujuh trofi atas Brasil.
Jangankan dengan Uruguay, koleksi Brasil juga terpaut jauh dengan rival abadi mereka, Argentina. Karena La Albiceleste mengemas 14 gelar juara sepanjang sejarah Copa America.
Menjadi menarik tentunya karena Uruguay dan Argentina tak sukses-sukses amat di level Piala Dunia. Kedua negara cuma mengoleksi masing-masing dua trofi.
ADVERTISEMENT
Brasil sudah. Uruguay sudah. Bahas Argentina lebih jauh dong, apalagi masih ada Lionel Messi.
Ya, Argentina memang pantas dibahas karena prestasi mereka sungguh menanjak di Copa America. Bagaimana tidak, mereka menapak babak final dalam empat dari lima edisi teraktual.
Sayangnya, empat kesempatan tersebut selalu berakhir tanpa gelar juara. Paling ironis yakni dua final terakhir, ketika Argentina yang sudah diperkuat Messi kalah adu penalti dari Cile.
Kekalahan di dua final Copa America sekaligus memperpanjang catatan kegagalan Messi merengkuh trofi internasional. Dia juga tak mampu memenangkan Argentina atas Jerman pada final Piala Dunia 2014.
Kini, Messi sudah menginjak 32 tahun. Jangan heran jika La Pulga dan rekan-rekannya begitu berhasrat keluar sebagai kampiun di Copa America 2019. Semua tak cuma demi mengakhiri puasa Messi, tetapi juga menahbiskan Argentina sebagai rajanya Copa America dengan 15 gelar-- bersanding dengan Uruguay.
ADVERTISEMENT
So, saatnya Argentina juara?
Publik Argentina dan penggemar Messi pasti berharap demikian. Namun, jangan terlalu yakin dulu. Selain trauma kegagalan di dua final terakhir, masih ada fakta historis lain yang bisa menyandung La Albiceleste.
Sejarah Copa America mencatat bahwa Brasil, Kolombia, serta Uruguay selalu menjadi juara saat bertindak sebagai tuan rumah. Dan, turnamen kali ini menghadirkan Brasil sebagai penyelenggara.
Menunggu satu tahun hingga Copa America 2020 pun bisa menghadirkan kekecewaan buat Argentina. Karena mereka bukanlah tuan rumah tunggal di edisi berikutnya. Masih ada Kolombia yang memiliki rapor apik sebagai penyelenggara.
Kapten Timnas Argentina, Lionel Messi. Foto: Murad Sezer/Reuters
Selain Brasil, siapa lagi potensi batu sandungan Argentina?
Paling sederhana, lihat saja pot alias kelompok unggulan ketika mengundi fase grup pada 24 Januari 2019. Pengategorian ini mengacu pada peringkat FIFA saat itu.
ADVERTISEMENT
Nah, pot pertama menghadirkan Uruguay selain Brasil dan Argentina. Cukup apik prestasi Uruguay saat menembus perempat final Piala Dunia 2018. Mereka menjadi satu dari dua tim Benua Amerika selain Brasil di babak delapan besar kala itu.
Di Copa America ini, Uruguay pun membawa skuat yang tak jauh berbeda dibandingkan Piala Dunia 2018 lalu. masih ada nama top macam Edinson Cavani, Diego Godin, serta Luis Suarez, juga bakat muda seperti Rodrigo Bentancur dan federico Valverde.
Dengan materi itulah, Uruguay berupaya mengejar trofi ke-16 di Copa America demi menegaskan predikat mereka sebagai tim tersukses di turnamen ini. Pula, demi memutus dahaga gelar sejak 2011.
Jangan lupakan Cile. Mereka memang gagal menembus putaran final Piala Dunia terakhir di Rusia. Namun, status juara bertahan masih menjadi milik mereka.
ADVERTISEMENT
Cile juga membawa tiga pemain kunci saat menjadi juara dua Copa America edisi terahir: Gary Medel, Arturo Vidal, serta Alexis Sanchez. Adapun, kiper Claudio Bravo yang merupakan pahlawan adu penalti dalam dua final, harus absen.
Terakhir, deh... Kalau di Indonesia bisa ditonton di mana?
Well, sejauh ini, sih, belum ada televisi nasional yang menyatakan bakal menyiarkan turnamen ini. Sementara itu, BeIN Sport global sudah dapat deal untuk menayangkan seluruh pertandingan secara live. Tapi, kalau mencari info streaming, sih, di medsos banyak. Cuma kami enggak bisa mengatakannya, hehehe...