Hal yang Memudahkan dan Menyulitkan Liverpool di Laga versus Napoli

10 Desember 2018 11:53 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Para pemain Liverpool rayakan kemenangan dengan fans. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Liverpool rayakan kemenangan dengan fans. (Foto: REUTERS/Phil Noble)
ADVERTISEMENT
Asa Liverpool untuk lolos ke fase gugur Liga Champions menjadi kian berat karena mereka takluk 1-2 dari Paris Saint Germain di Parc des Princes, Kamis (29/11/2018) dua pekan lalu. Kini, Liverpool berada di posisi ketiga Grup C dengan perolehan 6 poin -- atau tertinggal 2 poin dari PSG dan 3 poin dari Napoli.
ADVERTISEMENT
Dengan satu pertandingan tersisa di fase grup, tim berjuluk The Reds ini harus menang bersyarat atas Napoli pada Rabu (12/12) mendatang. Syarat ini muncul karena aturan gol tandang.
Setelah Napoli menang 3-1 atas FK Crvena Zvezda pada pertandingan pekan ke-5 Liga Champions musim ini, maka Liverpool perlu menang dengan mencetak minimal satu gol jika mereka tak kebobolan. Namun, jika mereka kebobolan, mereka perlu menang dengan keunggulan minimal 2 gol.
Berat? Jelas. Walau begitu, kapten Liverpool, Jordan Henderson, mengumbar optimisme jika rekan-rekannya bisa meraih kemenangan di laga pemungkas. Begitu juga dengan Juergen Klopp ketika diwawancara BT Sport.
“Hasil yang kami terima pada hari ini (ketika melawan PSG) begitu sampah. Sekarang, kami perlu memanfaatkan Anfield sekali lagi. Jadi, kami memanggil suporter Liverpool untuk meramaikan Anfield saat ini. Lalu, kita lihat apa yang akan terjadi nanti,” kata manajer Liverpool sejak 2015 silam itu dengan tenang.
ADVERTISEMENT
Untungnya bagi Liverpool, laga melawan Napoli akan dihelat di Anfield. Bekas stadion Everton ini memang dikenal angker untuk lawan-lawan Liverpool, apalagi ketika pertandingan Liga Champions dihelat. Sambutan dari tim tuan rumah bahkan sudah terlihat ketika bus tengah berjalan ke stadion.
Kemudian, ketika ke dalam stadion, suporter Liverpool akan bernyanyi dengan lantang memberikan dukungan kepada tim kesayangannya. Sehingga suara suporter tim tandang akan terkubur begitu saja.
Bus pemain City dalam perjalanan ke Anfield. (Foto: Reuters/Carl Recine)
zoom-in-whitePerbesar
Bus pemain City dalam perjalanan ke Anfield. (Foto: Reuters/Carl Recine)
Musim lalu, keangkeran Anfield memerankan faktor kunci di balik kegemilangan Liverpool menjejak ke final Liga Champions untuk pertama kalinya setelah 2007. PSG telah menjadi korban keangkeran Anfield dalam pertandingan pertama Liga Champions musim ini.
Laga tersebut tepatnya terjadi pada September silam. Setelah mencetak dua gol, Liverpool kebobolan dua gol. Namun, suara suporter memengaruhi mentalitas Liverpool dalam bertarung. Hasilnya, Roberto Firmino bisa mencetak gol pada menit akhir sehingga Liverpool bisa memenangi laga ini 3-2.
ADVERTISEMENT
Namun, bukan cuma faktor tuan rumah saja keunggulan Liverpool. Kekalahan 1-2 dari PSG dalam pertandingan pekan kelima Liga Champions itu tadi merupakan tamparan bagi Liverpool.
Selepas laga itu, mereka telah memenangi tiga laga dengan cara yang elegan. Sesuatu yang langka terjadi pada Liverpool musim ini, karena mereka memang suka bermain lebih sabar pada awal musim ini. Kebangkitan ini muncul karena komposisi pemain Liverpool sangat tepat.
Karena Jordan Henderson mendapatkan kartu merah di laga melawan Watford (24/11), Klopp tak punya pilihan lain kecuali memasang Fabinho Tavares sebagai gelandang bertahan di laga melawan Everton (2/12). Kepercayaan Klopp dibayar Fabinho dengan harga yang pantas.
Gelandang berkebangsaan Brasil ini sangat andal dalam melancarkan aksi bertahan, mengoordinasi lini tengah, plus juga melancarkan umpan. Itu berarti, hadirnya Fabinho tak hanya berguna dalam urusan bertahan, melainkan juga mempercepat transisi tim ke mode menyerang.
ADVERTISEMENT
Menjadi wajar jika Fabinho telah tampil dalam dua dari tiga laga terakhir Liverpool. Selain Fabinho, dipercayanya Xherdan Shaqiri serta Naby Keita untuk menjadi pengatur tempo membuat sepak bola heavy metal khas Klopp itu kembali tampak dalam permainan Liverpool.
Baik Shaqiri dan Keita memiliki atribut yang tak jauh beda. Keduanya sama-sama tahu kapan harus melancarkan umpan, piawai dalam mengeksploitasi ruang melalui pergerakan tanpa bola, jago dalam melancarkan aksi dribel, hingga menahan bola demi membuat rekan-rekannya lepas dari kawalan.
Keduanya bisa tampil bersamaan jika Shaqiri diposisikan sebagai winger kanan dan Keita tampil sebagai tandem Fabinho di tengah atau di pos gelandang kiri. Tapi, jika itu terjadi, Liverpool harus mengorbankan salah satu dari trio Sadio Mane-Roberto Firmino-Mohamed Salah di lini serang.
ADVERTISEMENT
Di lini belakang, Joe Gomez mengalami patah tulang di kaki kiri ketika tampil selama 20 menit di laga berakhir kemenangan 3-1 atas Burnley (6/12). Ditandemkan dengan Virgil van Dijk sebagai duo bek tengah, Gomez tampil solid sehingga Liverpool hanya kebobolan 6 gol di Premier League musim ini.
Untungnya, Joel Matip menunjukkan kapabilitasnya untuk menggantikan Gomez di laga berakhir kemenangan 4-0 atas AFC Bournemouth (8/12). Di laga itu, WhoScored mencatat Matip menjadi pemain tersibuk Liverpool dalam urusan aksi bertahan karena telah lakukan 3 tekel, dengan dua di antaranya menghentikan dua aksi dribel, 3 sapuan dan 2 intersep.
Dalam urusan membantu build-up serangan, Matip mencatatkan akurasi operan sebanyak 85%. Bersama Van Dijk di pos bek tengah, Matip juga menunjukkan kejagoannya dalam mengorganisir lini pertahanan tim.
ADVERTISEMENT
Para pemain Napoli melakukan selebrasi usai menundukkan Liverpool. (Foto: Reuters/Ciro De Luca)
zoom-in-whitePerbesar
Para pemain Napoli melakukan selebrasi usai menundukkan Liverpool. (Foto: Reuters/Ciro De Luca)
Kendati demikian, Napoli juga memiliki kans cukup besar untuk mengubur mimpi Liverpool untuk melangkah maju ke fase gugur di rumah Liverpool sendiri. Tim berjuluk Partonepei ini berada di posisi kedua klasemen sementara Serie A musim ini. Di Liga Champions musim ini, mereka tak kunjung juga merasakan kekalahan.
Semua itu terjadi karena pemain-pemain di Napoli telah lama bersama. Sehingga, kolektivitas mereka bagus ketika diminta tampil dalam skema dasar 4-4-2 oleh pelatih Carlo Ancelotti. Dalam sistem itu, Napoli dapat menekan ketika memegang atau tak memegang bola.
Ketika diserang, Fabian Ruiz dan Jose Callejon yang berperan sebagai pemain sayap di lini kedua punya tugas untuk mengawal pergerakan full-back lawan agar tak melakukan overlapping. Sebaliknya, Mario Rui dan Nikola Maksimovic yang ada di pos full-back Napoli bertanggung jawab untuk menjaga para pemain sayap.
ADVERTISEMENT
Gelandang tengah, Allan Marques dan Marek Hamsik, punya peran krusial untuk menjaga agar aliran bola dari lapangan tengah ke lini depan tersendat. Sementara, Lorenzo Insigne dan Dries Mertens punya tugas untuk melakukan pressing dari lini serang demi menimalisir ruang eksplorasi lawan.
Sementara saat menyerang, Callejon akan mendapat sokongan dari Rui yang akan bergerak naik. Sementara, Fabian Ruiz akan mengambil posisi di tengah dan membuat lini pertahanan Napoli akan menyisakan tiga orang pemain.
Walaupun tampil sebagai full-back, Maksimovic akan menjadi pemain yang tetap tinggal di area pertahanan bila Rui naik membantu para penyerang. Sebab, Maksimovic memang pandai dalam mengantisipasi serangan karena dahulu merupakan bek tengah.
Hampir setiap kali Insigne memegang bola di dekat area pertahanan lawan, Mertens akan selalu berlari sejajar atau dekat dengannya. Tujuannya, agar tim lawan kebingungan harus memfokuskan pressing kepada siapa.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya, pintu untuk Liverpool lolos ke fase gugur Liga Champions musim ini masih terbuka. Walau begitu, Napoli takkan membiarkan begitu saja Liverpool nyelonong masuk ke pintu tersebut tanpa perlawanan. Bisakah Liverpool kembali menang dengan cara elegan?