Hikayat Hakan Sukur: Kebebasan dan Ketenangan Buronan Negara

5 Mei 2018 8:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hakan Sukur dapat penghargaan. (Foto: Ozan Kose / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Hakan Sukur dapat penghargaan. (Foto: Ozan Kose / AFP)
ADVERTISEMENT
Manusia akan selalu mencari ketenangan dan kebebasan. Ketika dirasa sesuatu, baik itu tempat maupun orang, sudah tidak lagi memberikan rasa aman dan nyaman, pergi adalah pilihan yang bijak. Hakan Sukur sudah melakukannya.
ADVERTISEMENT
Siapa tak kenal Hakan Sukur? Dia merebut predikat pencetak gol tercepat Piala Dunia ketika Turki melawan Korea Selatan pada laga perebutan tempat ketiga edisi 2002. Dia juga bergelimang prestasi, terutama ketika membela Galatasaray dalam tiga periode. Periode kedua (1995-2000) adalah masa tersuksesnya, lewat raihan 108 gol dari 156 penampilan.
Sukur juga merupakan bagian dari tim Galatasaray yang sukses memenangi Piala UEFA (kini bernama Liga Europa) pada 2000 silam. Galatasaray mengalahkan Arsenal di babak final saat itu. Dia adalah bagian dari generasi emas Tim Nasional (Timnas) Turki yang menggebrak jagat sepak bola pada Piala Dunia 2002.
Semua tinggal kenangan. Sekarang, Sukur sedang menepi di Palo Alto, Caifornia, Amerika Serikat. Dia menjalankan usaha restoran sejalan dengan kebebasannya yang mulai terenggut di Turki. Di California, dia sedang mencari (dan sudah mendapatkan) sebuah ketenangan.
ADVERTISEMENT
***
Berbekal popularitasnya sebagai seorang pesepak bola, Sukur memulai perjalanannya di dunia politik. Pada tahun 2011, dia memasuki Parlemen Turki sebagai anggota dari Partai Justice and Development, partai asal dari Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki.
Siapa sangka, keterlibatannya di dunia politik ini menjadi awal dari kehancuran Sukur di negaranya sendiri. Awalnya semua baik-baik saja. Sampai akhirnya diketahui bahwa Sukur adalah seorang Guelenist --sebutan untuk pengikut dari Fethullah Guelen, kehidupan nyaman Sukur di Turki berubah menjadi pengejaran tanpa henti.
Menyoal Fethullah Guelen sendiri, dia adalah sosok yang sudah mengasingkan diri selama 20 tahun di Pennsylvania, Amerika Serikat. Dia adalah ulama dengan pengikut yang diperkirakan mencapai jutaan orang. Para pengikut dari Guelen ini disebut Guelenist, dan terlibat dalam sebuah pergerakan sosio-religi transnasional yang disebut Hizmet.
ADVERTISEMENT
Sampai sekarang, tidak diketahui jelas tujuan sebenarnya dari Hizmet ini. Ada yang menyebut bahwa Hizmet bertujuan untuk meng-Islam-kan Turki dengan menyusup ke dalam institusi-institusi yang ada di Turki, tapi ada juga yang menduga pergerakan Guelenist ini untuk meng-Islam-kan dunia dengan Fethullan Guelen sebagai pemimpinnya.
Uniknya, Guelen dan Erdogan dulu sedianya adalah sekutu. Melawan pemerintahan militer ala Turki, Erdogan menggunakan para Guelenist untuk menghilangkan pengaruh militer di tubuh pemerintahan. Keduanya bahkan bekerja sama menghancurkan pergerakan Sledgehammer (kudeta militer) pada 2010 silam.
Namun, ketakutan dari Erdogan akan makin membesarnya pengaruh Guelenist ini membuatnya jadi anti. Orang-orang yang terlibat dalam aksi ini dicari, dihukum, dan dijebloskan ke penjara. Semua orang, tak terkecuali Hakan Sukur. Orang yang sempat mendapat julukan 'Banteng Bosphorus' ini memutuskan untuk meninggalkan Parlemen pada 2013, sejalan dengan banyak demo yang menuntutnya turun.
ADVERTISEMENT
"Saya mungkin akan menjalani hidup yang enak dan tetap menjadi bagian dari Parlemen jika saya melakukan apa yang mereka mau. Lihat sekarang, saya berjualan kopi," ujar Sukur dalam wawancara khususnya bersama The New York Times.
"Tenang saja, gelap tidak akan selamanya gelap. Suatu hari nanti, cahaya pasti akan kembali," tuturnya menambahkan.
Hakan Sukur semasa jadi pemain. (Foto: Fabrice Coffrini / AFP)
zoom-in-whitePerbesar
Hakan Sukur semasa jadi pemain. (Foto: Fabrice Coffrini / AFP)
Sekarang, Sukur sedang menjalani hidup sebagai seorang pemilik restoran bernama Tuts and Bakery Cafe di wilayah Palo Alto. Sejak November 2017, dia memutuskan untuk mengasingkan diri ke California. Sebenarnya bukan pemilik penuh karena dia berbagi modal dengan rekannya dalam pembangunan restoran tersebut.
Walau kehidupannya di Amerika sekarang tidak semegah ketika di Turki dulu, setidaknya ada ketenangan yang didapatkan oleh Sukur. Ada semacam kebebasan yang tidak dia dapatkan ketika di Turki. Dia juga menyarankan kepada istrinya, Beyda, dan tiga anaknya (dua perempuan dan satu laki-laki), agar segera menyusulnya ke Amerika.
ADVERTISEMENT
"Di sini cuacanya enak, orang-orangnya juga ramah. Maka, saya ingin istri dan anak-anak saya ke sini. Saya ingin mereka menjadi orang-orang yang merdeka, orang-orang yang bebas," ujar Sukur.
"Seperti halnya LeBron James, dia bisa mengomentari pemerintah dan presiden. Kebebasan berbicara adalah hal yang penting. Anda bisa mengatakan apa pun. Sayangnya, di negara saya, jika Anda mengucapkan sesuatu, itu bisa menjadi masalah," tambahnya.
Setidaknya, Sukur sudah mendapatkan ketenangan dan kebebasan sekarang, meski mungkin ini tidak akan berjalan dalam waktu lama karena hanya mengantongi visa usaha yang akan kedaluwarsa pada 2020.
***
Walau sudah tidak selincah dulu, Sukur masih aktif bermain sepak bola. Dia rutin bermain bola di lapangan yang berada di dekat kantor pusat Google di California. Di sana, dia bermain dengan para pekerja Google dan warga sekitar. Beberapa di antaranya bahkan tahu siapa Hakan Sukur.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya aktif bermain bola saja, Sukur juga memiliki rencana jangka panjang untuk hidupnya di Amerika. Dia berencana membangun akademi olahraga, sesuatu yang belum terlaksana selama dia hidup di Turki. Beberapa rekannya di Turki sudah mendukungnya, meski mereka juga memikirkan situasi Sukur sekarang.
"Saat ini, ada beberapa investor yang sudah datang. Namun, mereka juga takut untuk bertemu saya. Tidak apa-apa. Toh, saya juga tidak menutup kemungkinan untuk membuka kerja sama dengan atlet dan investor dari Amerika. Saya merasa bisa berkontribusi, apalagi saya punya banyak jaringan, baik itu di Eropa maupun dunia," ujarnya.
Memang Sukur sekarang menjalani hidup yang berbeda. Keterlibatannya dalam politik dan kepercayaan yang dia pegang membawanya pada situasi sulit. Setidaknya dia sudah tenang sekarang di Amerika dan tentunya mendapatkan kebebasan yang didambakan.
ADVERTISEMENT