Hmm, Bakal Seperti Apa, Ya, Skuat Milan di Tangan Giampaolo?

9 Juli 2019 16:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fabio Borini merayakan gol dengan kawan-kawannya. Foto: Miguel MEDINA / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Fabio Borini merayakan gol dengan kawan-kawannya. Foto: Miguel MEDINA / AFP
ADVERTISEMENT
AC Milan jadi salah satu kontestan Serie A yang layak dinanti. Kegagalan di musim 2018/19 membuat mereka merombak sendi-sendi penting klub. Jabatan direktur olahraga diserahkan kepada Paolo Maldini. Sementara Zvonimir Boban diangkat menjadi Chief Football Officer.
ADVERTISEMENT
Paling menarik, ya, kehadiran Marco Giampaolo sang pelatih anyar. Pria yang lahir di Swiss itu tak punya pengalaman melatih klub-klub besar. Tim paling mudah dikenal yang pernah ia latih hanyalah Empoli dan Sampdoria.
Hingga detik ini, Milan sudah resmi mendatangkan dua pemain baru, Theo Hernandez dan Rade Krunic. Pemain yang disebut pertama didaratkan dengan mahar 20 juta euro dari Real Madrid.
Marco Giampaolo saat melatih Sampdoria. Foto: Reuters/Jennifer Lorenzini
Hernandez adalah tipikal full-back favorit Giampaolo; ia rajin dalam melakukan aksi bertahan serta piawai dalam melakukan dribel. Ya, dua kelebihan yang tak dimiliki Diego Laxalt, Ivan Strinic, bahkan Ricardo Rodriguez sekalipun. Kontribusi atas penciptaan gol Hernandez juga terbilang lumayan dengan 1 gol dan 2 assist di La Liga musim lalu.
ADVERTISEMENT
Sementara Krunic adalah gelandang yang pernah ditangani Giampaolo semasa melatih Empoli. Perlu digarisbawahi, pemain asal Bosnia-Herzegovina itu merupakan motor serangan Azzurri. Torehan 5 gol dan 7 assist di Serie A jadi buktinya.
Nah, Krunic inilah yang berpotensi besar mencuri perhatian di Milan musim depan. Pasalnya, Giampaolo amat mengandalkan peran gelandang dalam sistem permainannya.
Begini, Giampaolo aktif memakai wadah 4-3-2-1 di timnya --khususnya mulai dari Empoli pada edisi 2015/16 hingga Sampdoria di musim lalu. Kepadatan dan distribusi dari area sentral jadi kunci sistem permainan Giampaolo.
Ketiga gelandang itu dituntut untuk bergerak dinamis sekaligus fasih dalam mengalirkan bola. Apalagi, Giampaolo gemar memainkan umpan-umpan pendek dibanding melepaskan longball.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data Whoscored, Sampdoria menempati peringkat kelima sebagai tim yang paling intens melepaskan umpan pendek di Serie A dengan sebanyak 466 per laga --hanya kalah dari Napoli, Inter Milan, Atalanta, dan Juventus. Sebagai torehan gambaran, La Samp tersebut bahkan lebih banyak ketimbang Milan, Lazio, dan Roma.
Itulah mengapa peran gelandang begitu penting bagi Giampaolo. Maka dari itu juga Krunic diangkut Milan dari Empoli, ya, demi memperlancar distribusi bola ke lini depan.
Manajemen Milan tahu betul akan urgensi akan seorang gelandang. Makanya mereka bergerak cepat dengan mempermanenkan Franck Kessie dari Atalanta.
Namun, Milan tetap masih membutuhkan satu gelandang lagi untuk mengakomodir skema Giampaolo. Tipikal distributor dan box-to-box sudah tersedia, tinggal satu slot untuk gelandang dengan karakteristik yang lebih defensif.
ADVERTISEMENT
Franck Kessie berselebrasi usai mencetak gol ke gawang Lazio. Foto: Twitter: AC Milan
Masalahnya, Tiemoue Bakayoko harus dipulangkan ke Chelsea karena durasi kontraknya telah usai. Eks penggawa AS Monaco itu adalah pemain yang paling aktif dalam melakukan intersep di musim lalu dengan rata-rata 1,6. Catatan tekelnya pun tergolong tinggi karena menyentuh angka 2,3 --tertinggi ketiga.
Well, Lucas Biglia adalah nama paling ideal untuk melengkapi trio lini tengah. Mantan kapten Lazio itu merupakan tipikal gelandang komplet. Ciamik untuk urusan bertahan dan mampu diberi mandat sebagai distributor bola. Akan tetapi, faktor cedera dan usia yang sudah menyentuh angka 33 tahun mesti jadi pertimbangan Milan.
So, menjadi sangat logis andai Rossoneri dikait-kaitkan dengan Ismael Bennacer dan Lucas Torreira. Keduanya adalah gelandang bertahan yang memenuhi kriteria Giampaolo --energik sekaligus komplet untuk urusan bertahan dan menyerang.
ADVERTISEMENT
Setali tiga uang dengan Krunic, Bennacer adalah katalis Empoli musim lalu. Pemain berpaspor Aljazair itu memimpin torehan tekel dan assistdengan rata-rata 2,6 dan 1,5 per laga.
Hebatnya, ia juga aktif dalam proses penciptaan gol yang ditorehkan lewat jumlah 5 assist. Nilai plusnya lagi, Bennacer baru berusia 21 tahun dan ideal untuk proyek jangka panjang Milan.
Lucas Torreira, pahlawan baru Arsenal. Foto: Reuters/Matthew Childs
Sama halnya dengan Torreira. Tingkat kecocokannya dengan Milan bahkan mungkin lebih tinggi ketimbang Bennacer. Sebelum hengkang ke Arsenal Torreira adalah pemain andalan Giampaolo di Sampdoria.
Kebetulan, gelandang berpostur 168cm itu pernah mengungkapkan bila ia kesulitan beradaptasi di Inggris. Jadi bukan tak mustahil bagi Milan untuk mendapatkannya.
Andai Milan berhasil mendapatkan gelandang bertahan ideal, maka pos gelandang serang bisa diserahkan kepada Lucas Paqueta atau Hakan Calhanoglu --dua pemain yang cukup kapabel memainkan peran sebagai playmaker.
ADVERTISEMENT
Oh, ya jangan lupakan Suso sang pencetak 7 gol dan 10 assist untuk Milan Musim lalu. Giampaolo bisa menggunakannya sebagai gelandang serang atau tandem Krzysztof Piatek di garda terdepan.
Akan lebih bijak, sih, andai Milan menahan diri untuk tidak berbelanja amunisi lini depan. Mereka punya banyak alternatif di sana. Ada Andre Silva yang dipulangkan setelah direntalkan ke Sevilla, lalu Patrick Cutrone sang topskorer Milan di Seri A 2 edisi lalu. Adapun Fabio Borini serta Samu Castillejo yang masih bisa dijadikan alternatif.
Langkah utama yang mesti diambil Milan adalah mencari pemain yang ideal dengan sistem Giampaolo. Toh, mereka lebih membutuhkan kualitas ketimbang kedalaman skuat karena tak akan banyak melakoni banyak pertandingan lantaran absen di kompetisi Eropa musim depan.
ADVERTISEMENT
Prakiraan skuat ideal Marco Giampaolo bersama AC Milan. Foto: Buildlineup.com