Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Inggris Layak Menang atas Jerman, Benarkah Begitu?
23 Maret 2017 13:16 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Kemenangan Tim Nasional Jerman menjadi kado penutup yang sempurna bagi Lukas Podolski di level internasional. Menghadapi Inggris di Signal Iduna Park, Kamis (23/3/2017) dini hari WIB, Jerman berhasil menutup pertandingan dengan skor 1-0.
ADVERTISEMENT
Podolski pantas senang. Bukan hanya tampil sebagai kapten deretan pemain muda tim Die Mannschaft, Poldi —panggilan Podolski— juga keluar sebagai pemain yang mencatatkan satu-satunya gol yang terjadi pada pertemuan ke-31 kedua kesebelasan.
Kegembiraan Poldi berbanding terbalik dengan lawan. Pelatih Gareth Southgate mengaku kecewa dengan hasil akhir pertandingan ini. “Saya sangat senang dengan apa yang kami lakukan, terutama cara bermain. Yang sedikit kami sesalkan ialah penyelesaian akhir. Kami seharusnya dapat memenangi pertandingan ini,” ujar Southgate setelah pertandingan.
Bukan hanya Souhtgate, kapten Timnas Inggris, Gary Cahill, memiliki pandangan yang sama. “Jika Anda melihat dari peluang yang didapatkan, kami lebih baik. Saya pikir kami harus belajar dari pertandingan tersebut. Jika kami memaksimalkan peluang yang dimiliki, kami memenangi pertandingan tersebut.”
ADVERTISEMENT
Apa yang dikatakan oleh keduanya memang benar. Inggris mendapatkan dua peluang emas yang seharusnya bisa menghasilkan gol pada pertandingan ini. Pertama, peluang Adam Lallana pada menit ke-31 yang membentur tiang sebelah kiri gawang Jerman. Kedua, pada menit ke-40, ketika Dele Alli gagal mencetak gol saat hanya tinggal berhadapan dengan kiper Marc-Andre ter Stegen.
Kegagalan memanfaatkan dua peluang tersebut menjadi persoalan utama Inggris pada pertandingan ini. Pasalnya, Inggris begitu dominan (untuk urusan penguasaan bola) dalam pertandingan ini. Namun demikian, dominasi Inggris tidak terwujud pada papan skor karena hal tadi, penyelesaian akhir yang buruk.
Dalam pertandingan ini, Southgate coba menduplikasi apa yang dilakukan oleh Antonio Conte di Chelsea dengan memainkan formasi 3-4-2-1 yang berubah menjadi 5-2-3 ketika bertahan. Trio di lini belakang diisi oleh Michael Keane, Chris Smalling, dan Gary Cahill. Sementara itu, dua gelandang tengah diisi oleh Eric Dier dan Jake Livermore.
ADVERTISEMENT
Memainkan lima pemain di atas menunjukkan bahwa Inggris ingin memperkuat pertahanan lebih dulu ketimbang fokus untuk menyerang Jerman. Hal ini dilakukan oleh Southgate karena Jerman adalah kesebelasan yang berani melakukan pressing, kendati bola masih digulirkan oleh lawan di sepertiga terakhir pertahanannya.
Yang terjadi di lapangan memang menunjukkan apa yang dilakukan oleh Southgate benar. Jerman memang berani melakukan pressing terhadap pemain-pemain Inggris, meski bola masih berada di daerah pertahanan “Tiga Singa”.
Tidak hanya berani memaksa lawan untuk sesegera mungkin melepaskan bola, Jerman mampu bermain lebih taktis. Minimnya penguasaan bola tidak mengurangi upaya mereka untuk menyerang. 90 menit jalannya pertandingan, Jerman bahkan lebih tampak dominan soal menggulirkan bola di sepertiga akhir pertahanan lawan.
ADVERTISEMENT
Di saat lima pemain memiliki tugas dari daerah permainan sendiri, Inggris otomatis hanya memiliki tiga pemain untuk menyerang, yakni Dele Alli, Adam Lallana, dan Jamie Vardy —dua pemain sayap tidak disebutkan karena perannya mengikuti kondisi tim, sedang diserang atau menyerang.
Ada hal menguntungkan dan tidak dari memainkan tiga pemain ini. Hal menguntungkan pertama, ketiganya memiliki kemampuan berduel dengan lawan dan kedua, tentu saja kecepatan. Namun, keduanya juga memiliki sisi tidak menguntungkan: opsi penyerangan Inggris menjadi lebih minim.
Nah, fokus Inggris yang terletak pada pertahanan, serta minimnya opsi penyerangan membuat Inggris kesulitan mendapatkan peluang pada pertandingan ini. Dua peluang emas —yang pada akhirnya gagal membuahkan gol— tidak tercipta dari skema permainan yang memang sebenarnya digunakan, tetapi dari kesalahan yang dilakukan oleh pemain-pemain Jerman.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, jika saja Southgate berasumsi bahwa kesebelasan asuhannya layak menang, dia patut menjelaskan: menang karena skema permainan atau menang karena kesalahan lawan?