Inkonsistensi PSSI Menghukum Pemain yang Menganiaya Wasit

8 Mei 2018 22:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu wasit di ajang ISC A 2016 lalu. (Foto: PT GTS/ISC A)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu wasit di ajang ISC A 2016 lalu. (Foto: PT GTS/ISC A)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tentulah Persitema Temanggung dan Bhayangkara Muda akan mendapatkan sanksi serius dari Komisi Disiplin (Komdis) PSSI akibat tindak kekerasan terhadap wasit pada Minggu (6/5/2018) silam. Pertanyaannya, akankah PSSI konsisten terhadap hukuman yang nantinya diberikan?
ADVERTISEMENT
Pasalnya, dalam beberapa kasus, PSSI bisa menegakkan hukuman kepada mereka yang menganiaya wasit dengan tegas. Namun, dalam beberapa kasus pula, PSSI justru bisa 'memuliakan' mereka yang menganiaya wasit dengan berbagai alasan.
Pada 2008, Stanley Mamuaya mendapatkan hukuman seumur hidup oleh Komdis PSSI akibat menjadi dalang dari aksi pengeroyokan wasit saat PSIR Rembang – timnya kala itu -- menghadapi Persibom Boolang Mongodow.
Tak mengherankan, karena akibat perlakuan Stanley dan kolega, sang wasit pun harus dilarikan ke rumah sakit akibat dipukul dan diinjak-injak oleh para pemain PSIR. Adapun, hukuman ini masih berlaku bagi Stanley sampai sekarang.
Namun, nasib berbeda justru diterima Pieter Rumaropen.
Wasit Persibara vs Bhayangkara Muda Dianiaya (Foto: Dok. Reform PSSI)
zoom-in-whitePerbesar
Wasit Persibara vs Bhayangkara Muda Dianiaya (Foto: Dok. Reform PSSI)
Mulanya, Pieter sendiri mendapatkan hukuman serupa akibat menghajar sang wasit di partai Persiwa Wamena melawan Pelita Bandung Raya, Stadion Siliwangi, April 2013. Namun, Pieter bisa membela Martapura FC yang saat itu berada di Divisi Utama (sekarang Liga 2) setahun setelahnya.
ADVERTISEMENT
Rupanya, Komisi Banding PSSI memangkas sanksi untuk pemain asal Papua tersebut dengan dalih bahwa sepak bola hanyalah satu-satunya cara bagi Pieter untuk menafkahi keluarganya.
Perbedaan hukuman juga dirasakan oleh Kurnia Meiga dan Deni Nurdiansyah.
Mulanya, Kurnia mendapatkan hukuman larangan bermain selama satu tahun lamanya plus denda sebesar Rp 50 juta. Sebabnya, karena Kurnia turut menjadi aktor penganiayaan wasit di laga Arema melawan PKT Bontang pada September 2008.
Dalam perjalanannya, hukuman tersebut direvisi menjadi larangan bermain selama lima bulan dan denda sebesar Rp 30 juta saja. Usia Kurnia yang saat itu baru 18 tahun menjadi alasannya.
Namun, apa yang dirasakan Kurnia tidak bisa dirasakan oleh Deni. Akibat menanduk wasit ketika Persitema melawan PSIS Semarang, Deni pun dihukum larangan bermain selama enam bulan. Selain itu, ia pun mendapatkan denda sebesar Rp 15 juta. Sampai hukumannya tuntas, tidak ada namanya pengurangan hukuman selayaknya Kurnia.
ADVERTISEMENT
Jadi, kembali pada pertanyaan awal, akankah PSSI konsisten dengan hukuman yang kadung diberikan? Satu hal yang pasti, kedewasaan PSSI sangat diuji di sini.