Jadi, Apa yang Bisa Dipelajari Moise Kean dari Ronaldo?

26 Maret 2019 0:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Moise Kean dan Cristiano Ronaldo merayakan gol di laga Juventus. Foto: REUTERS/Alberto Lingria
zoom-in-whitePerbesar
Moise Kean dan Cristiano Ronaldo merayakan gol di laga Juventus. Foto: REUTERS/Alberto Lingria
ADVERTISEMENT
Sembilan belas tahun, penyerang Juventus, dan mencetak gol di laga Timnas Italia. Moise Kean tampak memiliki segalanya. Segala hal yang dikerjakannya di lapangan hijau memaksa orang-orang dewasa berpikir ulang tentang apa yang sudah dikerjakan waktu berusia 19 tahun.
ADVERTISEMENT
Terlebih, Juventus yang menjadi klubnya bernaung sekarang juga menjadi yang terhebat di Italia sana. Lupakan dulu catatan satu kekalahan di Serie A 2018/19 yang akhirnya mereka kecap. Sejarah, kepelatihan, prestasi, manajemen klub, taktik, dan deretan pemain bintangnya--termasuk Cristiano Ronaldo--membuat Juventus menjadi tempat terbaik bagi Kean menempa diri.
"Saya bisa belajar banyak dari Ronaldo. Saya hanya mencoba mempersiapkan diri lewat latihan demi latihan. Seperti yang saya bilang baru-baru ini, ada banyak rekor yang bisa saya pecahkan dan saya siap untuk melakukannya," jelas Kean, dilansir ESPNFC.
Ronaldo usai juara Liga Champions. Foto: REUTERS/Phil Noble
Ronaldo memang salah satu contoh terbaik bagi setiap pemain muda. Segala hal yang didapatnya sekarang sebagai pesohor lapangan hijau bukan pencapaian dalam sekejap.
Berhitung mundur, Ronaldo datang ke Manchester United saat berusia 18 tahun. Siapa pun yang menyaksikan tahun-tahun pertamanya di Old Trafford rasanya tergelitik dengan penampilannya yang luar biasa culun.
ADVERTISEMENT
Kalau ada modal yang bisa dibawanya hari itu cuma postur dan seperangkat skill yang menjanjikan. Itu pun kalau diolah. Selebihnya, tak ada lagi.
Sebagai orang Portugal, berbahasa Inggris pun Ronaldo muda masih patah-patah. Bahkan untuk menjawab pertanyaan basa-basi usai laga saja Ronaldo harus dibantu Gary Neville yang kala itu menjabat sebagai kapten United.
Tapi, itu cerita lampau. Ronaldo kini menjadi megabintang dengan deretan trofi dan gelar individu, serta tumpukan kekayaan yang kalau dihitung-hitung bisa membikin pening sendiri.
Cristiano Ronaldo merayakan gol di laga Sassuolo vs Juventus. Foto: REUTERS/Alberto Lingria
Untuk mendapatkan deretan hal prestisius itu, Ronaldo benar-benar banting tulang. Latihan keras, ditekel lawan di lapangan, latihan lebih keras lagi, lalu ditekel lagi, dicerca, dikritik, latihan jauh lebih keras, dan entah apa lagi--sampai kedua kakinya kokoh untuk berdiri di atas puncak gunung prestasi.
ADVERTISEMENT
Bahkan di tengah kondisi hebatnya sekarang saja, Ronaldo tak mengurangi latihan. Begitu mudah untuk mendapatkan hasil wawancara rekan-rekannya yang menjelaskan bahwa Ronaldo acap menjadi salah satu yang tergiat dan terniat di sesi latihan. Itu belum ditambah dengan diet ketat dan pola hidup sehat yang tak ditinggalkannya hingga sekarang.
Lima trofi Liga Champions dan lima Ballon d'Or menjadi sebagian hasilnya. Silakan hitung sendiri trofi dan gelar individu lain yang dikoleksinya. Percayalah, begitu banyak.
Moise Kean merayakan gol pertamanya untuk Timnas Italia. Foto: REUTERS/Jennifer Lorenzini
Roberto Mancini dalam konferensi pers usai laga babak Kualifikasi Piala Eropa 2020 yang mempertemukan Italia dan Finlandia menjelaskan bahwa ia begitu yakin dengan potensi Kean.
Baginya, anak 19 tahun ini punya masa depan yang jelas bersama Azzurri, terlebih dalam proyek baru Timnas sekarang. Namun, Mancini pun menegaskan bahwa Kean masih begitu muda.
ADVERTISEMENT
Di balik segala potensi yang dimilikinya, tersimpan kepastian bahwa akan ada kesalahan yang akan dilakukannya. Hanya, kesalahan itu pulalah yang akan membentuk Kean menjadi pemain hebat.
Lapangan bola tidak akan pernah menjadi Neverland untuk Kean. Dalam perjalanannya sebagai pesepak bola profesional, ia tidak akan bisa menjadi Peter Pan yang menolak untuk menjadi dewasa.
Tapi, masa itu akan tiba sendiri sehingga hal terbaik yang bisa dilakukannya dan tim kepelatihan adalah membiarkan Kean menikmati sepak bolanya dulu. Bagaimana agar Kean bisa bersenang-senang sambil menendang bola, itulah yang akan dilakukan Mancini.
Chiellini dan Bernardeschi merayakan gol Kean. Foto: REUTERS/Jennifer Lorenzini
Keleluasaan untuk bersenang-senang itu bukan lampu hijau supaya Kean bisa seenak jidat bertingkah kekanak-kanakan dan bersikap tidak profesional.
ADVERTISEMENT
Membiarkan Kean bersenang-senang berarti memberikannya ketenangan yang dibutuhkan untuk bertumbuh, agar ia bisa belajar dari Ronaldo tanpa tanggung jawab untuk menjadi Ronaldo yang baru.
Toh, saat Ronaldo tidak bermainlah, Kean turun arena sebagai starter pada laga melawan Udinese dan mencetak dua gol langsung untuk Juventus.
Tidak ada yang menolak untuk disandingkan dengan pemain sebesar Ronaldo. Tapi bagi mereka yang berlaga di atas lapangan bola sana, menjadi the next entah siapa sama dengan menyematkan beban yang tak perlu.
Bagaimanapun, menjadi orang yang bukan dirimu sendiri adalah perkara paling memuakkan dan tugas paling tak penting bagi siapa pun yang masih hidup.