Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Seperti pajak dan kematian, kedatangan jeda internasional saat kompetisi antarklub sedang seru-serunya juga merupakan sebuah keniscayaan. Menyebalkan, memang, tetapi karena muara dari semua aktivitas persepakbolaan adalah kompetisi antarnegara, maka mau tidak mau para penikmat sepak bola harus rela menyaksikan klub-klub yang mereka dukung berhenti bertanding demi negara.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, yang membuat jeda internasional jadi menyebalkan bukan hanya karena ia menghentikan kompetisi antarklub. Ada satu hal lain yang level menyebalkannya lebih tinggi. Yakni, buruknya kualitas pertandingan antarnegara itu sendiri. Apalagi, jika tidak ada pertaruhan konkret di dalamnya.
UEFA sebagai induk sepak bola negara-negara Eropa sudah mengakali ketidakgregetan itu dengan membentuk turnamen anyar bernama UEFA Nations League. Belanda, Swiss, Portugal, dan Inggris yang jadi juara di fase grup lalu akan bertanding pada babak semifinal, Juni mendatang.
Namun, sebelum semifinal itu digelar, negara-negara Eropa akan terlebih dahulu bertanding dalam Kualifikasi Piala Eropa 2020 yang bakal mulai dihelat Kamis (21/3/2019) malam WIB mendatang. Laga antara Kazakhstan dan Skotlandia bakal membuka babak kualifikasi yang diikuti oleh 55 negara ini.
ADVERTISEMENT
Ya, setelah fase grup Nations League kelar, Kualifikasi Piala Eropa langsung digelar. Hal ini diprediksi bakal membuat level menyebalkan sepak bola antarnegara Eropa menjadi berkurang. Terlebih, saat ini negara-negara Eropa, utamanya para unggulan, memiliki tantangan masing-masing.
Meski demikian, tidak semua konfederasi kontinen memiliki apa yang dipunyai oleh UEFA. CONMEBOL di Amerika Selatan, misalnya, karena cuma beranggotakan sepuluh negara, tentu tidak bisa terus-terusan mempertemukan sesama anggota seperti UEFA. Maka, konsekuensinya adalah pertandingan persahabatan negara anggota CONMEBOL, jika tidak melibatkan tim-tim besar lain, akan tetap berlangsung menjemukan.
Sementara, di Asia kondisinya agak lain. Di saat ada negara yang bisa mengutilisasi jatah dua FIFA Matchday dengan baik, ada pula yang cuma bisa menggelar satu pertandingan. Bahkan, ada juga, lho, yang sama sekali tidak bertanding di kalender resmi FIFA ini. Sudah digelarnya Piala Asia pada Januari-Februari silam jadi salah satu alasan mengapa sejumlah negara anggota AFC tidak menggelar partai persahabatan Maret ini, termasuk Qatar yang merupakan juara Asia baru.
ADVERTISEMENT
Nah, di sini kumparanBOLA bermaksud untuk memberi pengantar untuk menjelang jeda internasional pertama pada tahun 2019 ini. Rencananya, setelah jeda internasional Maret ini bakal ada lagi lima agenda internasional pada Juni, Juli, September, Oktober, dan November. Piala Afrika, Copa America, dan Piala Emas termasuk dalam agenda internasional Juni-Juli mendatang.
Eropa: Era Baru Jerman, Upaya Bangkit Italia, dan Bongkar Pasang Spanyol
Hanya ada satu laga akbar yang akan tersaji di konfederasi Eropa pada jeda internasional Maret ini tetapi laga akbar satu ini tidak main-main. Sebab, ia akan mempertemukan Jerman dengan Belanda.
Bagi Jerman, ini adalah pertandingan yang begitu bermakna. Di Nations League lalu mereka harus finis di posisi buncit dan terdegradasi salah satunya karena tidak bisa mengalahkan Belanda. Dua kali berjumpa, Jerman kalah sekali dan bermain imbang sekali.
ADVERTISEMENT
Nah, setelah Nations League yang minta segera dilupakan itu Jerman berbenah. Pelatih Jogi Loew mencoret Thomas Mueller, Mats Hummels, dan Jerome Boateng meskipun entah mengapa dia masih mempertahankan Manuel Neuer. Sebagai gantinya, Loew pun menjajal pemain-pemain anyar macam Maximilian Eggestein serta Lukas Klosterman.
Sementara bagi Belanda, pertemuan dengan Jerman nanti akan jadi ajang pembuktian bahwa kesuksesan mereka di Nations League bukanlah sebuah kebetulan. Sekarang mereka punya tulang punggung yang kokoh dengan keberadaan Virgil van Dijk, Matthijs de Ligt, serta Frenkie de Jong. Tiga pemain ini jelas akan jadi andalan Ronald Koeman nantinya.
Namun, sebelum Jerman dan Belanda bertemu, kedua negara tersebut akan menjalani satu pertandingan lebih dulu. Jerman akan melakoni laga persahabatan kontra Serbia, sementara Belanda akan bertarung dengan Belarusia. Oh, ya, jangan lupa bahwa laga antara Jerman dan Belanda itu merupakan bagian dari Kualifikasi Piala Eropa.
ADVERTISEMENT
Kemudian, ada Italia yang berupaya membayar tuntas kegagalan mereka lolos ke Piala Dunia 2018. Di bawah asuhan Roberto Mancini, Italia sukses lolos dari lubang jarum di Nations League berkat kemenangan lawan Polandia dan hasil imbang kontra Portugal.
Di Kualifikasi Piala Eropa 2020, Gli Azzurri tergabung bersama Armenia, Bosnia-Herzegovina, Finlandia, Yunani, dan Liechtenstein. Di dua laga pertama Marco Verratti cs. akan berhadapan dengan Finlandia dan Liechtenstein. Dengan skuat yang rata-rata usianya cukup muda (25,79 tahun) —meski ada pemain 36 tahun bernama Fabio Quagliarella yang kini jadi topskorer sementara Serie A— mampukah Italia berbuat lebih baik di Kualifikasi Piala Eropa ini? Kita tunggu.
Berikutnya, ada Spanyol yang akan melakoni dua laga mudah —setidaknya di atas kertas— kontra Norwegia dan Malta. Pelatih Luis Enrique Martinez sendiri memilih untuk bereksperimen pada dua laga itu. Caranya adalah dengan tidak memanggil trio Madrid yang selama ini jadi andalannya: Isco Alarcon, Saul Niguez, dan Koke Resurreccion.
ADVERTISEMENT
Enrique memanggil empat pemain yang sama sekali belum punya caps senior yaitu Jaime Mata (Getafe), Fabian Ruiz (Napoli), Sergio Canales (Real Betis), dan Sergi Gomez (Sevilla). Tak cuma itu, di skuat La Furia Roja saat ini juga ada empat pemain yang baru punya satu catatan penampilan yaitu Iker Muniain (Athletic Club), Daniel Parejo (Valencia), Mario Hermoso (Espanyol), dan Pau Lopez (Betis). Menarik untuk melihat sejauh apa kiprah Spanyol dengan pemain-pemain 'bau kencur' ini.
Lalu, Inggris. Pelatih Gareth Southgate akan melanjutkan kiprah apiknya di Piala Dunia 2018 dan Nations League di Kualifikasi Piala Eropa dengan membawa serta Callum Hudson-Odoi, pemain yang sama sekali belum pernah jadi starter di Premier League. Selain Hudson-Odoi, Southgate juga membawa serta debutan lain bernama Declan Rice serta pemain yang baru punya satu caps, James Ward-Prowse.
ADVERTISEMENT
Pada dua pertandingan kualifikasi pertama, Inggris akan berhadapan dengan Republik Ceko dan Montenegro. Seharusnya, sih, mereka akan bisa mengatasi dua negara tersebut tanpa kesulitan.
Setelah Inggris, ada juga Prancis dan Kroasia, dua finalis Piala Dunia. Pelatih Prancis, Didier Deschamps, sudah mewanti-wanti bahwa pada pertandingan menghadapi Moldova dan Islandia nanti anak-anak asuhnya akan menghadapi tim yang bermain super-defensif.
Deschamps sendiri masih setia dengan pemain-pemain yang jadi juara Piala Dunia macam Antoine Griezmann, Kylian Mbappe, Paul Pogba, N'Golo Kante, serta Raphael Varane. Ini bukan masalah karena apabila tidak ada kerusakan, ya, untuk apa diperbaiki?
Sementara itu, Kroasia bakal berhadapan dengan Azerbaijan dan Hongaria di dua laga pertama Kualifikasi Piala Eropa. Di Nations League lalu, tanpa diperkuat Mario Mandzukic yang sudah pensiun, Kroasia babak belur dan harus terdegradasi ke Liga 2. Sebenarnya, pemain-pemain macam Luka Modric, Ivan Rakitic, dan Marcelo Brozovic masih ada di tim nasional. Lantas, apa yang salah dan mampukah mereka membenahi penampilannya? Mari kita nantikan.
ADVERTISEMENT
Terakhir, jangan lupakan Portugal yang merupakan juara bertahan Piala Eropa. Untuk pertama kalinya sejak Piala Dunia di Rusia mereka akan diperkuat oleh Cristiano Ronaldo. Di atas kertas, kehadiran pemain Juventus itu akan membantu Selecao das Quinas untuk mengatasi Ukraina dan Serbia. Namun, hey, kejutan bisa saja terjadi, bukan? Tanya saja pada Ronaldo yang membawa Juventus melakukan comeback terhadap Atletico Madrid di Liga Champions.
Amerika Selatan: Argentina dan Brasil Menatap Copa America
Hajatan besar negara Amerika Selatan itu akan datang tahun ini, bersamaan dengan Piala Afrika, Piala Emas, dan Piala Dunia Wanita. Copa America 2019 akan diikuti 12 negara dari dua konfederasi. Qatar dan Jepang dari AFC akan ikut serta di sana sebagai tamu.
ADVERTISEMENT
Menghadapi itu, Argentina dan Brasil pun memanfaatkan jatah dua uji tanding dengan benar-benar bertanding dua kali. Jika Argentina akan menghadapi Venezuela dan Maroko, Brasil akan menantang Panama serta Republik Ceko.
Argentina sendiri masih belum diperkuat Mauro Icardi. Namun, itu bukan hal mengejutkan mengingat masalah yang dialami sang striker dengan klubnya, Internazionale. Yang mencengangkan adalah pada kesempatan ini Lionel Scaloni tidak memanggil Sergio Aguero.
Namun, keputusan itu barangkali bisa dimaklumi dengan menilik komposisi skuat secara holistik. Selain Leo Messi dan Angel Di Maria, kebanyakan penghuni Albiceleste saat ini memang pemain-pemain minim pengalaman. Ya, Paulo Dybala dengan 18 caps-nya itu masih terhitung sosok minim pengalaman internasional.
Scaloni memanggil 8 debutan dan 13 pemain dengan jumlah caps satu digit. Beberapa nama tenar dari sini adalah Lautaro Martinez, Rodrigo De Paul, Manuel Lanzini, German Pezzella, serta Juan Foyth.
ADVERTISEMENT
Brasil, sementara itu, bertahan dengan pemain-pemain kawakannya macam Alisson Becker, Thiago Silva, Joao Miranda, Marquinhos, Philippe Coutinho, Casemiro, dan Bobby Firmino. Meski begitu, pelatih Tite juga turut menyertakan pemain-pemain macam Alex Telles, Eder Militao, Allan Marques, Arthur Melo, Lucas Paqueta, Felipe Anderson, serta David Neres yang pengalaman internasionalnya masih teramat minim.
Asia: Jepang dan Korsel Bertukar Lawan, Indonesia Jumpa Myanmar
Akhirnya, pulanglah kita ke Asia. Sebagai bagian dari persiapan menuju Copa America 2019, Jepang menyiapkan uji tanding menghadapi dua tim Amerika Selatan, Kolombia dan Bolivia. Yang menarik, dua negara itu juga akan bertanding menghadapi Korea Selatan. Jepang bermain lawan Kolombia lebih dahulu, sementara Bolivia jadi lawan pertama Korsel.
Sementara itu, Indonesia sendiri akan menggunakan kalender FIFA Matchday ini dengan menggelar uji tanding melawan Myanmar pada 25 Maret di Mandalay. Ini merupakan laga pertama 'Garuda' bersama pelatih Simon McMenemy. Sebagai bagian dari persiapan jelang laga itu, McMenemy telah membawa Timnas Indonesia menggelar pemusatan latihan di Perth, Australia.
ADVERTISEMENT
Di Australia sendiri, Timnas Indonesia sudah sempat bertanding sekali menghadapi tim peserta A-League, Perth Glory. Trigol pemain PSM Makassar, M. Rahmat, membawa Indonesia menang dengan skor 3-1. Kemenangan itu jadi modal berharga bagi Stefano Lilipaly cs. untuk menghadapi Myanmar.