Jerman vs Serbia: Sebenar-benarnya Uji Tanding

20 Maret 2019 13:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemain-pemain Timnas Jerman merayakan gol ke gawang Prancis. Foto: AFP/Franck Fife
zoom-in-whitePerbesar
Pemain-pemain Timnas Jerman merayakan gol ke gawang Prancis. Foto: AFP/Franck Fife
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lebih cepat, lebih tajam. Kata-kata itu bukanlah slogan dari sebuah perusahaan media yang berusaha menggamit pembaca atau pemirsa sebanyak-banyaknya. Kata-kata tersebut meluncur dari bibir Joachim Loew sebagai sebuah janji. Janji untuk menampilkan Timnas Jerman yang berbeda. Timnas Jerman yang sudah mengalami proses kelahiran kembali usai kematian menyesakkan di Piala Dunia 2018 dan Nations League beberapa bulan sesudahnya.
ADVERTISEMENT
Janji yang diutarakan Loew itu, sejauh ini, bukan cuma omong kosong. Itu semua terlihat dari bagaimana dia menyusun skuat yang berisikan 23 pemain. Ada 15 pemain di bawah 25 tahun yang dipanggil oleh Loew, termasuk remaja 19 tahun bernama Kai Havertz. Di skuat Jerman saat ini juga cuma tersisa 3 alumni Piala Dunia 2014 dalam diri Manuel Neuer, Toni Kroos, dan Mathias Ginter.
Dengan skuat yang lebih segar itu Jerman akan menghadapi dua lawan cukup berat: Serbia dan Belanda. Negara yang disebut pertama akan terlebih dahulu dihadapi Jerman pada Kamis (21/3/2019) dini hari WIB di Wolfsburg.
Serbia, di atas kertas, memang bukan lawan sepadan bagi Jerman. Namun, bukan berarti pasukan Mladen Krstajic itu bisa dipandang sebelah mata. Sebab, meskipun tidak memiliki rekam jejak yang terlalu menterang, timnas negara pewaris takhta Yugoslavia itu memiliki sejumlah pemain berkualitas yang sebagiannya bermain di Bundesliga Jerman.
ADVERTISEMENT
Luka Jovic membobol gawang Inter di Liga Europa. Foto: Reuters/Daniele Mascolo
Luka Jovic adalah salah satu nama yang jelas harus diwaspadai oleh Jerman. Pemuda 21 tahun ini sedang tajam-tajamnya bersama Eintracht Frankfurt. Dengan torehan 15 gol, Jovic saat ini berstatus sebagai topskorer Bundesliga. Catatan itulah yang kemungkinan besar bakal membuat mantan pemain Benfica ini dipilih jadi starter oleh Krstajic menggantikan striker andalan di Piala Dunia 2018, Aleksandar Mitrovic.
Jovic, menurut Krstajic, punya kesamaan dengan Luis Suarez. Mantan bek Timnas Serbia-Montenegro itu tidak salah. Sebab, Jovic memang memiliki atribut yang memadai untuk jadi tumpuan sebuah tim sebagai striker tunggal. Jovic punya kecepatan, kekuatan, kecerdasan, dan tentu saja insting mencetak gol mumpuni. Lengah sedikit saja seperti pertahanan Internazionale di Liga Europa, maka hukuman akan datang dari Jovic.
ADVERTISEMENT
Di Timnas Serbia saat ini Jovic akan bermain sebagai ujung tombak dalam pakem dasar 4-2-3-1. Di belakang Jovic, pemain-pemain macam Dusan Tadic, Sergej Milinkovic-Savic, dan Adem Ljajic akan memberi sokongan. Tiga pemain ini sendiri punya karakteristik berbeda yang bisa berujung pada hasil konkret berbeda pula di lapangan.
Milinkovic-Savic adalah gelandang serang serbabisa yang tak cuma tangguh di darat, tetapi juga di udara. Teknik dan kekuatan adalah senjata utama gelandang Lazio tersebut. Dengan diposisikan persis di belakang Jovic, Milinkovic-Savic bisa menjadi opsi alternatif bagi Krstajic untuk menjebol pertahanan Jerman.
Kemudian, ada Tadic sang pengatur permainan. Kehebatan eks Southampton ini dapat dengan mudah terlihat dari pelbagai cuplikan pertandingan leg II 16 besar Liga Champions antara Ajax dan Real Madrid. Tak cuma lihai menyuplai bola, Tadic juga tajam di depan gawang lawan.
ADVERTISEMENT
Tadic menjadi bintang kemenangan Ajax atas Real Madrid. Foto: REUTERS/Susana Vera
Terakhir, ada Ljajic yang merupakan seorang penyerang sayap. Kelebihan mantan pemain Manchester United ini ada pada kemampuan dribel dan kecepatannya yang bisa memunculkan marabahaya bagi pertahanan Jerman. Jika Jerman masih terlalu sering meninggalkan lubang di belakang saat menyerang, maka Ljajic berpotensi untuk mengeksploitasinya.
Meski demikian, Serbia punya lubang cukup menganga terutama di area sentral permainan. Jika Nemanja Maksimovic adalah salah satu alasan mengapa Getafe bisa duduk di peringkat empat klasemen La Liga, hal serupa tak berlaku bagi Sasa Lukic. Di Torino, Lukic adalah pemain pelapis. Minimnya jam terbang di level klub ini berpotensi mengurangi kepekaan pemain 22 tahun itu dalam melakukan antisipasi.
Di belakang pun Serbia tidak sempurna. Pasalnya, mereka punya dua bek sayap yang sudah cukup berumur dalam diri Antonio Rukavina dan Aleksandar Kolarov. Rukavina maupun Kolarov merupakan dua bek sayap yang gemar menyerang. Dengan usia yang tak lagi muda —Rukavina 34 tahun, Kolarov 33— mereka bisa menimbulkan lubang cukup besar jika terlambat turun.
ADVERTISEMENT
Hal itu bisa berbahaya karena meskipun Serbia memiliki dua bek sentral berkualitas, kedua pemain itu masih sangat muda. Nikola Milenkovic dan Milos Veljkovic masing-masing baru berusia 21 dan 23 tahun. Soal potensi dan kemampuan, Milenkovic dan Veljkovic tak perlu diragukan. Namun, pengalaman mereka jelas layak dipertanyakan.
Serbia hebat, tetapi tidak sempurna. Demikian pula dengan Jerman. Apalagi, Loew kemungkinan besar akan menggunakan formasi baru 3-4-3 dalam pertandingan nanti. Formasi baru itu sendiri belum benar-benar teruji karena baru dipakai dalam dua pertandingan dan Jerman tak pernah menang di sana.
Virgil van Dijk merayakan gol ke gawang Jerman di Nations League. Foto: AFP/John Macdougall
Dalam dua pertandingan tadi, yaitu menghadapi Prancis dan Belanda di Nations League, Antonio Ruediger dan Niklas Suele mengapit Mats Hummels yang didapuk sebagai distributor bola. Dengan ketiadaan Hummels, Loew punya dua opsi, yakni memasang Niklas Stark untuk bermain di antara Suele dan Ruediger atau memainkan Mathias Ginter di kanan seraya menggeser Suele ke tengah.
ADVERTISEMENT
Dari dua opsi itu, memasang Stark tampaknya menjadi favorit Loew. Stark sendiri, yang bermain untuk Hertha BSC, lebih kerap bermain sebagai gelandang bertahan di level klub. Inilah yang membuat Loew, sebagaimana dilansir situs resmi Bundesliga, menjadi lebih yakin akan kapabilitas Stark dalam mengalirkan bola dari belakang.
Di tengah, Jerman akan bermain dengan dua gelandang tengah dan dua wing-back. Satu gelandang serang akan bertugas sebagai pemain menyerang untuk mengimbangi satu gelandang lain yang difokuskan untuk bertahan. Kemungkinan, Havertz dan Joshua Kimmich akan dimainkan Loew di sentral permainan. Mereka bakal diapit dua wing-back RB Leipzig, Lukas Klostermann dan Marcel Hastenberg.
Sebenarnya, wing-back yang bisa dipilih Loew bukan cuma dua pemain Leipzig tersebut. Ada pula Nico Schulz, pemain Hoffenheim, yang punya kans besar untuk bermain. Apabila Schulz yang turun, maka kemungkinan Hastenberg-lah yang tergusur karena mereka berdua sama-sama biasa beroperasi di sebelah kiri.
ADVERTISEMENT
Lukas Klostermann berjabat tangan dengan Joachim Loew. Foto: AFP/Tobias Schwarz
Terakhir, lini depan. Serge Gnabry yang sudah mencetak 4 gol dari 5 penampilan untuk Die Mannschaft sebenarnya merupakan pemain yang bakal diandalkan oleh Loew. Akan tetapi, cedera bakal memaksa eks pemain Arsenal itu untuk menepi di laga kontra Serbia. Gnabry kemungkinan besar baru akan kembali merumput pada pertandingan menghadapi Belanda di Kualifikasi Piala Eropa, Senin (25/3/2019) dini hari WIB.
Untuk mengatasi ketiadaan Gnabry, juga Timo Werner yang kondisinya masih diragukan, Loew akan menurunkan Marco Reus dan Julian Brandt. Reus akan memainkan peran yang biasa dia emban di Borussia Dortmund, yaitu pemain nomor sembilan palsu. Sedangkan, Brandt bakal diutilisasi di sisi kanan. Dua pemain itu akan menemani Leroy Sane, sang sayap kiri, di lini serang.
ADVERTISEMENT
Di atas kertas, komposisi pemain Jerman itu memang mendukung keinginan Loew untuk bermain lebih lugas. Namun, yang bisa menjadi problem utama di sini tentu saja adalah chemistry mengingat para pemain ini belum terbiasa bermain bersama.
Bisa jadi, pada pertandingan melawan Serbia nanti para pemain Jerman masih bakal sangat mengandalkan kemampuan individual untuk memetik hasil optimal. Meski begitu, Serbia yang sudah terbiasa bermain dengan Mitrovic sebagai target man itu juga kemungkinan akan melakukan hal serupa dengan keberadaan Jovic sebagai ujung tombak. Dengan kata lain, pertandingan ini benar-benar akan jadi uji tanding dalam makna yang paling hakiki.