Jersi Timnas Putri Amerika Serikat Laris bak Kacang Goreng

5 Juli 2019 15:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Megan "The Viper" Rapinoe. Foto: Reuters/Benoit Tissier
zoom-in-whitePerbesar
Megan "The Viper" Rapinoe. Foto: Reuters/Benoit Tissier
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perjuangan Timnas Amerika Serikat di Piala Dunia 2019 bukan cuma perkara mempertahankan gelar serta reputasi sebagai tim sepak bola terbaik dunia. Lebih dari itu, ini adalah perjuangan mendapatkan pengakuan dan kesetaraan.
ADVERTISEMENT
Beberapa bulan lalu, tepat di Hari Perempuan Internasional, sejumlah pemain Timnas Putri Amerika, termasuk mereka yang berstatus bintang seperti Megan Rapinoe, Alex Morgan, dan Carli Lloyd, mengajukan tuntutan yang dialamatkan pada Federasi Sepak Bola Amerika Serikat (USSF).
Mereka menuntut agar diberi bayaran setara dengan para koleganya yang berjenis kelamin pria. Argumen mereka jelas. Sampai saat ini mereka hanya mendapatkan bayaran 38% dari jumlah yang diterima para pemain Timnas Putra.
Padahal, selain prestasinya jauh lebih banyak, Timnas Putri Amerika Serikat mampu menghasilkan lebih banyak uang untuk USSF. Menurut Wall Street Journal, sejak 2016, Rapinoe dkk. menghasilkan 1,87 juta dolar AS lebih banyak dibanding Timnas Putra.
Nah, baru-baru ini ada bukti lain bahwa Timnas Putri Amerika sesungguhnya lebih menjual dibanding para kolega prianya. Bukti ini muncul dalam laporan Nike, yang menyebutkan bahwa jersi Timnas Putri Amerika adalah jersi sepak bola dari apparel tersebut yang paling laku di Negeri Paman Sam.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan itu, disebutkan pula betapa signifikannya perkembangan penjualan jersi Timnas Putri Amerika. Dibandingkan dengan 2015 lalu, saat ini jersi yang dikenakan Morgan dan rekan-rekan terjual lima kali lipat lebih banyak.
"Tahun ini adalah tahun yang sangat penting bagi evolusi produk wanita di Nike. Penjualan tumbuh hingga dua digit di tahun fiskal 2019 dan berakselerasi dengan cepat jelang pertengahan tahun," ujar CEO Nike, Mark Parker, dalam laporan tersebut.
"Momentum yang kami dapatkan di olahraga wanita ini merupakan contoh yang bagus bahwa semuanya bisa dilakukan lewat desain yang apik, pesan jenama yang kuat, dan distribusi berbasis digital," jelas Parker.
Para pemain Timnas Amerika Serikat bergerombol. Foto: AFP/Franck Fife
Nike sendiri memang menjadi ratu di Piala Dunia 2019 ini. Hampir dua per tiga tim yang berlaga, termasuk Prancis, Inggris, Nigeria, dan Brasil, mengenakan jersi Nike di turnamen empat tahunan tersebut. Belum lagi, menurut ESPN, separuh dari pemain yang berlaga di sana mengenakan sepatu dari Nike.
ADVERTISEMENT
Apa yang dilakukan Nike untuk sepak bola wanita ini mereka mulai pada 1991 saat mereka menemukan sosok Mia Hamm. Namun, kampanye mereka itu baru mulai meledak pasca-Olimpiade 1996 ketika Timnas Putri Amerika meraih medali emas.
Saat Amerika menjadi juara Piala Dunia 1999, Nike pun semakin identik dengan sepak bola wanita berkat selebrasi ikonik Brandi Chastain. Kala itu, Chastain yang jadi eksekutor terakhir adu penalti sukses membobol gawang China dan membawa Amerika jadi juara di negeri sendiri. Selebrasi Chastain, dengan mencopot jersi dan memamerkan sports bra itu, membuat jenama Nike semakin kuat.
Dua puluh tahun setelah selebrasi Chastain tadi, Amerika masih berada di puncak rantai makanan persepakbolaan wanita. Sehingga, tidaklah mengherankan jika penjualan produk Timnas Putri pun akhirnya mencapai titik tertinggi.
ADVERTISEMENT
Selebrasi ikonik Brandi Chastain di final Piala Dunia 1999. Foto: AFP/Roberto Schmidt
Bukti bahwa sepak bola wanita bisa bersaing secara komersial tidak cuma sampai di situ. Data-data dari stasiun televisi juga menunjukkan bahwa sepak bola wanita kini sudah memiliki pasar yang cukup besar.
Laga semifinal antara Amerika dan Inggris lalu, misalnya, disaksikan lebih dari 7,5 juta orang di Amerika. Itu adalah angka tertinggi untuk sebuah pertandingan sepak bola sejak final Piala Dunia 2018.
Tren yang sama juga terlihat di berbagai negara seperti Prancis. TF1 melaporkan bahwa laga pembuka Piala Dunia disaksikan sampai 11 juta orang. Ini belum termasuk Belanda serta Inggris yang punya kasus serupa.
Dengan demikian, ketika para pemain Timnas Putri Amerika tadi menuntut agar dibayar setara dengan para pemain pria, mereka tidak salah.
ADVERTISEMENT
Pertama, karena federasi sudah selayaknya tidak melakukan diskriminasi. Kedua, karena sudah terbukti bahwa secara komersial pun mereka lebih unggul. Malah, dengan begitu mereka semestinya berhak meminta bayaran lebih besar.