Jesus dan Para Pengganti Aguero di Laga Liverpool vs City

4 April 2018 17:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gabriel Jesus merayakan gol. (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Gabriel Jesus merayakan gol. (Foto: Reuters)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Kami sangat senang dengan ketiga orang itu. Mereka perlu pengalaman untuk menjadi lebih baik, mereka perlu menjalani situasi (seperti) ini dan mereka masih muda."
ADVERTISEMENT
Pendapat di atas adalah ungkapan keyakinan Pep Guardiola tentang Raheem Sterling, Leroy Sane, dan Gabriel Jesus seperti dilansir The Guardian. Keyakinan yang mau tak mau harus dipupuk Guardiola karena tak bisa menurunkan Sergio Aguero saat City melakoni leg pertama babak perempat final Liga Champions melawan Liverpool, Rabu (5/4/2018) dini hari WIB.
Di antara Sterling, Sane, dan Jesus, tak ada yang genap berumur 24 tahun. Sterling jadi yang tertua dengan 23 tahun, disusul Sane setahun di bawahnya, baru kemudian Jesus yang dua tahun lebih muda ketimbang Sterling. Jika pengalaman jadi tolok ukur kesuksesan pemain untuk mentas Liga Champions dan usia adalah patokan dari kualitas pengalaman, maka Guardiola harus berkecil hati. Namun, kenyataannya tidak demikian, sebab manajer berkepala pelontos itu memberikan kepercayaan kepada para trisula mudanya.
ADVERTISEMENT
Aguero Penting, tapi...
Secara gamblang, Liverpool adalah musuh alami dari City. Gegenpressing yang mengandalkan pressing adalah identitas kuat The Reds di bawah rezim Juergen Klopp. Tekanan tak hanya dilakukan oleh lini tengah ke belakang, tapi juga melibatkan lini depan yang dihuni Roberto Firmino, Sadio Mane, dan Mohamed Salah.
Pressing semacam ini jelas mengganggu City yang mengandalkan penguasaan bola dari lini paling belakang. Jika melihat dari peran para pemain City, Aguero tak berandil besar dalam sistem juego de posicion Guardiola. Jika menyebut nama Nicolas Otamendi, Fernandinho, dan Kevin De Bruyne, itu baru tepat.
Namun, Aguero bukan sama sekali tak berpengaruh. Nyatanya ia berhasil mengejawantahkan titah Guardiola untuk mencairkan trisula lini depan: dengan bermain lebih ke tepi. Meski dipasang sebagai penyerang utama, Aguero tak hanya terpatok di area tengah, akan tetapi cenderung intens beroperasi di sisi lapangan.
ADVERTISEMENT
Laga terakhirnya versus Chelsea bisa dijadikan acuan. Aguero saat itu bergerak vertikal, sambil membantu Bernardo Silva dan Sane di kedua tepi. Sementara De Bruyne dan Ilkay Guendogan mengisi kekosongan tempat yang ditinggalkan Aguero. Skema tersebut juga yang kemudian memunculkan Raheem Sterling dan Leroy Sane sebagai salah satu penyumbang gol terbanyak untuk City.
Selain itu di antara stok penyerang City lainnya, hanya Aguero yang paling produktif. Ya, menantu Diego Maradona tersebut masih lebih klinis ketimbang Gabriel Jesus. Torehan 21 gol di ajang Premier League jadi bukti paling nyata. Namun, segala puji-puja untuk Aguero tak akan berpengaruh dini hari nanti. Toh, ia saat ini masih dibekap cedera dan dipastikan absen saat menyambangi Anfield dini hari nanti. Maka dari itu Guardiola mau tak mau mengalihkan mata pisaunya ke Jesus untuk membombardir lini belakang Liverpool.
ADVERTISEMENT
Pep Guardiola dan Sergio Aguero (Foto: Reuters/Andrew Boyers)
zoom-in-whitePerbesar
Pep Guardiola dan Sergio Aguero (Foto: Reuters/Andrew Boyers)
Jesus Sang Penyelamat
Absennya Aguero nyatanya tak berpengaruh banyak kepada penampilan City. Dua kemenangan beruntun berhasil mereka petik tanpa eksistensi Aguero. Adalah Jesus yang diplot untuk menggantikan posisinya. Dikatakan 'posisi' karena 'perannya' tak serupa dengan seniorya tersebut. Jesus bermain ke tengah, bahkan lebih dalam, ketimbang Aguero. Sebagai gantinya, Guardiola mendorong David Silva untuk bermain lebih ofensif.
Jadi maklum saja andai pemain yang digaet dari Palmeiras itu cuma menyumbangkan sebji gol dari dua laga terakhir. Sementara Silva sukses mengemas masing-masing sepasang gol dan assist dalam rentang waktu yang sama. Kehadirannya makin memburamkan porsi lini depan City, yang didukung dengan pemain-pemain macam Silva, Sterling, dan Sane yang juga mampu mendulang gol.
ADVERTISEMENT
Sistem ini bakal menyulitkan pertahanan Liverpool untuk menerapkan pressing. Dengan catatan, suplai bola dari belakang tetap berjalan sesuai rencana. Mampetnya distribusi bola ke depan jadi biang kekalahan City di pertemuan terakhir. Pressing yang digalakkan Emre Can dan kawan-kawan sukses mengebiri Kevin De Bruyne, yang kemudian berdampak pada nihilnya peluang yang diciptakan Aguero dan Sterling. Sementara Sane, masih mampu mencetak gol via aksi individu.
Ketakutan Guardiola dalam aspek ini harusnya tak cukup besar. Pasalnya, Jesus juga tak bisa dibilang buruk dari segi ketajaman karena mencatatkan akurasi tembakan sebesar 77%, dari 31 percobaan, unggul dari Aguero yang persentasenya cuma menyentuh 56%. Lebih dari itu, Jesus juga lebih baik karena sukses mengemas sepasang gol pada perjumpaan terakhirnya melawan Liverpool. Sementara itu Aguero membutuhkan tiga kesempatan untuk mencentak gol dengan jumlah yang sama.
ADVERTISEMENT
Liverpool taklukkan City 4-3. (Foto: Reuters/Carl Recine )
zoom-in-whitePerbesar
Liverpool taklukkan City 4-3. (Foto: Reuters/Carl Recine )
Tak ada yang perlu dikhawatirkan Guardiola dari ketiadaan Aguero. Jesus juga tak kalah baik dari segi akurasi, bahkan lebih baik. Selain itu, eksistensinya juga makin mempertajam lini kedua City. Namun, tetap dengan catatan: distribusi bola dari lini belakang berjalan lancar.