Karena Bakti Frenkie de Jong untuk Ajax Belum Paripurna

13 Februari 2019 14:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Frenkie de Jong beraksi dengan dibayang-bayangi Serge Gnabry. Foto: AFP/John Thys
zoom-in-whitePerbesar
Frenkie de Jong beraksi dengan dibayang-bayangi Serge Gnabry. Foto: AFP/John Thys
ADVERTISEMENT
Arie Haan menyebutnya versi yang lebih baik dari Franz Beckenbauer. Xavi Hernandez mengatakan gaya bermainnya mirip Sergio Busquets. Valentijn Driessen, jurnalis senior De Telegraaf, tak ragu membandingkannya dengan Johan Cruyff. Pada dasarnya, memang sebagus itulah kualitas individual Frenkie de Jong.
ADVERTISEMENT
Karier De Jong melesat bak meteor. Dia memang belum begitu menonjol saat masih berusia belasan. Akan tetapi, tatkala sudah menginjak usia 21 tahun, De Jong tiba-tiba saja menjadi sensasi. Segala yang dia lakukan di lapangan tampak begitu sederhana, tetapi begitu sempurna. Sampai akhirnya, dia pun direkrut oleh Barcelona.
Harga De Jong, untuk ukuran pemain yang baru berada di orbit popularitas selama satu tahun, sangatlah mahal. Barcelona rela mengeluarkan uang 75 juta euro (plus bonus 11 juta euro) untuk mendapatkannya dari Ajax. Ini membuat De Jong pemain termahal yang pernah dijual sebuah klub Eredivisie. Di sisi lain, harga mahal itu juga membumbungkan ekspektasi publik terhadapnya.
Pertanyaannya sekarang adalah, mampukah De Jong menjawab ekspektasi tersebut?
ADVERTISEMENT
Di atas kertas, De Jong sangat bisa. Dalam wawancara eksklusif dengan La Liga, mantan striker Barcelona, Patrick Kluivert, menjelaskan bagaimana De Jong bakal sangat cocok bermain untuk Blaugrana.
"Kekuatan dan kemampuannya menguasai bola terlihat saat dia diberi kesempatan untuk menerima bola dan dia dapat langsung mementukan ke mana arah bola akan ia bawa. Dia selalu melihat titik vertikal ke arah pemain tengah, gelandang, atau striker. Juga ketika dia mendapatkan bola di kakinya dan mendapat celah, dia bergerak sangat cepat dalam gerakan vertikal. Jadi menurutku, dia adalah pemain yang tepat untuk Barcelona," ucap Kluivert, mengutip keterangan resmi yang didapat kumparanBOLA.
Apa yang diucapkan Kluivert itu memang menggambarkan dua kualitas terbaik De Jong. Yakni, kemampuan membuat keputusan tepat untuk mengumpan serta kelihaian dalam menggiring bola.
ADVERTISEMENT
Itulah yang membuat Haan, Xavi, dan Cruyff membandingkannya dengan Beckenbauer, Busquets, serta Cruyff sekaligus; karena De Jong memang punya kemampuan lengkap. Situs resmi UEFA menyebut De Jong sebagai pemain nomor 6, nomor 8, dan nomor 10 yang tergabung dalam satu paket. Deskripsi itu sama sekali tidak berlebihan.
Oleh karena itu, De Jong pun, ketika datang pada awal musim depan, bakal bisa dengan mudah menjadi starter di Barcelona. Di mana dia bakal bermain dan dengan peran apa, itu urusan belakangan karena lengkapnya atribut De Jong memungkinkan dirinya bermain di banyak posisi.
Tentu saja, posisi De Jong yang paling ideal adalah gelandang bertahan. Akan tetapi, Barcelona untuk saat ini masih bisa mengandalkan sosok Busquets. Di kemudian hari, De Jong kemungkinan besar akan bermain di sana. Akan tetapi, dalam waktu dekat ini, yang paling mungkin bagi De Jong adalah bermain di tempat Ivan Rakitic saat ini berada.
ADVERTISEMENT
Tawa Frenkie de Jong saat sedang menjalani wawancara. Foto: AFP/Lindsey Parnaby
Barcelona punya tiga pemain di lini tengahnya dan masing-masing punya fungsi berbeda. Busquets, sebagai gelandang bertahan, punya tugas yang kompleks sebagai fulkrum permainan. Dia adalah pemain bertahan sekaligus pemain depan pertama. Sirkulasi bola serta ukiran pertahanan Barcelona semuanya berpusat padanya.
Kemudian, ada Arthur Melo. Pemain Brasil ini adalah Xavi baru milik Barcelona. Tugasnya adalah mengumpan, tetapi dengan porsi berbeda dengan Busquets. Jika Busquets 'hanya' bertugas melepas umpan pendek untuk membuka jalur serangan, maka Arthur punya tanggung jawab untuk menyetir Barcelona melewati jalur tersebut.
Terakhir, ada Rakitic. Di Barcelona, gelandang Kroasia itu tak mendapat peran seglamor saat masih membela Sevilla. Di Sevilla dia adalah pengatur permainan, tetapi bersama Barcelona dia berperan sebagai gelandang sapu jagat. Dia ikut menyerang, ikut bertahan, ikut mengatur permainan. Semua hal dilakukan oleh Rakitic.
ADVERTISEMENT
Ketika De Jong tiba nanti, ada kemungkinan Rakitic bakal dilepas. Apalagi, usianya tahun ini akan menginjak angka 31. De Jong yang lebih muda, lebih segar, lebih komplet, dan lebih potensial bakal mengisi tempat yang ditinggalkan oleh Rakitic. Tidak mudah, memang, tetapi De Jong punya kemampuan untuk melakukan hal tersebut.
Meski begitu, segala penjabaran di atas masih merupakan perkiraan belaka. Pasalnya, jelas, De Jong belum ada di Barcelona. Saat ini, dia masih punya tugas mengantarkan Ajax meraih prestasi terbaik dan salah satu misi itu ada di Liga Champions. Pada Kamis (14/2) dini hari WIB nanti De Jong akan mengawal Ajax bertanding di Santiago Bernabeu menghadapi Real Madrid.
Pelatih Ajax, Erik ten Hag, dalam konferensi pers prapertandingan, berkata bahwa De Jong punya motivasi berlipat menghadapi Real Madrid nanti. Ini memang hal wajar mengingat De Jong pada esensinya sudah menjadi pemain Barcelona. Namun, motivasi seperti ini tak bisa begitu saja diwajarkan atau diremehkan. Motivasi adalah senjata, apalagi di turnamen macam Liga Champions.
ADVERTISEMENT
Pada pertandingan melawan Real Madrid nanti, Ajax kemungkinan besar akan bermain dengan pakem dasar 4-3-3. Di situ, De Jong bakal beroperasi di dasar lini tengah seperti Busquets. Dia akan didampingi oleh Lasse Schoene dan Donny van de Beek. Di posisinya itu, De Jong akan menjadi titik pusat permainan berkat kualitas visi, umpan, serta dribelnya.
Namun, tentunya, tugas De Jong tak cuma menyerang. Justru, tugas bertahannya akan lebih berat lagi karena dia harus menghadapi lini tengah Real Madrid yang berisikan Casemiro, Luka Modric, dan Toni Kroos. Ini adalah lini tengah yang musim lalu mempersembahkan gelar Liga Champions untuk El Real dan, meskipun saat ini Real belum semengerikan musim lalu, mereka tetap berada di atas dalam rantai makanan sepak bola.
ADVERTISEMENT
Bagi De Jong, menghadapi Real Madrid ini akan menjadi panggung sebenarnya untuk menunjukkan seberapa hebat dirinya. Di Eredivisie, dia sudah menunjukkan itu tetapi Eredivisie jelas tak bisa jadi patokan begitu saja. Terlebih, penampilannya di Liga Champions menghadapi Bayern Muenchen lalu tidaklah impresif. Pada pertandingan Ajax vs Bayern yang kedua, De Jong menciptakan satu kesalahan yang berbuah gol bagi tim lawan. Di fase gugur, kesalahan sekecil apa pun bakal mendapatkan hukuman yang begitu berat.
Ya, memang tidak mudah. Apalagi, saat ini De Jong masih bermain untuk Ajax yang rata-rata kualitas pemainnya jelas berada di bawah Barcelona. Namun, justru ini adalah kesempatan emas baginya untuk tampil sebaik-baiknya dan menonjolkan kemampuannya. Untuk melakukan itu, De Jong cuma bisa bergantung pada dirinya dan motivasinya itu tadi.
ADVERTISEMENT