Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Karena Bali United Memang Tak Bisa Bertahan
12 April 2018 8:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB

ADVERTISEMENT
Peluang Bali United lolos dari fase grup AFC Cup resmi tertutup. Kekalahan 2-3 dari wakil Myanmar, Yangon United, dalam partai kelima Grup G di Stadion Thuwanna YTC, Rabu (11/4/2018), menyudahi perjalanan 'Serdadu Tridatu' di kompetisi level kedua Asia itu.
ADVERTISEMENT
Merujuk pada statistik yang disitat situs resmi AFC, Bali United sejatinya dapat menguasai jalannya laga. Ini terlihat dari keunggulan pasukan Widodo C. Putro perihal penguasaan bola yang mencapai 58,9% dan jumlah sodoran umpan sukses yang mencapai 430 berbanding 300 milik Yangon United.
Namun, soal aksi ofensif, Bali United kalah telak. Mereka cuma menorehkan 7 upaya tembakan dan 3 di antaranya tepat sasaran. Sementara, Yangon United mencatatkan 17 upaya tembakan dan 7 diantaranya tepat sasaran.
Lebih penting untuk menilik kegagalan seorang Widodo di bangku pelatih Bali United. Berbekal kekalahan pada pertemuan pertama di Stadion Kapten I Wayam Dipta, Gianyar, 27 Februari 2018, Widodo sudah belajar banyak tentang kekuatan dan skema yang diterapkan oleh lawannnya. Itu tercermin dari ungkapan pelatih berusia 47 tahun ini ketika konferensi pers jelang laga. Dia mengatakan telah memetakan pemain-pemain mana saja yang mesti mendapatkan perhatian khusus.
ADVERTISEMENT
Untuk mematikan pemain-pemain yang dianggapnya berbahaya, Widodo memulainya dengan mengubah pakem dari 4-3-3 menjadi 4-4-2. Tak adanya nama Nick Van Der Velden, Widodo mempercayakan lini tengah kepada Fadil Sausu dan I Gede Sukadana. Dua pemain tersebut memiliki kemampuan yang berbeda. Fadil andal mengalirkan bola, sementara Gede piawai memutus serangan lawan dari lini kedua.
Yang terjadi di atas lapangan berbeda. Kedua pemain menjalankan peran sama sepanjang 45 menit babak pertama sebagai pengatur ritme permainan, distributor bola, dan menjaga kedalaman lini tengah dengan memainkan operan-operan pendek. Apa yang dilakukan mereka membuat Bali United dapat menguasai jalannya laga. Bola pun banyak berada di kaki skuat asuhan Widodo.
Demi membongkar pertahanan lawan, Widodo memberikan instruksi kepada bek sayap untuk ikut andil dalam melancarkan serangan dan tak usah sungkan menyisir tepi lapangan. Beruntungnya, dua bek sayap Bali United mempunyai kecepatan dan cakap menggiring bola. Guna memaksimalkan dua bek sayap mereka, sodoran umpan daerah ke sisi sayap kerap dilakukan Fadil dan Gede.
ADVERTISEMENT
Skema tersebut sontak mengejutkan pemain Yangon United. Sebab, Bali United benar-benar menampilkan sesuatu yang baru dan berbeda. Kesuksesan skema itu terbukti pada menit ke-11, ketika Ricky Fajrin berhasil menyambut umpan daerah, melewati pemain belakang, dan mengarahkan bola dengan baik kepada Ilija Spasojevic yang berdiri bebas.
Tak boleh dilupakan, ruang yang tersedia bagi Ricky merupakan andil dari pergerakan liar Irfan Bachdim. Irfan tak sungkan bergerak ke kiri, ke kanan, dan ke belakang, agar pemain belakang Yangon United keluar dari posisinya. Kesuksesan melancarkan umpan panjang dan memanfaatkan pemain sayap untuk melakukan tusukan terus dilanjutkan Bali United.

Lagi-lagi lewat skema umpan panjang, Bali United dapat mencetak gol keduanya. Bermula dari operan panjang penjaga gawang kepada Spasojevic, satu pemain belakang Yangon United bergerak ke depan guna menghalau bola. Pergerakan tersebut menciptakan lubang besar yang mampu dimanfaatkan I Nyoman Sukarja. Dua kesuksesan itu jadi modal Fadil dan kolega di babak kedua.
ADVERTISEMENT
Benar saja, mereka tak berpaling dari skema tersebut. Yangon United, yang mulai memahami gaya bermain lawannya itu, mulai menerapkan high pressing untuk mematikan distributor bola Bali United, Fadil dan Gede. Perubahan inilah yang kemudian membuat Bali United tak berkutik. Tak ada aliran bola yang baik ke lini depan. Tak ada pula instruksi agar pemain sayap untuk bermain lebih kedalam membantu Fadil dan Gede dalam mengalirkan bola.
Ada dua hal yang dilakukan Bali United untuk menyiasati kesulitan yang ada: memberikan tugas mengirim bola kepada duet bek tengah, Demerson serta Ahn Byung Keon, dan mengubah formasi menjadi 4-3-3 dengan memainkan M.Taufiq. Dua perubahan itu tak dapat melepaskan Bali United dari cengkraman high pressing Yangon United. Karena sedari awal, Bali United memang bermain tak kreatif.
ADVERTISEMENT
Buntut dari dimatikannya lini tengah, maka kelemahan utama Bali United akhirnya terekspos yaitu buruknya koordinasi lini pertahanan. Terlihat sejak gol pertama Yangon United yang tercipta karena gagalnya tiga pemain belakang dalam menerapkan jebakan offside.
Aktor utama kesalahan ini adalah Ahn Byun Keon. Karena pemain asal Korea Selatan itu tak mengikuti garis pertahanan yang ditarik oleh Dias Angga dan Demerson. Akibatnya, Liaw Maung Maung --pemain yang sempat disorot Widodo menjelang laga-- bisa menerima umpan dan masuk ke dalam kotak penalti dengan mudah. Dia mengakhirnya dengan sepakan kaki kanan ke tiang dekat.

Kesalahan yang sama terjadi pada gol kedua Yangon United. Kali ini, Demerson dan Dias menjadi dua pemain yang membuat lubang menganga di lini belakang. Kesalahan Dias ialah terlalu fokus pada pemain yang memegang bola dan tak menutup ruang kosong yang ditinggalkan Demerson.
ADVERTISEMENT

Segala kesalahan yang mereka lakukan ditambah payahnya intersep dan sapuan Demerson ketika Emmanuel Uzochukwu menggiring bola ke kotak penalti. Buruknya cara bertahan Demerson, yang sempat mengklaim bahwa dirinya sempat menghentikan Neymar, berakhir dengan gol kedua Yangon United.
Gol ketiga Yangon United tercipta karena kesalahan Bali United. Sama persis dengan gol pertama, terlihat lemahnya koordinasi antara Ahn Byung Koen dan Demerson dalam menerapkan jebakan offside untuk Liaw Maung Maung.

Sehingga pemain bernomor punggung 11 itu bisa menusuk sampai kotak 16 dan menyodorkan umpan tarik ke Sekou Sylla. Satu lagi pemain yang berkontribusi atas gol ini adalah Dias, yang gagal menutup pergerakkan Sylla di depan gawang.
***
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, permainan Bali United bergantung pada kreativitas pemain tengah dan ketajaman pemain depan, sehingga menutupi kelemahan para pemain belakang. Ketika lini tengah dan depan kehilangan permainan terbaiknya, kelemahan sektor belakang kerap terekspos.
Itulah yang sering terjadi sejak musim lalu. Setelah mematikan para gelandang Bali United, lawan-lawan bisa menciptakan banyak gol. Buktinya, tiga kekalahan terakhir mereka pada Liga 1 2017 hadir dengan catatan kemasukan masing-masing tiga gol.
Pun demikian dengan kekalahan dari Persija Jakarta di Piala Presiden 2018. Van der Velden, sebagai pusat permainan Bali United, mati kutu. Dampaknya, Marko Simic mengeksploitasi pertahanan 'Serdadu Tridatu' dan membawa 'Macan Kemayoran' mencetak tiga gol.
Apa yang terjadi di Thuwanna adalah repetisi. Sekaligus menjadi bukti tambahan bahwa Widodo, yang notabene penyerang ketika masih bermain, kurang apik dalam menyusun organisasi pertahanan.
ADVERTISEMENT