Kepulangan Sementara dan Ingatan akan Ironi Rooney

Rooney hobi memeras Manchester United. (Foto: Stu Forster/Getty Images)

Pulang ke rumah. Demikianlah frasa yang tepat untuk menggambarkan keputusan Wayne Rooney meninggalkan Old Trafford. Hengkang dari Manchester United tidak membuat Rooney ke mana-mana, ia tidak lagi menjadi manusia nomad. Klub yang dipilihnya setelah 13 tahun bepetualang bersama 'Setan Merah' adalah Everton, rumah yang sudah lama sekali ditinggalkannya.

Jejak perjalanan Rooney sebagai pesepak bola junior pun ada di Everton. Baru pada 2002, ia naik kelas dan bergabung bersama tim senior hingga 2004. Itu sebelum penghuni Old Trafford riuh-rendah memanggil namanya.

Tiga belas tahun perjalanan Rooney bersama United ditandai dengan berbagai gelar bergengsi. Lima titel Premier League, tiga Piala Liga Inggris, empat Community Shield, serta masing-masing satu trofi Liga Champions, Liga Europa, Piala FA, dan Piala Dunia Antarklub, menjadi rentetan gelar yang nyaris mustahil diraihnya kala berseragam Everton.

Namanya kian masyhur, bukan hanya karena ban kapten melingkar di tangannya, tapi juga karena menjadi pencetak gol terbanyak di sepanjang sejarah United. Ada 250 gol yang sudah ia torehkan untuk United.

Namun, itu sebelum palu nasib menjatuhkan vonis berbeda.

Pada 27 Mei 2016, Jose Mourinho menandatangani kontrak selama tiga tahun sebagai pelatih baru United. Dari situ, dimulailah pertemanan Rooney dengan bangku cadangan. Perlahan tempatnya mulai tersisih. Old Trafford tak lagi berkawan dengan kepemimpinan dan gol-gol Rooney.

Ternyata, Everton juga bukan rumah sebenar-benarnya untuk Rooney. Perjalanan jauh menjadi keputusan yang lagi-lagi diambil Rooney. Melangkahlah ia meninggalkan Inggris, menjejak di Amerika Serikat, dan bergabung bersama DC United.

Hampir setahun meninggalkan Inggris, Rooney pulang kembali ke negaranya. Bukan untuk kembali bergabung dengan klub Inggris, tapi untuk melakoni laga perpisahan bersama Timnas Inggris.

Kepulangan, barang sebentar pun, selalu punya kekuatannya sendiri untuk membangkitkan apa-apa yang sudah dikubur--termasuk ingatan Rooney akan United dan perjalanannya di ranah sepak bola Inggris.

Wayne Rooney saat menjalani latihan bersama Timnas Inggris. (Foto: Reuters/Carl Recine)

"Tentu saja saya merindukan masa-masa di Inggris. Periode itu menjadi waktu terbaik dalam perjalanan karier saya. Bermain untuk Manchester United dan saya memang ada di sana dalam waktu yang lama. Namun, selalu ada waktu yang tepat untuk pergi," jelas Rooney dalam wawancara jelang laga Timnas Inggris melawan Timnas Amerika Serikat, dilansir Skysport.

"Di musim terakhir itu, saya tidak bermain, itulah alasan utama mengapa saya pergi. Saya selalu ingin menjadi pemain yang turun ke lapangan. Pada kenyataannya, saya sudah berbicara dengan manajer, tapi tetap saja tidak ada tanda-tanda bahwa saya akan dimainkan. Jadi, keputusan saya untuk pergi adalah keputusan yang tepat. Saya menemukan waktu yang tepat untuk meninggalkan semuanya."

"Tentu saja saya berharap situasi ideal itu terjadi. Saya berharap saya bisa ada di sana dan mengakhiri karier di Manchester United, tapi sepak bola berubah. Hal-hal berbeda terjadi dan segala sesuatunya memang terjadi untuk satu tujuan yang baik."

"Saya pergi dengan membawa kenangan luar biasa. Saya memiliki kesempatan untuk tetap melangkah dan bermain di Amerika Serikat. Saya sudah melewati waktu-waktu terbaik bersama United. Kini, saya ada di Inggris untuk beberapa saat. Saya bisa kembali bertemu dengan teman-teman saya dulu, beberapa staf yang juga menjadi teman saya. Mereka adalah orang-orang yang selalu punya tempat dalam perjalanan panjang saya," jelas Rooney.

====

Laga perpisahan Wayne Rooney akan dihelat dalam pertandingan persahabatan antara Timnas Inggris dan Timnas Amerika Serikat (AS) pada Jumat (16/11/2018) di Stadion Wembley. Sepak mula akan berlangsung pada pukul 03:00 WIB.