news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Ketika Palu Godam AFC Lebih Kejam dari Sanksi Komdis PSSI

20 Mei 2019 20:09 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah petugas keamanan berjaga-jaga ketika suporter Persebaya Surabaya menyalakan cerawat (flare) dan melempar botol minuman saat akhir laga final leg 1 Piala Presiden 2019 antara Persebaya Surabaya vs Arema FC di Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (9/4). Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah petugas keamanan berjaga-jaga ketika suporter Persebaya Surabaya menyalakan cerawat (flare) dan melempar botol minuman saat akhir laga final leg 1 Piala Presiden 2019 antara Persebaya Surabaya vs Arema FC di Gelora Bung Tomo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (9/4). Foto: ANTARA FOTO/Zabur Karuru
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Musim baru. Laga pembuka. Bulan Ramadhan. Masih rusuh juga.
Berbulan-bulan lamanya, pecinta sepak bola nasional menantikan kick-off Liga 1 2019, malah berakhir antiklimaks menyusul kericuhan yang terjadi pada laga PSS Sleman vs Arema FC di Stadion Maguwoharjo, Rabu (15/5/2019) silam. Pertandingan yang sejatinya berlangsung seru itu bahkan harus terhenti selama 55 menit akibat keributan antar suporter di tribune.
Sepak bola Indonesia yang wajahnya memang sudah bopeng, semakin hancur lebur. Berita keributan itu dengan cepat tersebar hingga mancanegara. Harus diakui, di tataran Asia Tenggara, sepak bola Indonesia menjadi yang paling menarik.....napas.
Alhasil, Komisi Disiplin (Komdis) PSSI harus bangun dari tidurnya lebih awal. Keributan itu lantas berakhir dengan pemberian sanksi untuk PSS dan Arema FC. Publik sepak bola nasional pun ribut lagi. Perdebatan soal jenis sanksi dari Komdis PSSI terus mengalir.
ADVERTISEMENT
Banyak pihak yang menunjuk Komdis PSSI tak ubahnya brankas. Hukuman berupa denda uang yang dijatuhkan kepada klub dituding sebagai sumber pemasukan PSSI. Apalagi, uang kas PSSI, yang disebut anggota Komite Eksekutif (Exco) Refrizal, tengah kosong. Jadilah, tuduhan yang mengarah kepada Komdis PSSI semakin tajam.
Namun, tahukah Anda bahwa segala hukuman Komdis PSSI itu tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan buatan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC)?
Jika di Liga 1 suporter ngamuk-ngamuk klubnya di denda karena mereka melempar botol ke lapangan, maka sudah sepatutnya mereka banyak-banyak bersyukur. Karena di ajang Liga Champions Asia dan AFC Cup, jangankan sampai melempar botol, melempar kertas toilet saja didenda ratusan juta.
Begitulah. Tingkat kedisiplinan AFC begitu tinggi. Mereka tak ingin ada noda di setiap pertandingan. Semua mengacu kepada AFC Disciplinary and Ethics Code.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia, Komdis PSSI menggunakan kode disiplin sebagai panduan dalam memberikan hukuman kepada klub. Hanya saja variabelnya berbeda jauh. Dari mulai jenis pelanggaran sampai besaran denda terasa bak langit dan bumi jika dibandingkan dengan kode disiplin dan etika AFC.
Klub-klub Tanah Air pun seperti gagap mengadopsi regulasi milik AFC. Terbukti, dari dua musim terakhir AFC Cup, Persija Jakarta, Bali United, dan PSM Makassar selalu menerima sanksi.
Dari hal remeh-temeh seperti memulai kick-off sampai pelanggaran berat berupa protes berlebihan kepada wasit. Pada musim ini, Persija dan PSM Makassar merasakan palu godam AFC hanya gara-gara telat satu menit melakukan kick-off.
Suporter Persija Jakarta saat laga melawan Ceres Negros di Stadion Utama GBK, Jakarta, Selasa (23/4). Foto: Irfan Adi Saputra/kumparan
Persija terkena denda sebesar Rp 27,5 juta rupiah saat laga menghadapi Tampines Rovers musim lalu. Sementara, PSM denda sebesar Rp 14,2 akibat terlambat masuk stadion usai jeda babak pertama di laga vs Kaya Iloilo FC.
ADVERTISEMENT
Itu baru perkara pemain yang telat untuk masuk lapangan. Untuk para penonton, AFC lebih ketat lagi.
Melempar tisu toilet yang biasa Jakmania lakukan saat Persija bertanding saja dilarang. Catatan kumparanBOLA, Persija dua kali didenda akibat Jakmania melempar tisu toilet ke dalam lapangan.
AFC juga mengatur perihal memanjat pagar tribune dan melempar botol ke dalam lapangan. Tentunya, menyalakan flare atau bom asap juga sangat dilarang AFC. Denda sebesar Rp 140 juta pun menanti tim-tim yang pendukungnya menyalakan flare di dalam lapangan dalam pentas AFC Cup.
AFC juga memberikan sanksi untuk spanduk atau banner yang bertuliskan hinaan. Untuk kasus ini, denda sebesar Rp 28 juta harus dirogoh para peserta yang melanggar.
ADVERTISEMENT
Begitu juga dengan pitch invasion. Denda sebesar 70 Juta sudah menanti bagi klub yang melanggar perihal pitch invansion ini.
Sanksi Klub Indonesia di AFC Cup Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
Lantas, kini bisa dibayangkan bagaimana bila Indonesia mengadopsi kode disiplin buatan AFC. Bisa-bisa setiap klub menerima sanksi di setiap laga. Karena, hal-hal kecil seperti memanjat pagar tribune dan telat melakukan kick-off merupakan hal lumrah di sini.
Itu baru perkara sanksi. Belum lagi sikap yang tak tegas dari Komdis PSSI. Musim lalu misalnya, ketika Persib dan Arema dihukum berlaga tanpa penonton, malah tiba-tiba hanya berlaku untuk Liga 1. Sedangkan, saat mereka mentas di Piala Indonesia 2018, hukuman itu tak berlaku.
Ya, ketegasan menjadi pembeda lainnya dari hukuman yang diberikan Komdis PSSI dengan AFC. Dari sanksi yang diterima oleh Persija, Bali United, dan PSM Makassar, tak ada yang dilanjutkan ke tahap banding.
ADVERTISEMENT
Mungkin mereka tahu, AFC tak bisa dilobi...