Ketua Jakmania Tidak Bisa Tolerir Aksi Vandalisme Suporter di SUGBK

18 Februari 2018 20:08 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suporter memasuki lapangan SUGBK (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
zoom-in-whitePerbesar
Suporter memasuki lapangan SUGBK (Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Baru direnovasi menjadi lebih megah dan gagah, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) dirusak oknum suporter. Pada Sabtu (17/2/2018) malam, puluhan ribu suporter memang memenuhi GBK di final Piala Presiden 2018.
ADVERTISEMENT
Berlaga di partai pamungkas, 'Macan Kemayoran' --julukan Persija-- melawan rival asal Pulau Dewata, Bali United. Hasilnya, tim ibu kota sukses menyegel titel dengan kemenangan 3-0. Well, inilah yang menjadi awal tindakan vandalistis oknum suporter.
Begitu cintanya kepada klub, beberapa penggemar fanatik memaksa masuk ke dalam stadion demi ikut merayakan momen juara. Tak ayal, gerbang keluar di Zona 5 dan 9 dibobol serta tujuh ruas pagar pembatas kaca rusak.
Hal ini pun tentunya tidak akan lepas dari pantauan Ketua The Jakmania, Ferry Indrasjarief. Ia sendiri hadir di stadion dan menyesalkan tindakan oknum yang mencoreng nama The Jakmania itu. Akan tetapi, ia merasa mayoritas suporter di dalam telah bersikap sesuai aturan sementara oknum yang masuk merupakan para suporter yang tidak kebagian tiket.
ADVERTISEMENT
"Sebetulnya ini milik Jakmania, banyak yang mengawal dari penyisihan, tapi di final sulit dapat tiket. Mereka merasa ini hak mereka, saya maklumin euforia sampe turun lapangan, tapi kalau tindakan anarkis (vandalistis -red) tidak saya tolerir," ungkap Ferry saat ditemui di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (18/2/2018).
"Ini pembelajaran menyangkut sistem pengamanan GBK. Kita beruntung ini dipakai, ada pembelajaran buat partai berikutnya. Selama saya duduk dan keliling, tidak ada yang duduk di kursi, suatu kemajuan. Dari atas tidak ada juga yang turun masang spanduk," imbuhnya.
Meski begitu, kejadian di final Piala Presiden 2018 ini tentu terus menjadi catatan dalam karier Persija. Lantas, bagaimana jelang laga kandang melawan Tampines Rovers (Singapura) yang rencana akan digelar di GBK?
ADVERTISEMENT
"Tanggal 28 (Februari) saya tidak tahu apakah boleh di GBK atau tidak, yang jelas atmosfernya beda, tidak sekencang ini. Tapi memang harus duduk bareng lagi, mulai harga tiket, sistem penjualan, dan pengamanan," beber Ferry.
"Tapi menurut saya stadion ini dicetak untuk orang bule (level internasional) karena tidak ada pagar. Masa setiap pertandingan harus menyewa pagar. Harusnya, GBK dibuat memenuhi syarat sesuai karakter bangsa Indonesia,"
"Jangan lihat segelintir orang yang berada di luar, lihat yang di dalam. Mereka di dalam begitu tertib, membuat koreo, harusnya ini yang diakomodir. Melihat yang di sana (luar), sepak bola kita tidak maju-maju," pungkasnya.