Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Satu musim panas dilewati dan segalanya berubah begitu cepat bagi Nicolo Zaniolo. Musim lalu, Zaniolo dibeli Internazionale dari Virtus Entella dengan harga mencapai 3,5 juta euro. Akan tetapi, dia tidak dimainkan di tim utama. Alih-alih demikian, Zaniolo cuma dipercaya untuk memperkuat tim Primavera Inter.
ADVERTISEMENT
Tim Primavera milik Inter itu bermain di Kejuaraan Italia level U-19 dan Zaniolo menunjukkan potensinya dengan mengakhiri musim sebagai topskorer tim. Total 13 gol dicetak pemain yang sempat belajar di akademi Fiorentina tersebut. Catatan itu menjadi bagian krusial dalam perjalanan Inter meraih juara di level U-19 tadi.
Pada musim panas 2018, Zaniolo kembali bersalin seragam. Sebagai bagian dari transfer Radja Nainggolan, remaja 19 tahun itu bersama Davide Santon menyeberang ke Roma. Nilai transfer Zaniolo sendiri ditaksir berada di angka 4,5 juta euro.
Bagi mata awam, transfer ini bakal terlihat aneh. Bagaimana bisa manajemen Roma sudi menukar pemain macam Nainggolan dengan Santon dan bocah ingusan seperti Zaniolo? Namun, mata Monchi memang berbeda dengan mata orang biasa. Direktur olahraga Roma itu melihat bahwa Zaniolo sudah siap untuk diorbitkan ke sepak bola level senior.
ADVERTISEMENT
Debut Zaniolo untuk Roma pun begitu spesial. Kala itu, dia dipercaya menjadi starter di pertandingan Liga Champions melawan Real Madrid. Roma kalah telak 0-3 pada laga di Santiago Bernabeu tersebut, tetapi di situ sudah terlihat betapa besar kepercayaan pelatih Eusebio Di Francesco terhadap seorang Zaniolo.
Kepercayaan itu tak berlebihan mengingat Zaniolo sebelumnya sudah dipanggil membela Timnas Italia oleh Roberto Mancini. Zaniolo menjadi pemain keempat yang mendapat kehormatan tersebut tanpa memiliki cap Serie A setelah Raffaele Costantino, Massimo Maccarone, dan Marco Verratti.
Usai debutnya di Bernabeu, Zaniolo memang tidak bisa langsung menjadi pilihan utama karena persaingan di lini tengah Roma memang cukup ketat. Setelah itu, Zaniolo baru mendapat kesempatan menjadi starter dalam tiga kesempatan. Menariknya, semua laga yang dilakoni Zaniolo sebagai starter adalah laga-laga bertajuk grande partita.
ADVERTISEMENT
Teranyar, pada Senin (3/12/2018) dini hari WIB, Zaniolo dipercaya menjadi penopang Patrik Schick saat Roma menjamu Inter di Olimpico. Sebelum ini, laga melawan Fiorentina dan Real Madrid jadi ajang unjuk gigi Zaniolo. Namun, baru pada laga melawan Inter-lah kemampuannya betul-betul terlihat.
Sebagai gelandang serang, Zaniolo mampu mencatatkan 4 tembakan dan 4 dribel. Tak hanya itu, dia juga cukup aktif dalam bertahan dengan torehan 2 tekelnya. Setelah laga usai, direktur sekaligus legenda Roma, Francesco Totti, memuji penampilan Zaniolo.
"Zaniolo bermain layaknya pemain veteran. Semakin sering dia bermain, dia akan menemukan kekuatan, teknik, eksplosivitas, dan kreativitas untuk menjadi pemain yang benar-benar hebat. Tapi jangan bilang-bilang ke dia, ya, kalau aku bilang begini," kata Totti yang menjadi perwakilan Roma dalam konferensi pers pascalaga.
ADVERTISEMENT
Selain 4 tembakan, 4 dribel, dan 2 tekel tadi, salah satu pengaruh besar Zaniolo adalah bilamana dia ditekel oleh Danilo D'Ambrosio di dalam kotak penalti. Sayangnya, wasit Gianluca Rocchi tidak menunjuk titik putih tanda terjadinya pelanggaran. Atas insiden ini, Totti pun mencak-mencak.
Menurut Totti, VAR seharusnya bisa jadi acuan. Pria 42 tahun itu pun kemudian menyerang wasit VAR Michael Fabbri karena tidak mengatakan apa-apa kepada Rocchi yang bertugas di lapangan.
"Semua orang lihat, kok, enggak ada yang perlu dideskripsikan. Aku ingin tahu, kita semua ingin tahu, bagaimana mereka yang bertugas di VAR bisa tidak melihat kejadian itu? Kita semua bisa melihatnya di layar kecil. Benar-benar memalukan," sembur Totti.
ADVERTISEMENT
"Kalau bukan buat ini, buat apa lagi memangnya VAR? Rocchi bisa melihat kejadian, bisa juga tidak, tetapi para petugas VAR sudah seharusnya menyaksikan kejadian itu. Enggak tahu, ya, tapi sepertinya Fabbri memilih menonton pertandingan lain di layar besarnya," tambah Totti.
Well, terlepas dari bagaimana VAR memperlakukannya, Zaniolo sudah layak mendapatkan apresiasi atas kinerjanya di lapangan. Hanya, ke depannya nanti Zaniolo sepertinya butuh sedikit keberuntungan. Sebab, di empat laga besar yang dia jalani, pemain asal Toskana ini belum mampu sekali pun membawa Roma menang.
Dua kali menghadapi Real Madrid, Roma dua kali kalah. Di Serie A, sebelum ditahan imbang Inter 2-2 di pekan ke-14 ini Roma harus puas juga dengan hasil imbang saat melawat ke markas Fiorentina. Zaniolo punya potensi dan sudah diberi kesempatan cukup besar. Sekarang, tinggal bagaimana caranya dia merayu Fortuna agar mau berada di sisinya.
ADVERTISEMENT