Loris Karius dan Kiper-kiper yang Gagal di Partai Final

28 Mei 2018 6:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seaman pada laga semifinal Piala Winners 1995. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Seaman pada laga semifinal Piala Winners 1995. (Foto: Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
"Karius, oh, Karius."
Ucapan yang mungkin diungkapkan oleh sebagian besar penggemar Liverpool. Suka tidak suka, Loris Karius adalah penyebab utama kekalahan 1-3 The Reds dari Real Madrid di partai final Liga Champions, Minggu (27/5/2018) dini hari WIB. Semua seakan baik-baik saja sebelum kiper yang digaet dari Mainz 05 itu melakukan dua blunder.
ADVERTISEMENT
Kecerobohannya yang pertama adalah kala melemparkan bola sehingga dengan mudah diintersep Karim Benzema. Disusul dengan kesalahannya dalam mengambil keputusan untuk menangkap tembakan jarak jauh Gareth Bale.
Karius saat menepis tendangan Bale. (Foto: Reuters/Phil Noble)
zoom-in-whitePerbesar
Karius saat menepis tendangan Bale. (Foto: Reuters/Phil Noble)
Namun, harus dimengerti bahwa penjaga gawang juga manusia. Klise memang, tapi demikian kenyataannya. Dan Karius juga tak sendirian, sebab beberapa kiper juga kedapatan melakukan blunder di pertandingan final. Siapa saja? kumparanBOLA merangkumnya untuk Anda.
David Seaman - Final Piala Winners 1995
Masih ingat saat Ronaldinho mengelabui David Seaman saat Brazil menyingkirkan Inggris di perempat final Piala Dunia 2002? Jauh sebelum itu, Seaman sudah lebih dulu kebobolan dengan skema serupa, saat Arsenal berhadapan dengan Real Zaragoza pada partai puncak Piala Winners 1995.
Zaragoza lebih dulu mengubah papan skor Parc des Princes lewat aksi Juan Esnaider di menit 68. Akan tetapi, keunggulan tim yang finis di peringkat ketiga La Liga musim sebelumnya itu tak berjalan lama setelah John Hartson menyamakan kedudukan. Skor 1-1 yang berakhir di waktu normal memaksa laga diteruskan melalui babak tambahan.
ADVERTISEMENT
Pada saat genting inilah Seaman melakukan kesalahan. Dia justru keluar jauh dari sarangnya saat Zaragoza melancarkan serangan. Nayim yang jeli melihat celah tersebut, langsung melepaskan tembakan jarak jauh yang tak mampu dijangkau Seaman. Gol Nayim tepat di menit 120, dan membenamkan Arsenal dengan skor akhir 1-2, dramatis.
Oliver Kahn - Final Piala Dunia 2002
Eksistensi Oliver Kahn sebagai palang pintu terakhir nyaris tak pernah disangsikan. Kombinasi dari teknik dan kharisma yang dimilikinya membuat ia menjadi salah satu kiper yang paling ditakuti. Namun, babak pamungkas Piala Dunia 2002 jadi pengecualian, kala Jerman berhadapan dengan Brasil.
Kesalahan pertamanya terjadi di menit 67, saat gagal menangkap tendangan mendatar Rivaldo. Tangkapannya yang tak sempurna kemudian berhasil dikonversi gol oleh Ronaldo. Kahn lagi-lagi dipecundangi oleh The Phenomenon 13 menit kemudian. Refleksnya yang lambat dalam mengantisipasi tendangan Ronaldo terlihat konyol. Ia seakan melompat tanpa tujuan karena bola telah berada keluar dari jangkauannya.
ADVERTISEMENT
Well, Kahn memang akhirnya berhasil dinobatkan sebagai Pemain Terbaik di akhir turnamen. Alasan yang logis karena kiper yang menghabiskan sebagian besar kariernya bersama Bayern Muenchen itu sukses mencatatkan lima cleansheet sepanjang pementasan. Akan tetapi tetap saja, ia bisa membawa Jerman menjadi juara ajang yang digelar di Korea Selatan dan Jepang itu andai tidak melakukan blunder di babak final.
Moacir Barbosa - Final Piala Dunia 1950
Tibalah kita pada hukuman paling sadis sepanjang sejarah kepada penjaga gawang. Moacir Barbossa, sang kiper kulit hitam pertama Brasil, yang menerima. 'TIm Samba' yang menjadi tuan rumah Piala Dunia 1950 saat itu menapaki babak final dengan harapan selangit. Di atas kertas, Brasil unggul dibanding Uruguay yang lebih meragukan karena cuma imbang dengan Spanyol dan unggul tipis 3-2 atas Swedia.
ADVERTISEMENT
Maracana bersorak saat Fraca berhasil membawa Brasil unggul di menit 47. Namun, itulah satu-satunya gol yang dicetak mereka pada laga tersebut. Uruguay kemudian bangkit 19 menit berselang, melalui gol Juan Schiaffino. Klimaks dari petaka Brasil tercipta di menit 79. Setelah sukses melewati kawalan Bigode di sayap kanan, Gigghia melepaskan tembakan langsung jarak jauh ke gawang Brazil.
Barbosa terlambat menghadang bola yang meluncur ke gawangnya. Ia berpikir jika Gigghia akan mengirim umpan silang, bukan tembakan langsung. Kesalahan pikir yang mungkin disesalinya sepajang hayat. Brasil di akhir laga kalah 1-2, mesti menyerahkan trofi Piala Dunia kepada Uruguay.
Sementara Barbossa, dijadikan kambing hitam atas kegagalan Ademir dan kolega meraih gelar juara. Barbossa bahkan mesti menanggung pilu hingga akhir hidupnya. Ia sempat mengatakan jika publik tak pernah memaafkan kejadian memalukan itu sebelum kematian menghampirinya 7 April 2000 silam.
ADVERTISEMENT