Menimbang Mahrez sebagai Pilihan Ideal Pep Guardiola

31 Januari 2018 15:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Andalan Leicester, Riyad Mahrez. (Foto: Reuters/Andrew Boyers)
zoom-in-whitePerbesar
Andalan Leicester, Riyad Mahrez. (Foto: Reuters/Andrew Boyers)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tendangan jarak jauh Riyad Mahrez gagal dijangkau Fraser Forster dan membawa Leicester unggul 1-0 dari Southampton di menit ke-11. The Foxes kemudian berhasil menciptakan tiga gol susulan, sementara tim tamu hanya mampu mencetak sebiji gol balasan.
ADVERTISEMENT
Ya, skor 4-1 di pekan ke-17 tersebut menjadi kemenangan terbesar Leicester di Premier League musim ini. Kemenangan yang 'wah' mengingat 'Si Rubah' telah kembali ke habitat aslinya di papan tengah.
Sebagian besar orang mungkin sudah mewajarkan kondisi peraih mahkota juara Premier League 2015/2016 tersebut dewasa ini. Sebab tak ada lagi tangan dingin Claudio Ranieri beserta pemain andalan macam N'Golo Kante dan Danny Drinkwater.
Namun, satu hal yang paling mengganjal adalah penurunan performa Mahrez. Bayangkan saja, pemain terbaik Liga Inggris dua musim lalu itu butuh waktu dua bulan untuk mencetak gol perdananya di Premier League.
Kendati berhasil mengemas sepasang assist di dua laga pembuka, tetap saja hal yang buruk dari pemain yang rata-rata memproduksi 11,5 gol dalam dua edisi ke belakang.
ADVERTISEMENT
Namun, itu dulu. Entah peralihan warna rambut --menjadi pirang-- berpengaruh banyak atau tidak. Yang pasti, Claude Puel adalah sosok yang memberikan pengaruh signifikan terhadap penampilan Mahrez.
Nakhoda berpaspor Prancis itu ditunjuk untuk menggantikan Craig Shakespeare mulai 25 Oktober lalu. Sejak saat itu juga Mahrez berhasil kembali ke performa terbaiknya dan telah mengoleksi 8 gol di Premier League, belum lagi dengan 7 assist yang sudah diukirnya sejauh ini.
Dari segi formasi, sebenarnya tak ada perbedaan signifikan antara Shakespeare dan Puel. Leicester saat ini juga menerapkan skema 4-4-2 dan 4-2-3-1 yang menempatkan Mahrez di sisi kanan. Bahkan, pelatih berusia 56 tahun itu juga sempat memakai format 4-4-1-1 yang dulu jadi langganan Shakespeare.
ADVERTISEMENT
Pertandingan kontra Huddersfield Town di pekan ke-21 lalu bisa dijadikan acuan. Mahrez diturunkan sebagai winger kanan dalam skema 4-4-2. Posisi serupa dengan yang diterapkan Shakespeare saat bersua The Terriers di paruh pertama.
Mahrez lebih cair di tangan Puel. (Foto: Whoscored)
zoom-in-whitePerbesar
Mahrez lebih cair di tangan Puel. (Foto: Whoscored)
Kendati begitu, hasilnya berbeda. Jika di era Shakespeare Leicester hanya mampu bermain imbang 1-1 dengan Huddersfield, mereka sukses mencukur tim promosi itu tiga gol tanpa balas di bawah arahan Puel. Mahrez pun menyumbangkan masing-masing satu gol dan assist pada laga yang dihelat di King Power tersebut.
Adalah penempatan posisi yang jadi penyebabnya. Lebih tepatnya, Puel membebaskan Mahrez untuk beranjak dari sisi kanan yang jadi sektor operasinya. Semakin cair posisinya, semakin besar juga ruang yang tercipta sehingga memudahakan peluang eks pemain Le Havre itu muncul dari lini kedua dan mengakomodir Jamie Vardy.
ADVERTISEMENT
Mahrez cenderung berpusat di sisi kiri. (Foto: Whoscored)
zoom-in-whitePerbesar
Mahrez cenderung berpusat di sisi kiri. (Foto: Whoscored)
Peningkatan performa Mahrez menarik perhatian Pep Guardiola. Sebelumnya, pemain asal Aljazair itu memang dikabarkan diincar Liverpool sebagai pengganti Philippe Coutinho yang hengkang ke Barcelona. Kini giliran Manchester City yang telah menyiapkan dana 55 juta poundsterling untuk mendapatkan tanda tangan Mahrez.
"Saya tertarik dengan banyak --banyak sekali-- pemain bagus," ujar Guardiola seperti dilansir Sky Sports. Ucapan ini menyiratkan bahwa Guardiola enggan dilepaskan dari spekulasi soal Mahrez.
Ada alasan mengapa City mengincar Mahrez. Cederanya Leroy Sane, yang dikabarkan harus menepi selama enam pekan, membuat The Citizens kehilangan seorang pemain mumpuni di sisi sayap.
Guardiola pun harus memikirkan jalan keluar. Pasalnya, Sane bukan sekadar pemain yang ditugaskan untuk bermain di tepi, melainkan juga sebagai kreator serangan dari sisi sayap.
ADVERTISEMENT
Buktinya, dia menjadi satu-satunya pemain yang bisa menyamai torehan assist Kevin De Bruyne di City dengan 10 assist --selain 7 gol yang sudah diukirnya.
Di samping itu, cederanya Gabriel Jesus dan penampilan Bernardo Silva yang masih di bawah harapan mendesak Guardiola menggaet pemain anyar sebelum ditutupnya bursa transfer musim dingin ini. Berdasarkan kebutuhan, Mahrez punya beberapa atribut yang cocok dengan permainan khas Guardiola.
Menurut Whoscored, Mahrez telah membukukan rata-rata 1,5 umpan kunci per laga --terpaut tipis dengan Sane yang menyentuh angka 1,7. Pun demikian dengan kuantitas dribel yang mencapai 2,2 --meski jika dirata-rata, masih kala dari Sane yang membukukan 2,5.
Dari kuantitas tembakan Mahrez unggul, yakni dengan jumlah 2, lebih banyak dari Sane yang mengumpulkan rata-rata 1,7.
ADVERTISEMENT
Yang jadi poin pokok adalah karakteristik Mahrez yang mendekati Sane. Winger yang juga mesti mampu mengemban peran sebagai pembagi bola selain keharusannya dalam melakukan manuver dari tepi.
Benang merah lainnya adalah fluiditas (kecairan permainan), yang jadi kunci kembalinya performa terbaik Mahrez di tangan Puel. Nah, bukankah Guardiola adalah pelatih yang amat memuja fluiditas, terutama di area sepertiga akhir. So, bisa diwajarkan jika pelatih berkepala pelontos itu butuh sosok Mahrez dalam skuatnya.