Melacak 'Trivela', Senjata Mematikan Quaresma

26 Juni 2018 15:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Quaresma saat berhadapan dengan Iran. (Foto: REUTERS/Ricardo Moraes)
zoom-in-whitePerbesar
Quaresma saat berhadapan dengan Iran. (Foto: REUTERS/Ricardo Moraes)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Keajaiban tercipta di Mordovia Arena kala Portugal berhadapan dengan Iran di matchday ketiga Grup B Piala Dunia, Selasa (26/06/2018) dini hari WIB. Jelang turun minum, bola Telstar 18 melambung indah, melengkung menjauh dari titik jangkauan Alireza Beiranvand sebelum mengoyak jala Iran.
ADVERTISEMENT
Itulah Trivela, sepakan yang jadi senjata Ricardo Quaresma. Ya, pemain berusia 34 tahun itu menjadi penyelamat Portugal karena mencatatkan namanya di papan skor, bukan Cristiano Ronaldo yang kerap diagung-agungkan itu. Golnya berhasil dibalas Karim Ansarifard via titik putih dan mengakhiri laga dengan skor imbang 1-1. Namun, hasil itu cukup untuk mengantar Portugal lolos ke babak 16 besar.
Trivela bukan hal asing bagi Quaresma. Ketik saja 'Trivela' di Youtube, pemain kelahiran Lisbon 34 tahun silam itu akan mendominasi daftar teratas.
"Saya telah menguasainya (Trivela) sejak saya lahir," ucap Quaresma suatu waktu.
Laiknya Cruyff Turn milik Johan Cruyff, Undertaker dengan The Last Ride atau Tony Hawk yang pernah melakukan putaran 900, Trivela adalah signature move Quaresma.
ADVERTISEMENT
Dalam video UEFA Training Ground, Quaresma mengungkapkan romantismenya dengan Trivela.
"Saya tidak akan pernah melewatkan kesempatan untuk menggunakan Trivela dalam situasi pertandingan," ucapnya.
Pada dasarnya Trivela tak jauh berbeda dengan konsep tendangan melengkung. Bola berubah arah setelah ditendang. Akan tetapi, Trivela lebih identik dengan proses tendangan yang dilakukan dengan kaki luar.
Bila dilihat dalam tayangan lambat, Quaresma terlihat mengayunkan kaki ke arah yang berlawanan dengan posisi gawang. Mirip-mirip dengan 'tendangan pisang' legendaris Roberto Carlos.
Dengan cara semacam ini, bola bergerak menjauh lebih dulu sebelum menghujam gawang. Itulah yang membuat Beiranvand tak mampu mengantisipasi bola hasil tendangan Quaresma. Padahal, kiper yang tiga kali menyabet penjaga gawang terbaik Persian Gulf Pro League (Liga Primer Iran) itu sukses menggagalkan eksekusi penalti Ronaldo di menit 53.
ADVERTISEMENT
Jika dilacak lebih jauh, romantisme Trivela dan Quaresma sudah tercipta kala ia masih berseragam FC Porto 2005 silam, tepatnya kala menjebol gawang SC Biera-Mar. Tanpa mengontrol bola terlebih dahulu, Quaresma langsung melepaskan tendangan melengkung ke tiang jauh melewati kiper lawan.
Sedangkan Trivela perdana Quaresma di level internasional tercipta saat berhadapan dengan Belgia di babak Kualifikasi Piala Eropa. Skenarionya tak jauh berbeda dengan yang sudah-sudah. Well, pola Trivela Quaresma nyaris serupa. Ia bergerak dari sisi kanan dan melepaskan tendangan dengan kaki kanan yang jadi tuas terkuatnya.
Secara harafiah, penggunaan Trivela Quaresma melawan kelemahan dari seorang winger kanan konservatif: melepaskan tendangan langsung ke arah gawang. Kendati melepaskan tendangan dangan kaki terkuatnya, kecil kemungkinan tembakan mereka bisa lolos dari adangan kiper lawan dengan kaki kanan
ADVERTISEMENT
Gamblangnya, pemain sayap kanan hanya terpatok pada dua opsi untuk menembak, yakni tiang dekat dan tiang jauh. Situasi menjadi makin sulit saat ruang tembak mereka cenderung sempit. Itulah mengapa kemudian muncul inverted winger, pemain sayap yang menempati sisi lapangan yang berlawanan dengan kekuatan kaki terbaiknya.
Sistem demikian memperbesar kans mereka untuk langsung mencetak gol karena memudahkan laju mereka untuk melakukan cutting inside lalu melepaskan tendangan dengan kaki terkuatnya. Inilah yang membuat Quaresma spesial. Ia tak perlu menjadi inverted winger untuk mampu mencetak gol.
Menariknya, Quaresma pernah melakukan Trivela bukan dari sisi kanan, melainkan dari area tengah. Saat menjebol gawang Viktoria Plzen pada babak kualifikasi Liga Europa 2010 lalu. Secara mengejutkan ia menembakan bola ke arah tiang dekat. Bisa dibilang, sepakan itu menjadi Trivela pertama yang dibuat Quaresma selain dari tepi kanan
ADVERTISEMENT
Yang jadi pertanyaan, bagaimana jika Trivela dilakukan di sisi sebaliknya? Sebab logikanya, bola akan bergerak jauh ke luar gawang saat Quaresma melakukan Trivela-nya. Nyaris mustahil untuk merealiasikannya. Di sisi lain, bukan berarti Trivela dari Quaresma dari tepi kiri sama sekali tak berguna.
Justru pergerakan bola yang menjauhi gawang jadi keuntungan jika dikonversi menjadi sebuah umpann. Toleh saja aksinya saat Portugal berhadapan dengan Estonia di laga persahabatan jelang Piala Eropa 2016 lalu. Trivela Quaresma beralih menjadi umpan yang diselesaikan dengan baik oleh Ronaldo.
Quaresma jelas kalah pamor ketimbang Ronaldo sebagai raja Portugal. Namun, ia punya tempat spesial tersendiri yang tak bisa digantikan oleh Ronaldo sekalipun, tempat yang dipenuhi dengan Trivela yang ditorehkannya.
ADVERTISEMENT